Jumat, 31 Desember 2010
BLEDUG KUWU, BENARKAH SALT LAKE-NYA INDONESIA?
Terletak di kecamatan Kradenan, kabupaten Grobogan Bledug Kuwu memiliki kemiripan dengan Salt Lake di Amerika Serikat. Konon menurut para peneliti padang garam itu berasal dari dangkalan laut yang kemudian berubah menjadi daratan yang sangat luas. Lain halnya dengan dangkalan yang terdapat di Indonesia yang memiliki karakteristk tersendiri dan berbeda dengan yang ada di negara lain.
Bledug Kuwu secara periodik meletupkan lumpur ke atsa bersamaan dengan keluarnya asap, gas dan juga air garam. Dengan luas mencapai 45 hektar, kawasan ini menjadi objek wisata lokal yang cukup menarik untuk dikunjungi.
Letupan Bledug Kuwu yang terbesar mencapai kurang lebih 530 cm dan yang terkecil sekitar 90 cm. Sedang luas kawah Bledug Kuwu memiliki lebar 890 cm.
Bledug yang terbesar berada di sebelah timur, masyarakat setempat menyebutnya sebagai Joko Tuwo dan terkecil berada disebelah barat dengan nama Roro Denok.
Tempat ini sangat mudah untuk dikunjungi karena berada persis di sisi jalan yang menghubungkan kota Purwodadi dengan wilayah timur seperti Blora, Cepu dan Jawa Timur. Bisa juga di tempuh melewati kabupaten Sragen. Dari kota Sragen berjarak kurang lebih 47 km kearah utara melewati kecamatan Tangen yang berbatasan langsung dengan kecamatan Kradenan ( Grobogan ) dimana Bledug Kuwu berada. Selamat berwisata.@@
Minggu, 26 Desember 2010
NYAI RORO KIDUL, KRATON, DAN KOSMOLOGI TANAH JAWA
Legenda tentang Nyai Roro Kidul sangat melekat pada tanah Jawa. Seluruh kawasan pantai selatan jawa mulai dari Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Parangtritis, Pacitan, Jember hingga Banyuwangi bahkan pulau Bali semua paham akan cerita atau legenda tentang Nyai Roro kidul. Bahkan kebanyakan masyarakat yang percaya akan keberadaannya akan selalu dikaitkan dengan keberadaan Kraton. Sebagian dari mereka bahkan percaya bila sang Nyai juga merupakan istri dari raja-raja Mataram dan keturunannya. Maka tak heran kalau sang Nyai sering terlihat dalam banyak peristiwa yang berkaitan dengan Kraton.
Dalam tari Bedoyo misalnya, penarinya selalu tambah satu, ya sang Nyai itu, meski tidak setiap orang bisa melihatnya. Atau pada saat jumenengan Sri Sultan Hamengkubuwono X misalnya. Menurut kesaksian, beberapa orang sempat melihatnya disekitar Kraton. Siapa dia sebenarnya? Betul adakah sosok Nyai Roro Kidul itu?
Sebuah penjelasan ilmiah saya dapatkan dari buku yang ditulis oleh budayawan Emha Ainun Najib. Dalam buku berjudul Markesot Bertutur Lagi itu, Cak Nun sapaan akrab Emha menjelaskan secara gamblang dan apik tentang siapa Nyai Roro Kidul yang selama ini kita kenal sebagai hantu cantik penguasa laut selatan itu.
Ternyata kemudian Nyai Roro Kidul bukanlah seseorang, bukan hantu atau makhluk halus seperti ilmu klenik selama ini memahaminya. Lebih lanjut Cak Nun menjelaskan, menurut seorang sunan, seorang waliyullah, yang pada saat penting selama jumenengan ndalem selalu mendampingi Ngarso dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X, Nyai Roro Kidul adalah pusat frekwensi dari kosmos air dan cahaya rembulan yang menyelimuti dan merasuki tanah Jawa. Nyai Roro Kidul adalah inti dari takdir geografi pulau Jawa, kodrat alam watak, dan peradaban yang khas pulau Jawa,
Dalam buku itu kemudian sang budayawan menjelaskan lebih lanjut bahwa, kodrat semacam itu memungkinkan kemanusiaan jawa mampu memahami kosmos nilai islam-yaitu nilai yang merupakan titik keberangkatan segala konsepsi pembangunan Kraton Jogja, maka pas kalau raja Jogja juga bergelar Sayidin Panatagama Kalifatullah. Isalmnya orang jawa akan berbeda kearifan dan kelenturannya, bila dibanding dengan isalmnya orang Arab misalnya, atau islamnya ras lain yang tinggal di kodrat geografi yang berbeda.
Tetapi rupanya paerspektif itu selama ini diselewengkan atau dipahami secara dangkal dan kemudian menjadi klenik. Lebih lanjut kata Cak Nun sang sunan menjelaskan bahwa Nyai Roro Kidul itu bukan kejawen, Nyai Roro Kidul adalah lambang dari kosmologi pulau Jawa. Dan hanya keilmuan Al-Qur'an yang mampu menjelaskan semua ini. Puncak dari gelimang air pulau Jawa adalah madu. Sedang puncak dari gelimang cahaya rembulan adalah Lailatul Qodar.@@
Jumat, 24 Desember 2010
YU PAIRAH, SELAMAT HARI IBU YA. . . . .
Hari Rabu siang tanggal 22 Desember. Seperti hari-hari biasa lalu lintas Jakarta diwarnai kemacetan disana-sini. Meskipun begitu tak menyurutkan niat Suryo untuk terus menginjak pedal gas Honda Jazznya dan terus melaju menuju ke sebuah Plaza di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara. Sudah menjadi acara rutin tahunan setiap datang hari ibu, ia selalu memanjakan istrinya. Melarang istrinya bekerja membereskan semua pekerjaan rumah tangga, dan mengajaknya jalan-jalan, serta memenuhi apapun permintaan istrinya dihari yang special buat para ibu itu.
Sebagai seorang pengusaha yang sukses, hidup berkecukupan dan tinggal di sebuah komplek elite dikawasan Jakarta Timur ia tak akan pernah mengalami kesulitan untuk memenuhi setiap permintaan istrinya, bahkan bila permintaan spesial itu datang setiap hari, bukan setahun sekali pada setiap datangnya hari ibu. Cara menyambut datangnya hari ibu seperti ini memang khas mereka, bahkan istrinya tak pernah meminta, tetapi ide ini datang dari Suryo sang suami. Dan hari ini tepat datangnya hari ibu, Miranda meminta beberapa perhiasan, dan ingin menikmati makan siang di sebuah restoran jepang.
Jam 11.47 WIB mobil Honda Jazznya memasuki sebuah plaza yang cukup terkenal dikawasan Kelapa Gading. Setelah memastikan mobil terparkir dengan aman, Suryo, Miranda dan putri kecilnya yang dalam gendongan baby sitter naik menuju lantai atas dan memasuki sebauh jewelry yang saat itu tidak begitu ramai pengunjung. Setelah mendapatkan perhiasan yang diinginkan mereka langsung menuju sebuah restoran jepang yang berada satu lantai diatasnya.
Terjadi sebuah antrian kecil sebab memang sudah memasuki jam makan siang. Tetapi demi memanjakan sang istri, Suryo ikut mengantri dengan sabar. Sesaat kemudian meja makan mereka sudah penuh oleh makanan. Demi memanjakan sang istri Suryo memesan makanan yang cukup banyak, meski hanya untuk berempat dengan gadis kecil beserta sang baby sitter. Beberapa mangkok nameko jiru, tempura, shabu-shabu, ika ring age dan niwatori terriyaki juga eby furray memenuhi meja makan mereka. Mereka kelihatan lahap menyantap hidangan jepang, pada lunch yang dahsyat dan canggih itu. Sang baby sitter pun kelihatan merem melek kepedesan oleh wasabi, sambal jepang yang unik itu. Di akhir acara makan siang yang mantap itu, Suryo megecup kening istrinya sambil mengucapkan, “ Selamat hari ibu sayang, berbahagia dan berbanggalah jadi seorang ibu, sebab dari rahim seorang ibulah orang-orang hebat yang merubah dunia di lahirkan…”.
Di belahan bumi yang lain yu Pairah tengah mandi keringat, tangan kecilnya yang menghitam karena sengatan matahari masih terus menari mengumpukan batu-batu dan kemudian memecahnya menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil. Setelah terkumpul banyak lalu menaikkannya ke atas truk. Ia terpaksa menjalani pekerjaan kasar sebagai pencari batu di salah satu sungai yang berhulu di Gunung Merapi, untuk tetap bertahan hidup. Suaminya kang Ngatijan juga memiliki profesi yang serupa, ia juga “berkantor” di sungai sebagai penggali pasir. Kebodohan dan himpitan ekonomi membuat yu Pairah tidak memiliki pilihan lain. Untuk menghidupi kedua anaknya yang sudah bersekolah ia harus rela melakukan apasaja, termasuk menggeluti pekerjaan kasar sebagai pengumpul dan pemecah batu.
Nasibnya tak seberuntung Miranda. Ibu muda yang menikmati kehidupan menyenangkan di kota Jakarta. Setiap datang hari ibu, Suryo sang suami selalu mamanjakannya, melarangnya bekerja dirumah, mengajaknya jalan-jalan, makan siang di restoran dan memenuhi setiap permintaannya di hari yang spesial untuk para ibu itu. Hari ibu adalah hari yang di tunggu buat Miranda. Setiap kali hari ibu datang, selalu menjadi hari yang menyenangkan buat Miranda. Bukan saja hari itu sebagai penghargaan pada para ibu termasuk dirinya, tetapi juga perlakuan khusus Suryo atas dirinya pada setiap datangnya hari spesial itu.
Hal itu sangat bertolak belakang dengan keadaan yu Pairah. Pada hari yang special buat para ibu itu, yu Pairah harus tetap bekerja, memeras keringat, membanting tulang untuk mempertahankan hidup. Jadi saya sangat maklum kalau ia tidak ingat, kalau hari ini adalah hari ibu. Atau bahkan kalau ia tidak perduli lagi dengan hari ibu pun saya juga maklum, sebab berpuluh-puluh hari ibu yang telah lewat tidak pernah bisa merubah hidupnya. Baginya bahkan bila dalam setahun ada sepuluh kali hari ibu pun tidak akan berarti apa-apa. Sebab ada hari ibu atau tidak ia tetap hidup susah dan ngrekasa.
Dan bertepatan dengan hari ibu tahun ini, disana, diberbagai tempat yang masih menjadi bagian dari wilayah negeri ini, banyak sekali yu Pariah yu Pairah yang lain, yang tak berdaya, yang terlunta-lunta, yang terseok-seok hidupnya, yang tak mampu menyekolahkan anaknya, yang menjadi korban KDRT, yang menjadi korban perdangangan manusia, yang menjadi korban pembunuhan, yang menjadi korban mutilasi. Ah.., ternyata yu Pairah tidak sendiri. Ada beribu-beribu atau bahkan berjuta-juta yu Pairah yang lain yang menunggu pertolongan dan pemberdayaan untuk bisa bangkit dari jurang kebodohan, kemiskinan dan ketidakadilan menuju hidup yang lebih baik dan sejahtera. Selamat hari ibu yu Pairah, semoga pada hari ibu tahun depan keadaamnu sudah lebih baik dari pada saat ini.@@
Sebagai seorang pengusaha yang sukses, hidup berkecukupan dan tinggal di sebuah komplek elite dikawasan Jakarta Timur ia tak akan pernah mengalami kesulitan untuk memenuhi setiap permintaan istrinya, bahkan bila permintaan spesial itu datang setiap hari, bukan setahun sekali pada setiap datangnya hari ibu. Cara menyambut datangnya hari ibu seperti ini memang khas mereka, bahkan istrinya tak pernah meminta, tetapi ide ini datang dari Suryo sang suami. Dan hari ini tepat datangnya hari ibu, Miranda meminta beberapa perhiasan, dan ingin menikmati makan siang di sebuah restoran jepang.
Jam 11.47 WIB mobil Honda Jazznya memasuki sebuah plaza yang cukup terkenal dikawasan Kelapa Gading. Setelah memastikan mobil terparkir dengan aman, Suryo, Miranda dan putri kecilnya yang dalam gendongan baby sitter naik menuju lantai atas dan memasuki sebauh jewelry yang saat itu tidak begitu ramai pengunjung. Setelah mendapatkan perhiasan yang diinginkan mereka langsung menuju sebuah restoran jepang yang berada satu lantai diatasnya.
Terjadi sebuah antrian kecil sebab memang sudah memasuki jam makan siang. Tetapi demi memanjakan sang istri, Suryo ikut mengantri dengan sabar. Sesaat kemudian meja makan mereka sudah penuh oleh makanan. Demi memanjakan sang istri Suryo memesan makanan yang cukup banyak, meski hanya untuk berempat dengan gadis kecil beserta sang baby sitter. Beberapa mangkok nameko jiru, tempura, shabu-shabu, ika ring age dan niwatori terriyaki juga eby furray memenuhi meja makan mereka. Mereka kelihatan lahap menyantap hidangan jepang, pada lunch yang dahsyat dan canggih itu. Sang baby sitter pun kelihatan merem melek kepedesan oleh wasabi, sambal jepang yang unik itu. Di akhir acara makan siang yang mantap itu, Suryo megecup kening istrinya sambil mengucapkan, “ Selamat hari ibu sayang, berbahagia dan berbanggalah jadi seorang ibu, sebab dari rahim seorang ibulah orang-orang hebat yang merubah dunia di lahirkan…”.
Di belahan bumi yang lain yu Pairah tengah mandi keringat, tangan kecilnya yang menghitam karena sengatan matahari masih terus menari mengumpukan batu-batu dan kemudian memecahnya menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil. Setelah terkumpul banyak lalu menaikkannya ke atas truk. Ia terpaksa menjalani pekerjaan kasar sebagai pencari batu di salah satu sungai yang berhulu di Gunung Merapi, untuk tetap bertahan hidup. Suaminya kang Ngatijan juga memiliki profesi yang serupa, ia juga “berkantor” di sungai sebagai penggali pasir. Kebodohan dan himpitan ekonomi membuat yu Pairah tidak memiliki pilihan lain. Untuk menghidupi kedua anaknya yang sudah bersekolah ia harus rela melakukan apasaja, termasuk menggeluti pekerjaan kasar sebagai pengumpul dan pemecah batu.
Nasibnya tak seberuntung Miranda. Ibu muda yang menikmati kehidupan menyenangkan di kota Jakarta. Setiap datang hari ibu, Suryo sang suami selalu mamanjakannya, melarangnya bekerja dirumah, mengajaknya jalan-jalan, makan siang di restoran dan memenuhi setiap permintaannya di hari yang spesial untuk para ibu itu. Hari ibu adalah hari yang di tunggu buat Miranda. Setiap kali hari ibu datang, selalu menjadi hari yang menyenangkan buat Miranda. Bukan saja hari itu sebagai penghargaan pada para ibu termasuk dirinya, tetapi juga perlakuan khusus Suryo atas dirinya pada setiap datangnya hari spesial itu.
Hal itu sangat bertolak belakang dengan keadaan yu Pairah. Pada hari yang special buat para ibu itu, yu Pairah harus tetap bekerja, memeras keringat, membanting tulang untuk mempertahankan hidup. Jadi saya sangat maklum kalau ia tidak ingat, kalau hari ini adalah hari ibu. Atau bahkan kalau ia tidak perduli lagi dengan hari ibu pun saya juga maklum, sebab berpuluh-puluh hari ibu yang telah lewat tidak pernah bisa merubah hidupnya. Baginya bahkan bila dalam setahun ada sepuluh kali hari ibu pun tidak akan berarti apa-apa. Sebab ada hari ibu atau tidak ia tetap hidup susah dan ngrekasa.
Dan bertepatan dengan hari ibu tahun ini, disana, diberbagai tempat yang masih menjadi bagian dari wilayah negeri ini, banyak sekali yu Pariah yu Pairah yang lain, yang tak berdaya, yang terlunta-lunta, yang terseok-seok hidupnya, yang tak mampu menyekolahkan anaknya, yang menjadi korban KDRT, yang menjadi korban perdangangan manusia, yang menjadi korban pembunuhan, yang menjadi korban mutilasi. Ah.., ternyata yu Pairah tidak sendiri. Ada beribu-beribu atau bahkan berjuta-juta yu Pairah yang lain yang menunggu pertolongan dan pemberdayaan untuk bisa bangkit dari jurang kebodohan, kemiskinan dan ketidakadilan menuju hidup yang lebih baik dan sejahtera. Selamat hari ibu yu Pairah, semoga pada hari ibu tahun depan keadaamnu sudah lebih baik dari pada saat ini.@@
Kamis, 23 Desember 2010
DARI JOGJA UNTUK INDONESIA
Kesultanan Yogyakarta memiliki andil yang sangat besar dalam sejarah berdirinya Nergara Kesatuan Republik Indonesia, sudah selayaknya keistimewaan Yogyakarta di pertahankan. Isu monarki di Yogyakarta sama sekali tidak berdasar dan juga tidak produktif untuk bangsa dan negara ini. Keistimewaan Yogyakarta sama sekali tidak ada hubungannya dengan sistem monarki. Keistimewaan Yogyakarta berkaitan dengan sejarah panjang karena peran dan andil Kasultanan Yogyakarta di awal berdirinya NKRI.
Sejarawan UGM bahkan menghimbau para intelektual dan para politikus untuk mempelajari sejarah, bukan malah menghianatinya. Selebihnya jika RUU Keistimewaan Yogyakarta dibahas dengan memreteli keistimewaan Yogyakarta, SBY akan mengulangi kesalahan mantan presiden Suharto dimasa Orde Baru. Beliau juga menekankan, di awal kemerdekaan Sultan bersama rakyat Yogyakarta membantu pemerintah Republik Indonesia untuk bisa memerintah. Bantuan berupa uang, tanah, dan dukungan moril diberikan kepada pemerintah Republik Indonesia, termasuk saat pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Karena itu, presiden harus mempelajari sejarah. Pemimpin jangan menghianati apa yang telah menjadi komitmen dimasa pendirian republik ini.
Mantan ketua PP Muhamadiyah Buya Syafii Maarif menambahkan, bahwa keistimewaan Yogyakarta menyangkut sejarah yang panjang, karena itu pemerintah tidak bisa mengubahnya begitu saja. Apa saja sumbangan dan peran Jogja untuk Indonesia,
1. Tanggal 5 September 1945 Sultan Hamengkubuwono IX dan Adipati Pakualam VIII mengeluarkan dekrit kerajaan berisi integrasi Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman ke Republik Indonesia.
2. Tanggal 6 September 1945 presiden Sukarno menjawab dengan Piagam Penetapan yang berisi pengakuan Yogyakarta sebagai daerah istimewa.
3. Tanggal 4 Januari 1946, berada dibawah pendudukan Belanda tidak memungkinkan Jakarta menjalankan pemerintahanRI. Atas undangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, presiden Sukarno memindahkan pemerintahan RI ke Yogyakarta.
4. Tanggal 19 September 1948 Belanda menduduki Yogyakarta. Presiden dan wakil presiden di tahan. Tetapi Belanda tidak mengganggu kedaulatan dan kedudukan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dengan dana pribadi Sri Sultan menggaji seluruh pegawai RI.
5. Tanggal 1 Maret 1949, atas persetujuan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, TNI melakukan Serangan umum kepada tentara Belanda, untuk membuktikan bahwa RI masih ada. TNI berhasil meduduki Yogyakarta selama 6 jam.
6. Tanggal 27 September 1949, Belanda mengakui kedaulatan RI melalui konferensi Meja Bundar di Den Hag. Di Jakarta Sri Sultan Hamengkubuwono IX mewakili RI menerima Piagam penyerahan kedaulatan Belanda dari AJ Lovink, wakil tinggi Mahkota Belanda.
7. Tanggal 4 Maret 1950, terbit UU No.3 tahun 1950 yang berisi penetapan Daerah Istimewa Yogyakarta.@@ ( Sumber: Media Indonesia )
PANTAI BUYUTAN, YANG TERASING DARI KERAMAIAN
Pantai Buyutan merupakan deretan pantai selatan yang membentang di bagian selatan pulau jawa. Terletak di sebelah timur pantai Ngampu, Wonogiri, pantai ini menjadi bagian dari kabupaten Pacitan. Pantai yang masih sangat alami ini tepatnya berada di desa Widoro kecamatan Donorojo kabupaten Pacitan. Seperti ciri khas pantai selatan lainnya, pantai ini juga bertebing karena berada di wilayah pegunungan kapur ( karst ) selatan jawa. Pantai ini berjarak kurang lebih 42 km dari kota Pacitan. Perjalanan kesana memang agak sulit, karena belum didukung sarana jalan yang memadai. Khusus untuk yang hoby berpetualang tempat ini sangat menantang. Perjalanan berkelok-kelok dan naik turun akan menjadikan pengalaman yang menguji adrenalin, dan tentu perjalanan yang menyenangkan bagi mereka yang berjiwa petualang.
Bila anda tertarik mengunjunginya bawalah bekal banyak-banyak, sebab disana belum ada penjual makanan, dan saya sarankan untuk tidak membawa anak kecil sebab untuk bisa sampai ke pantai kita harus menuruni jalan setapak yang lumayan terjal. Tempat ini bisa ditempuh melalui kecamatan Punung dari arah Pacitan atau melalu kecamatan Parang Gupito kabupaten Wonogiri. Letaknya yang jauh dan tempatnya yang agak terpencil membuat pantai indah ini kurang perhatian dari pemerintah daerah, padahal potensinya sangat bagus. Persiapan yang memadai dan perbekalan yang cukup adalah syarat mutlak untuk pergi kesana, mengingat belum adanya fasilitas apapun disana, benar-benar masih alami, benar-benar sebuah pantai yang masih perawan. @@
Rabu, 22 Desember 2010
MAKNA FILOSOFI GUNUNG MERAPI, KRATON DAN LAUT SELATAN
Dengan konsepsi filosofinya, tata ruang Kraton dengan adanya tugu golong gilig di utara dan Panggung Krapyak di selatan menggambarkan Lingga dan Yoni yang bermakna kesuburan. Antara Tugu, Kraton dan Panggung Krapyak yang satu garis lurus merupakan sumbu filosofinya Kraton Yogyakarta.
Dikatakan sumbu filosofi karena garis penghubung Tugu, Kraton dan Panggung Krapyak merupakan sumbu yang nyata yang berupa jalan. Adapun sebagai sumbu imajinernya adalah dari Gunung Merapi, Kraton, dan Laut Selatan.
Mengingat Sultan Hamengkubuwono I yang juga sebagai Sayidin Panatagama Kalifatullah, maka konsep kosmogoni yang berbau Hinduistis tersebut diubah menjadi konsep filosofi islam dan budaya jawa. Hubungan antara Panggung Krapyak, Kraton dan Tugu merupakan konsep filosofi Sangkan Paraning Dumadi.
Sedang hubungan Gunung Merapi, Kraton dan Laut Selatan merupakan konsep Manunggaling Kawulo Gusti, begitu papar KRT Widya Anindita seperti di lansir Harian Kedaulatan Rakyat.
Dari Panggung Krapyak ke utara sampai Kraton menggambarkan seorang bayi sejak lahir dari rahim sang ibu, menginjak dewasa, berumah tangga, sampai melahirkan kembali. Oleh karenanya disisi barat laut Panggung Krapyak, terdapat kampung Mijen yang berarti “wiji” atau benih manusia. Dan tanaman disekitarnya adalah pohon Asem dan Tanjung. Daun asem yang masih muda namanya Sinom sehingga makna simbolisnya adalah gadis yang masih anom ( muda ) akan menimbulkan rasa sengsem ( tertarik ) bagi lawan jenisnya sehingga ia akan di sanjung.
Dari Tugu ke Kraton adalah melambangkan perjalanan manusia menghadap sang khalik. Untuk itu seharusnya jangan ada penggantian nama jalan di wilayah itu. Contohnya jalan P. Mangkubumi yang dulu bernama Margotomo yang berarti jalan menuju keutamaan. Kemudian disambung dengan jalan Malioboro yang bermakna nganggo obor ajaraning para wali. Dan jalan Ahmad Yani itu dulu bernama jalan Margomulyo berasal dari kata Margo yang berarti jalan dan Mulyo yang berarti kemuliaan. Sedang yang sekarang Jalan Trikora itu dahulu bernama Pangurakan yang berasal dari kata “urak” yang berarti nggusah atau mengusir. Apa yang di usir? Yang diusir adalah nafsu yang kurang baik. Bagi setiap insan yang mau menghadap sang khalik, harus didasari dengan kesucian hati.
Jenis tanaman yang tumbuh sekelilinya juga tidak perlu diubah karena memiliki filosofi, dahulu disepanjang jalan Malioboro ditanami pohon Gayam ( ayom ) dan Asem ( sengsem ). Ditambahkan kerabat Kraton yang lain KRT H Jatiningrat ( RM Tirun Marwoto SH ) sebetulnya disekitar antara Tugu hingga kantor pos dulu ditumbuhi pohon asem dan gayam. Hal ini adalah cara Sultan Hamengkubuwono I mengharapkan sesuatu dengan ridho Allah agar ayom-ayem dan sengsem. Untuk itu masyarakat yang tinggal di Yogya pasti krasan karena di ayomi oleh pemimpinnya. Istilahnya seneng atine mergo diayomi ratune.
Ini sebenarnya persis dengan do’a Ibrahim ketika membangun Ka’bah agar masyarakat datang berdo’a. Sedang Sultan Hamengkubuwono I dengan symbol itu dan berharap kota menjadi ayom, ayem dan tentrem. Dan sepertinya berhasil, terbukti banyak orang yang kemudian datang ke Jogja dan menetap disana.@@ ( Sumber: Kedaulatan Rakyat )
Selasa, 21 Desember 2010
JOGJA, SUDAH ISTIMEWA SEJAK JAUH SEBELUM INDONESIA MERDEKA
Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat sudah istimewa sebelum Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY ) lahir atau jauh sebelum Indonesia merdeka. Terbentuknya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat melalui proses yang sangat panjang. Semua itu berangkat dari filosofi baik meliputi letak Kraton Yogyakarta secara geografis, konsep tata ruang, dan filosofi Kraton Yogyakarta, hingga filosofi vegetasi ( tanaman ) sangat melekat dengan Kraton Yogyakarta.
Berawal dari Raja Kartosuro yang sekaligus ayahanda Pangeran Mangkubumi, Sunan Amangkurat IV ( Sunan Amangkurat Jawi ) yang pernah mendapat wisik ( ilham ) bahwa wahyu Kraton jatuh di desa Pacethokan, alas Beringan yang saat ini berdiri Kraton Yogyakarta.
Oleh Sunan Amangkurat Jawi tempat beliau mendapat ilham kemudian dibangun pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Kemudian oleh Sunan Pakubuwono II, putra Sunan Amangkurat IV sekaligus kakanda Pangeran Mangkubumi, nama pesanggrahan Garjitawati kemudian diganti menjadi Ngayogya.
Secara geografis Kraton Yogyakarta diapit oleh 6 sungai yang simetris. Di sisi timur ada sungai Code, sungai Gajah Wong dan sungai Opak. Sedang di sisi barat terdapat sungai Winongo, sungai Bedog dan sungai Progo. Sedangkan disebelah utara ada gunung Merapi dan sebelah selatan Samudra Indonesia ( laut kidul ). Penentuan letak Kraton Yogyakarta oleh Pangeran Mangkubumi ( Sultan Hamengkubuwono I ) di lkasi ini dapat dianalogikan dengan pemilihan lokasi bangunan suci, bahkan menurut kepercayaan agama hindu tempat semacam ini merupupakan tempat yang disucikan ( sanctuary area ).
Demikian di ungkapkan ketua Dewan Kebudayaan DIY, KRT Widya Anindita ( Ir. Yuwono Sri Suwito MM ) kepada Harian Kedaulatan Rakyat. Menurutnya dengan tata ketak Kraton Yogyakarta dan filosofi yang mendasarinya, ditambah dengan pengaturan ruang dan bangunan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I yang sarat dengan makna simbolis dan filosofis, maka tidak berlebihan bila dikatakan Yogyakarta sudah istimewa sejak pendiriannya, jauh sebelum propinsi DIY terlahir, jauh sebelum Indonesia merdeka.@@ ( Sumber : Kedaulatan Rakyat )
KISAH SINGKONG REBUS YANG NAIK KELAS
Sebuah forum diskusi tentang kemiskinan yang digagas oleh sebuah departemen, digelar disebuah meeting room hotel bintang lima ternama di Jakarta. Diikuti oleh para cerdik pandai, para elite pengambil keputusan, dan para elite kekuasaan, diskusi ini diharapkan dapat memunculkan ide-ide baru tentang penanggulangan kemiskinan. Tentu menjadi angin segar sebab diakui atau tidak kemiskinan masih mendera ratusan ribu atau bahkan jutaan penduduk negeri yang konon katanya sudah makmur ini.
Sebagai salah satu chef yang ikut menyiapkan hidangan untuk para peserta diskusi itu, saya agak terkejut ketika melihat menu makanan yang dipesan. Untuk main course nya sih biasa saja, sajian international buffet yang sudah lazim di hotel bintang lima manapun. Tetapi ketika melihat menu coffe break, saya agak terkejut dan dibuat merenung meski hanya beberapa saat. Biasanya untuk coffe break acara-acara sejenis tak jauh dari menu-menu internasional seperti brownies, chocolate cake, banana cake, assorted pastries, chicken curry puff atau setidak-tidaknya ya lapis legit, bika ambon dan lapis Surabaya. Tetapi kali ini panitya penyelenggara forum diskusi yang diikuti oleh kaum intelektual, para elit pengambil keputusan dan elite kekuasaan itu meminta singkong rebus, kedelai rebus, kacang rebus, gatot dan bajigur. Edan. Bukan saja tidak lazim, bahkan juga mencurigakan.
Dalam sekejap muncul 1001 pertanyaan dalam benak saya. Apa karena diskusi ini membicarakan masalah kemiskinan, sehinga mereka para elite itu memandang perlu mencicipi makanan ndeso yang biasa disantap oleh kaum miskin, sehingga tumbuh empati untuk mereka. Atau jangan-jangan panitya sengaja memesan jajanan murahan itu supaya para peserta diskusi bisa menghayati dan merasakan penderitaan kaum miskin, meskipun selama ini mereka hidup berkecukupan bahkan bermewah-mewah.
Atau diskusi ilmiah itu mungkin akan dijadikan titik tolak dimulainya pola hidup sederhana bagi para elite kekuasaan dan para elite pengambil keputusan, yang selama ini, kesederhanaan bagi mereka hanya berhenti pada mulut saja, terbatas pada retorika saja. Sederhana? Tentu tidak. Sebab hidangan ndeso seperti singkong rebus, kedelai rebus, kacang rebus dan gatot itu mereka beli dengan harga yang sudah 12 kali lipat lebih mahal, plus tax and service charge yang besarnya 21 % pula. Apalagi untuk merasakan penderitaan kaum miskin, ah rasanya kok sangat jauh sekali.
Tanpa bermaksud berprasangka buruk saya malah timbul rasa curiga, jangan-jangan mereka memesan menu sederhana itu karena sebagai kaum elite, sebagai priyagung, mereka telah bosan dengan kemewahan yang selama ini mereka nikmati. Setelah saban hari menyantap steak, roast beef, spaghetti, pizza, mashed potato, salad, champagne, wine, ice cream maka mereka ingin kembali merasakan hidangan ndeso itu untuk sekedar menghindar dari kebosanan, atau bernostalgia, mengingat jaman susah dahulu. Membangkitkan kembali kenangan masa lalu yang sangat sentimental itu.
Berusaha dengan sungguh-sungguh memberantas kemiskinan tentu berbeda dengan memberantas orang miskin seperti yang selama ini mereka pertontonkan. Menggasak dan menggusur mereka atas nama pembangunan , atas nama ketertiban, atas nama kebersihan dan keindahan kota. Membuat aturan, undang-undang, perda atau apalah namanya yang sama sekali tidak pro dan membela kepentingan rakyat miskin, tetapi justru menyusahkan mereka. Mencabut berbagai macam subsidi saat mereka belum siap menerimanya. Dan pada kemudian hari harga-harga kebutuhan melambung tinggi, memotong setengah daya beli mereka, membuat mereka tetap miskin dan makin miskin.
Saya dan banyak orang miskin diluaran sana berharap bila diskusi tentang kemiskinan dengan suguhan aneka santapan orang miskin seperti singkong rebus, kedelai rebus, kacang rebus dan gatot serta bajigur itu benar-benar mampu melahirkan ide-ide brilliant yang bermanfaat untuk kepentingan kaum miskin. Tetapi tentu masih harus menunggu, semuanya belum pasti, dan kaum miskin belum bisa nyicil ayem sampai hasil pemikiran para cerdik pandai dan para elite itu di implementasikan di lapangan.
Yang jelas sudah pasti adalah naik kelasnya makanan ndeso itu, bila sehari-hari hanya menjadi santapan kaum miskin, tetapi kali ini menjadi hidangan agung para elite kekuasaan dan pengambil keputusan. Dan lagi, biasa hanya terdapat di desa-desa minus yang masyarakatnya tak punya pilihan lain karena tak mampu beli beras, tetapi kali ini santapan kaum miskin itu digelar di hotel bintang lima dengan penerangan lampu-lampu kristal yang mewah dan megah. Dan satu lagi, pada daftar menu, makanan kaum mlarat itu ditulis dengan ejaan bahasa inggris, seperti singkong rebus menjadi boiled cassava, kedelai rebus jadi boiled jacketed soybean, dan yang tidak kalah seremnya adalah gatot asal Gunung Kidul itu berganti nama menjadi dried cassava cake. Mantap!.@@
Sebagai salah satu chef yang ikut menyiapkan hidangan untuk para peserta diskusi itu, saya agak terkejut ketika melihat menu makanan yang dipesan. Untuk main course nya sih biasa saja, sajian international buffet yang sudah lazim di hotel bintang lima manapun. Tetapi ketika melihat menu coffe break, saya agak terkejut dan dibuat merenung meski hanya beberapa saat. Biasanya untuk coffe break acara-acara sejenis tak jauh dari menu-menu internasional seperti brownies, chocolate cake, banana cake, assorted pastries, chicken curry puff atau setidak-tidaknya ya lapis legit, bika ambon dan lapis Surabaya. Tetapi kali ini panitya penyelenggara forum diskusi yang diikuti oleh kaum intelektual, para elit pengambil keputusan dan elite kekuasaan itu meminta singkong rebus, kedelai rebus, kacang rebus, gatot dan bajigur. Edan. Bukan saja tidak lazim, bahkan juga mencurigakan.
Dalam sekejap muncul 1001 pertanyaan dalam benak saya. Apa karena diskusi ini membicarakan masalah kemiskinan, sehinga mereka para elite itu memandang perlu mencicipi makanan ndeso yang biasa disantap oleh kaum miskin, sehingga tumbuh empati untuk mereka. Atau jangan-jangan panitya sengaja memesan jajanan murahan itu supaya para peserta diskusi bisa menghayati dan merasakan penderitaan kaum miskin, meskipun selama ini mereka hidup berkecukupan bahkan bermewah-mewah.
Atau diskusi ilmiah itu mungkin akan dijadikan titik tolak dimulainya pola hidup sederhana bagi para elite kekuasaan dan para elite pengambil keputusan, yang selama ini, kesederhanaan bagi mereka hanya berhenti pada mulut saja, terbatas pada retorika saja. Sederhana? Tentu tidak. Sebab hidangan ndeso seperti singkong rebus, kedelai rebus, kacang rebus dan gatot itu mereka beli dengan harga yang sudah 12 kali lipat lebih mahal, plus tax and service charge yang besarnya 21 % pula. Apalagi untuk merasakan penderitaan kaum miskin, ah rasanya kok sangat jauh sekali.
Tanpa bermaksud berprasangka buruk saya malah timbul rasa curiga, jangan-jangan mereka memesan menu sederhana itu karena sebagai kaum elite, sebagai priyagung, mereka telah bosan dengan kemewahan yang selama ini mereka nikmati. Setelah saban hari menyantap steak, roast beef, spaghetti, pizza, mashed potato, salad, champagne, wine, ice cream maka mereka ingin kembali merasakan hidangan ndeso itu untuk sekedar menghindar dari kebosanan, atau bernostalgia, mengingat jaman susah dahulu. Membangkitkan kembali kenangan masa lalu yang sangat sentimental itu.
Berusaha dengan sungguh-sungguh memberantas kemiskinan tentu berbeda dengan memberantas orang miskin seperti yang selama ini mereka pertontonkan. Menggasak dan menggusur mereka atas nama pembangunan , atas nama ketertiban, atas nama kebersihan dan keindahan kota. Membuat aturan, undang-undang, perda atau apalah namanya yang sama sekali tidak pro dan membela kepentingan rakyat miskin, tetapi justru menyusahkan mereka. Mencabut berbagai macam subsidi saat mereka belum siap menerimanya. Dan pada kemudian hari harga-harga kebutuhan melambung tinggi, memotong setengah daya beli mereka, membuat mereka tetap miskin dan makin miskin.
Saya dan banyak orang miskin diluaran sana berharap bila diskusi tentang kemiskinan dengan suguhan aneka santapan orang miskin seperti singkong rebus, kedelai rebus, kacang rebus dan gatot serta bajigur itu benar-benar mampu melahirkan ide-ide brilliant yang bermanfaat untuk kepentingan kaum miskin. Tetapi tentu masih harus menunggu, semuanya belum pasti, dan kaum miskin belum bisa nyicil ayem sampai hasil pemikiran para cerdik pandai dan para elite itu di implementasikan di lapangan.
Yang jelas sudah pasti adalah naik kelasnya makanan ndeso itu, bila sehari-hari hanya menjadi santapan kaum miskin, tetapi kali ini menjadi hidangan agung para elite kekuasaan dan pengambil keputusan. Dan lagi, biasa hanya terdapat di desa-desa minus yang masyarakatnya tak punya pilihan lain karena tak mampu beli beras, tetapi kali ini santapan kaum miskin itu digelar di hotel bintang lima dengan penerangan lampu-lampu kristal yang mewah dan megah. Dan satu lagi, pada daftar menu, makanan kaum mlarat itu ditulis dengan ejaan bahasa inggris, seperti singkong rebus menjadi boiled cassava, kedelai rebus jadi boiled jacketed soybean, dan yang tidak kalah seremnya adalah gatot asal Gunung Kidul itu berganti nama menjadi dried cassava cake. Mantap!.@@
Senin, 20 Desember 2010
MUSIUM SANGIRAN, MENELUSURI JEJAK NENEK MOYANG
Musium Purbakala Sangiran terletak di desa Krikilan kecamatan Kalijambe kabupaten Sragen Jawa tengah. Berjarak kurang lebih 30 km arah barat laut kota Sragen musium ini sangat mudah untuk di kunjungi. Bisa menggunakan kendaraan pribadi dan juga angkutan umum. Bila menggunakan angkutan umum anda bisa berangkat dari Solo naik bus jurusan Purwodadi dan turun di Kalijambe dari situ anda tersedia angkutan umum menuju musium yang berjarak kurang lebih 4 km lagi atau bila mau cepat bisa menggunakan jasa ojeg.
Pada tahun 1996 musium ini tercatat dan masuk sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO( World Herritage List ). Area Sangiran menurut Wikipedia memiliki luas sekitar 48 km persegi. Menurut para ahli wilayah Sangiran dahulu kala merupakan wilayah lautan. Karena sebuah proses geologi, wilayah itu berubah menjadi daratan. Terbukti dari lapisan-lapisan tanah pembentuk di wilayah tersebut berbeda dengan daerah lainnya, juga ditemukannya fosil binatang laut, disamping fosil manusia purba beserta fosil alat-alat batu.
Di kawasan Sangiran atau yang terkenal dengan Sangiran Dome hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.600 fosil dan 2900 lebih diantaranya telah di simpan dan dipamerkan di musium. Jenis manusia yang ditemukan di wilayah Sangiran adalah jenis Pithecantropus Mojokertoensis ( pithecantropus Robustus ), Pithecantropus Erectus, Megantropus Palaeojavanicus, Homosoloensis, Homo Neanderthal Eropa, dan Homo Neanderthal Asia.
Musium Purbakala Sangiran dilengkapi dengan ruang pamer, ruang slide, laboratorium, gudang dan kios-kios cinderamata yang melibatkan masyarakat setempat. Untuk lebih jelasnya silahkan datang dan kunjungi musium purbakala Sangiran. Perjalanan yang mungkin melelahkan akan terbayar dengan bertambahnya wawasan kita akan jaman dan manusia purba serta hitung-hitung menelusuri jejak nenek moyang kita.@@
Senin, 13 Desember 2010
PANTAI SEMBUKAN, SI PERAWAN DARI WONOGIRI
Tersembunyi di ujung selatan kabupaten Wonogiri pantai ini secara geografis memang sangat jauh dari pusat kota. Pantai ini terletak di kecamatan Parang Gupito yang berbatasan langsung dengan kecamatan Girisubo kabupaten Gunung Kidul, dimana terdapat pelabuhan ikan pantai Sadeng. Pantai Sembukan berjarak kurang lebih 45 km arah selatan kota Wonogiri atau 4 km arah selatah kecamatan Parang Gupito. Seperti pantai pada kawasan karst lainnya pantai ini berbukit-bukit dan bertebing yang cukup tinggi.
Dan satu lagi pantai ini masih sangat perawan dan alami. Belum tersedianya angkutan umum, membuat pengunjung pantai ini masih terbatas wisatawan lokal. Sekalipun sudah ditunjang dengan sarana jalan yang cukup memadai, ketersediaan sarana transpotasi memang masih menjadi kendala. Rute kendaraan umum hanya sampai di kota kecamatan Parang Gupito, itupun dari kota Wonogiri harus beberapa kali ganti kendaraan. Pilihan yang paling tepat adalah dengan mobil pribadi atau mobil sewaan. Perjalanan ke pantai Sembukan bisa menjadi daya tarik tersendiri, sebab melewati kawasan pegunungan kapur yang berbelok-belok dan naik turun. Bila anda tertarik untuk kesana, persiapkan perbekalan yang cukup sebab di sana belum banyak penjual makanan. Anda tertarik untuk berpetualang kesana? Selamat berwisata.@@
Minggu, 12 Desember 2010
GAJAH MUNGKUR, SEBUAH OASE DI BUKIT GERSANG
Waduk Gajah Mungkur yang terletak di kabupaten Wonogiri pada awalnya dibangun untuk menjamin ketersediaan air untuk irigasi tekhnis di wilayah itu. Kabupaten Wonogiri yang berbukit-bukit, pegunungan kapur merupakan wilayah kering dan tandus. Danau buatan yang terletak kurang lebih 3 km selatan kota Wonogiri ini menurut keterangan dalam Wikipedia memiliki luas lebih dari 8800 ha dan berada di 7 wilayah kecamatan. Waduk ini mampu mengairi sawah di areal yang cukup luas yaitu kurang lebih 23600 ha di 4 kabupaten dibawahnya seperti Klaten, Sukoharjo, Karang Anyar dan Sragen. Masih menurut Wikipedia dari PLTA yang dibangun dari waduk ini mampu menghasilkan listrik hingga 12,4 mega watt. Waduk yang mulai beroperasi pada tahun 1978 ini diperkirakan bisa berumur hingga 100 tahun.
Bagi Pemda Wonogiri dan masyarakat setempat tempat ini kini menjadi obyek wisata yang kemudian munumbuhkan ekonomi. Ada berbagai usaha yang bisa di lakukan masyarakat setempat untuk mendukung keberadaan waduk Gajah Mungkur sebagai tempat tujuan wisata. Mendirikan rumah makan, berdagang oleh-oleh, berjualan cenderamata, bahkan membuat homestay atau hotel yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Usaha yang lain yang cukup menjanjikan adalah usaha keramba ikan air tawar yang berkembang cukup pesat dan banyak ditekuni warga setempat. Kehadiran waduk Gajah Mungkur benar-benar menjadi oase bagi banyak masyarakat Wonogiri sendiri atau kabupaten tetangga sekitarnya. Kini tempat ini dipoles dengan beberapa fasilitas seperti kolam renang dan arena permainan yang cukup menarik. Bila anda penggila masakan ikan air tawar, disini banyak sekali restoran yang menyajikan menu dari berbagai ikan. Jadi anda bisa berwisata alam sekaligus berwisata kuliner. Anda tertarik? Selamat berwisata.@@
Rabu, 08 Desember 2010
GOA SELARONG, TEMPAT BERSEJARAH YANG KURANG DIKENAL
Dibanding dengan goa-goa lain seperti goa Jatijajar di kabupaten kebumen atau goa Tabuhan dan goa Gong di kabupaten Pacitan dan juga goa-goa di kawasan karst selatan Jawa lainnya seperti di Gunung kidul dan Pracimantoro Wonogiri gua selarong memang kalah pamor, tetapi untuk masyarakat Jogja dan sekitarnya tempat ini sangat familiar.
Goa yang tidak seperti goa pada umumnya yang dalam dan bisa ditelusuri, goa ini hanya berbentuk seperti ceruk pada dinding tebing di sebuah bukit. Goa yang terletak didesa Guwosari kecamatan Pajangan kabupaten Bantul atau kurang lebih 15 km selatan kota Jogja ini memiliki kaitan sejarah yang cukup penting dalam perjuangan melawan penjajah kolonial belanda. Goa ini dipercaya sebagai tempat persembunyian dan juga markas Pangeran Diponegoro ketika perang melawan penjajah belanda antara tahun 1825 - 1830 silam. Sebagai tempat bersejarah, tempat ini kini dikembangkan dan ditata lebih apik dengan dibangun tangga untuk naik ketempat yang konon dipercaya sebagai tempat persembunyian sang pahlawan.
Yang menarik lagi ditempat ini juga juga dibangun patung Diponegoro dan terdapat air terjun dan juga situs yang berupa sebuah sendang. Tersedia juga gardu pandang dan tempat istirahat baik dibawah maupun diatas, cukup untuk istirahat setelah kelelahan menaiki anak tangga yang sebenarnya tidak terlalu tinggi. Untuk mencapai tempat ini tidak terlalu sulit, karena telah didukung dengan jalan yang cukup mulus, meski sampai saat ini belum ada angkutan umum yang melewati daerah tersebut. Jadi untuk menuju tempat itu harus menggunakan mobil pribadi atau menyewa mobil sendiri.@@
Selasa, 07 Desember 2010
CANDI BOKO, SUN SET DAN MISTERI SEJARAH
Komplek candi Boko terletak kurang lebih 18 km sebelah timur kota Jogja atau kurang lebih 2 kilometer sebelah selatan komplek candi Prambanan. Berada pada ketinggian sebuah bukit, Konon candi ini ditemukan oleh Van Boekhlotz pada sekitar tahun 1790. Sumber yang lain menyebutkan candi ini ditemukan oleh seorang arkeolog asal Belanda yang bernama HJ De Graaf pada abad ke 17. Dari situs percandian di situ ditemukan bukti yang paling tua pada tahun 792 Masehi yang berbentuk prasasti Abayagirivihara, dan seseorang atau tokoh yang disebutkan pada prasasti-prasasti di sekitar situs itu menurut para ahli di perkirakan orang yang bernama Rakai Panangkaran.
Dan menurut ahli sejarah yang bernama Profesor Bukhori Candi Boko merupakan benteng pertahan. Misteri sejarahnya sendiri masih simpang siur. Di sekitar candi Boko juga terdapat beberapa candi seperti candi Ijo, dan candi Banyunibo yang bertebaran dalam radius kurang lebih 2 km. Ada banyak hal yang belum terungkap dan masih terus dipelajari. Tetapi dibalik itu semua candi Boko adalah tempat bersejarah yang memiliki pemandangan indah dan sangat layak untuk anda kunjungi. Bila anda berkunjung kesana pada saat senja, maka anda akan melihat sunset yang sangat indah. Selamat berwisata@@.
Senin, 29 November 2010
PLUNYON, RIWAYATMU KINI
Gunung Merapi, tempat yang beberpa waktu terakhir menjadi buah bibir tak hanya di negeri ini, tetapi juga penduduk belahan bumi lainnya. Gunung yang berada di perbatasan empat kabupaten yaitu, Sleman ( DIY ) dan Magelang, Boyoali serta Klaten ( Jawa tengah ) ini telah membuat ratusan ribu penduduk sekitarnya ketakutan dan mengungsi karena baru saja mengalami erupsi( meletus ). Sebagai gunung api yang tergolong teraktif didunia gunung Merapi memang menyimpan mara bahaya yang luar biasa. Awan panas dan muntahan matreal vulkanik yang mematikan akan memusnahkan apa saja yang dilewatinya. Ancaman lainnya adalah banjir lahar dingin yang tak kalah menakutkan, sebab matreal vulkanik Merapi akan terbawa air banjir yang siap menerjang apa saja yang dilewatinya.
Tetapi dalam keadaan tenang gunung Merapi mampu mempersembahkan kemakmuran dari tanahnya yang subur dan keindahan alamnya yang berniai ekonomi tinggi. Sebagai tempat tujuan wisata gunung Merapi mampu menyuguhkan tempat-tempat terindah yang sangat mengesankan. Di Klaten ada Deles Indah, selain Kaliurang dan Kaliadem di Sleman ada juga Punyon. Tempat berpemandangan indah dan berhawa sejuk di lereng selatan Merapi itu, sering kali menjadi tempat untuk duduk bedua-dua, merenda harapan dan masa depan bagi para insan yang sedang dimabuk asmara. Sayang sekali, tempat itu sekarang porak poranda oleh sapuan awan panas yang menerjang beberapa waktu yang lalu. Selain pohon-pohon yang hangus terbakar tempat itu juga dipenuhi matreal vulkanik sisa erupsi Merapi yang menewaskan lebih dari 300 jiwa dan membawa kerugian materi hingga mencapai angka trilyunan rupiah itu. Entah butuh berapa tahun lagi untuk membuat daerah itu menjadi indah kembali.Tapi jangan kawatir, bekas letusan Merapi juga menjadi daya tarik tersensediri untuk di kunjungi, yang di kenal sebagai Lava Tour.@@
GOA TABUHAN, PENYEMPURNA KOTA 1001 GOA
Memang tidak salah bila kabupaten Pacitan yang berpredikat sebagai kota 1001 goa. Sebagai terusan wilayah karst yang membentang di belahan selatan jawa tengah hingga jawa timur, diwilayah ini memang terdapat banyak sekali goa sebagai ciri khas wilayah karst. Goa-goa yang sudah berumur ribuan tahun dengan aliran air, stalagtit dan stalamit itu konon juga dipercaya sebagai tempat tinggal manusia purba jenis homo sapiens. Salah satu goa yang cukup dikenal dan relatif tidak sulit untuk di kunjungi adalah goa Tabuhan. Dinamakan demikian karena terletak di dusun Tabuhan, desa Wareng, kecamatan Punung kabupaten Pacitan.
Disamping itu stalagtit yang ada digua ini juga bisa ditabuh layaknya gamelan jawa. Menurut pengelola, ditempat ini sering digunakan untuk pertunjukan Campursari ( musik tradisional gamelan ) yang salah satu instrumennya menggunakan stalagtit yang ada di gua tersebut, tentu dipadu dengan gamelan. Goa yang ditemukan pada tahun 1828 ini kemudian dikembangkan sebagai objek wisata pada tahun 1956. Goa yang memiiki kedalaman sekitar 100 meter ini juga merupakan goa bersejarah, sebab tempat ini diyakini sebagai tempat pertapaan Sentot Prawirodirjo, seorang pengikut Pangeran Diponegoro pada masa perjuangan penjajahan kolonial dulu. Keberadaan goa ini menjadi penyempurna kabupaten Pacitan yang berjulukan sebagai kota 1001 goa. Bila anda tertarik untuk berkunjung, tempat ini tidak terlalu jauh dari jalur selatan Pacitan-Jogja.@@
Sabtu, 27 November 2010
JALAN MALIOBORO, MAKNA DAN ARTI PENTINGNYA
Jalan Malioboro merupakan jalan yang sangat terkenal di Jogjakarta, saking terkenalnya mungkin orang merasa belum afdol kalau berkunjung ke Jogja tak mampir di jalan yang sangat fenomenal itu. Malioboro menurut sebuah sumber konon berasal dari kata, Maliya saka bara yang konon berarti mulia dari pengembaraan. Sumber yang lain sebuah artikel di Kompasiana juga pernah menjelaskan bahwa kata Malioboro berarti Jalan Bunga, karena menghubungkan jalan Pasar Kembang di utara dengan kawasan Pasar Gede ( Beringharjo ) dan kawasan pecinan di selatan. Dan menurut konsepsi islam yang merupakan dasar dari segala konsepsi pembangunan Kraton, juga bisa diartikan nganggo obor ajaraning para wali.
Keberadaan jalan Malioboro juga tak bisa dipisahkan dengan keberadaan kraton Jogja, karena jalan itu berada lurus keutara mengarah ke Tugu Jogja. Kini jalan Maliboro merupakan pusat pemerintahan karena kantor gubernur dan kantor DPRD ada diwilayah itu. Disamping itu kawasan itu kini merupakan kawasan bisnis yang berkembang pesat dan juga merupakan kawasan yang bersejarah, Malioboro kini menjadi salah satu pusat wisata yang sangat penting dan ikut melambungkan nama Jogja sebagai kota tujuan wisata. Yang menarik lagi di tempat ini segala macam transpotasi baik yang tradisional seperti becak dan andong serta yang modern seperti bis kota dan taksi berpadu tanpa merasa ada persaingan di antara mereka.
Sebagai tujuan wisata Malioboro sangat menarik karena merupakan pusat jajanan dan juga pusat cinderamata, yang tentu sangat dibutuhkan para wisatawan sebagai oleh-oleh. Dilengkapi dengan hotel-hotel yang terus dibangun, baik yang non bintang dan berbintang, serta pusat belanja moderen, Malioboro kini sempurna mengukuhkan Jogja sebagai kota tujuan wisata.
Kamis, 25 November 2010
WISATA MINAT KHUSUS : KAWASAN KARST
Pegunungan seribu di kawasan selatan Jawa yang membentang dari Daerah Iatimewa Yogyakarta hingga Jawa Timur ( kabupaten Gunung Kidul, Wonogiri dan Pacitan )ternyata menyimpan potensi wisata yang cukup menarik. Kesan kering, tandus dan bahkan miskin lambat laun hilang dengan pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan pertanian dan perkebunan yang cocok untuk wilayah kapur ( karst ). Potensi lain yang terus digali adalah pengembangan pariwisata minat khusus karst yang dari wktu ke waktu terus mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.
Sejarah geologi pegunungan seribu menurut seorang ahli geologi Dr. Tony Djubiantoro tterbentuk pada kala Miosen atau Pleistosen Tengah, pada jutaan tahun yang lampau. Menurutnya pada saat itu terjadi perubahan yang sangat spektakuler dimana dasar lautan di kawasan tersebut terangkat keatas karena terjadinya pergeseran lempeng bumi. Pendapat itu juga dikuatkan dengan penemuan fosil-fosil binatang laut, yang menguatkan keyakinan bahwa daerah tersebut dahulu merupakan dasar laut. Kawasan karst pegunungan seribu memiliki potensi geowiasata yang cukup menarik. Disamping pantai selatan yang terkenal indah, berpasir putih dan bertebing-tebing. Potensi lain adalah banyaknya goa-goa yang sudah berumur ribuan tahun yang konon merupakan tempat tinggal manusia purba Homo Sapiens. Tempat yang tidak kalah menarik adalah adanya sungai-sungai bawah tanah yang tidak terdapat di kawasan lain. Dan puncaknya adalah berdirinya musium karst di kecamatan Pracimantoro, Wonogiri yang akan sangat membantu menambah wawasan tentang wilayah karst di Indonesia, terutama kawasan pegunungan seribu. Selamat berwisata.@@
Selasa, 23 November 2010
POHON BERINGIN KRATON JOGJA, KERAMATKAH?
Semua bangunan yang berada didalam lingkungan kraton Yogyakarta memiliki arti dan dibangun dengan konsep yang jelas. Termasuk beberapa pohon beringin baik yang ada di alun-alun selatan maupun alun-alun utara. Lalu apakah makna pohon-pohon beringin itu bagi kraton...? Dulu di alun-alun utara kraton Yogyakarta ada dua batang pohon beringin yang cukup dikenal yaitu kyai Jalandaru dan kyai Dewandaru, tetapi dalam buku Markesot Bertutur Lagi budayawan Emha Ainun Nadjib pernah menjelaskan bahwa konon dahulu dialun-alun utara kraton Yogyakarta ada enampuluh dua pohon beringin.
Alun-alun sendiri melambangkan pencapaian jiwa yang kosong saat raja bersemedi. Enampuluh dua batang pohon beringin itu kalau ditambah satu batang lagi, yaitu batang tubuh sang raja maka akan menjadi enampuluh tiga. Angka ini adalah jumlah tahun usia Nabi Muhammad SAW. Adapun dua pohon beringin ditengah alun-alun adalah lambang dari diri kita sendiri, yaitu suatu dualisme antara gusti dengan kawula. Antara manusia dengan Tuhan atau antara rakyat dengan pemimpin (raja).Jadi pohon-pohon beringin itu termasuk didalam konsep arsitektur bangunan kraton yang diirancang oleh Pangeran Mangkubumi. Jadi pohon-pohon beringin itu sebenarnya tidak keramat, tetapi merupakan bagian dari konsepsi relgius dalam mendirikan kraton Yogyakarta.@@
Senin, 15 November 2010
LIMA JARI TANGAN DI PUNCAK NGLANGGERAN
Bukan Jogja namanya kalau tidak sanggup meyuguhkan tempat-tempat wisata alternatif yang tak hanya menarik tetapi juga menakjubkan. Kalau beberapa waktu lalu ada Bengawan Solo Purba di kawasan muara pantai Sadeng, kini masih berhubungnan dengan yang berbau purba yaitu Gunung Api Purba. Tempat indah ini terletak di desa Nglanggeran, kecamatan Pathuk kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini sangat mudah untuk anda kunjungi, hanya berjarak sekitar 25 kilometer arah timur kota Jogja atau 20 kilometer sebelum kota Wonosari, membuat anda layak untuk mempertimbangkan tempat ini untuk tujuan wisata anda selanjutnya.
Gunung yang berupa bongkahan batu raksasa ini diyakini sebagai gunung api purba yang konon sudah berusia puluhan juta tahun. Gunung yang berketinggian antara 200 - 700 meter diatas permukaan laut itu menyajikan panorama alam yang sangat menawan. Konon sekitar 60 juta tahun yang lalu gunung ini merupakan gunung api aktif. Tempat ini sangat cocok untuk berbagai kegiatan wisata seperti panjant tebing, out bond, jelajah wisata dan berkemah. Bila anda datang pada sore hari dan berhasil mencapai puncak pada waktu senja, maka anda akan disuguhi pemandangan sunset yang bukan saja indah tetapi juga sangat menakjubkan. Tidak hanya itu di tempat ini terdapat fenomena alam yang sangat menarik berupa bogkahan batu raksasa di atas bukit yang kalau di perhatikan secara mendalam akan berbentuk lima jari tangan manusia. Anda penasaran...? Silahkan datang dan buktikan sendiri. Selamat berwisata.@@
Sabtu, 13 November 2010
MAKNA DAN ARTI PENTING TUGU JOGJA
Seringkali berkunjung ke Jogja, dan sering melihat tugu jogja, tetapi mungkin banyak diantara anda yang belum mengetahui arti penting keberadaan tugu itu. Keberadaan tugu jogja yang berdiri kokoh dan berada tepat di tengah perempatan, di ujung Jl. Jend. Sudirman atau Jl.P Mangkubumi itu ternyata bukan sekedar untuk memperindah suasana, tetapi keberadaan tugu itu memiliki arti yang sangat penting. Dan pemilihan tempat dimana sekarang tugu itu berdiri juga tidak sembarangan. Keberadaan tugu dan tempat tugu itu berdiri tidak bisa dipisahkan dari keberadaan keraton Jogja sebagai sentralnya. Dan keberadaan tugu itu dibangun dengan konsepsi yang jelas dan berdimensi religious. Menurut beberapa sumber dari beberapa buku yang salah satunya ditulis oleh budayawan Emha Ainun Nadjib, tugu itu merupakan pusat inti pandang ( point of view ) ketika raja-raja Jogja melakukan semedi, mengheningkan cipta, melakukan perjalanan ke dalam diri sendiri.
Meski telah mengalami perubahan bentuk awal yang tadinya golong gilig, tiangnya berbentuk silinder dan pucuknya berbentuk bulat, sebagai lambang persatuan dan kesatuan. Tugu itu sempat beberapa kali dibangun, pada tahun 1867 tugu itu runtuh tak berbentuk karena gempa dahsyat yang melanda Jogja. Baru pada tahun 1887 ketika Pemerintah Kolonial Belanda merenovasi tugu itu, menjadi bentuk yang sekarang berbentuk persegi dan pucuknya tak lagi bulat tetapi berbentuk kerucut. Tidak lagi disebut tugu golong-gilig tetapi memiliki nama baru : tugu pal putih, yang bermakna kesejahteraan bagi pemimpin negara, dan konon ketinggian tugu juga turun sekitar 10 meter dari semula.
Jika anda perhatikan dari keberadaan tugu itu jika ditarik garis lurus keselatan melewati Jl.P. Mangkubumi, Jl. Malioboro , Jl. Ahmad Yani dan Jl.Trikora maka akan berakhir di alun-alun utara dan keraton. Selanjutnya dalam buku itu dijelaskan bahwa bagan alam didepan semedi sang raja yang merupakan garis tegak lurus itu melambangkan Alif Mutakalliman Wahid, yang berarti Manunggaling kawulo gusti.Ini bisa bermakna bersatunya rakyat dengan rajanya ( pemimpin ) atau bersatunya manusia dengan Tuhan.@@
Kamis, 11 November 2010
MUSIUM KARST, ANDA TAHU.....?
Nun jauh disana, dikawasan perbukitan kapur desa Gebangharjo, kecamatan Pracimantoro, kabupaten Wonogiri proppinsi Jawa Tengah, musium ini memang berdiri megah nun jauh dari pusat keramaian. Kecamatan Pracimantoro sendiri terletak kurang lebih 43 km arah barat daya kota kabupaten Wonogiri. Namun demikian tempat ini relatif tidak sulit untuk dijangkau.Bila menggunakan kendaraan umum dari kota Solo anda bisa naik bis jurusan Pracimantoro atau dari kota Jogja anda bisa naik bis jurusan Batu ( Baturetno-Wonogiri ) via selatan turun di Pracimantoro. Tercatat ada dua perusahaan travel yang melayani rute Jogja-Pacitan juga melewati kawasan ini.
Bila menggunakan kendaraan pribadi lebih mudah lagi karena musium ini berada di tepi jalan Jogjakarta-Pacitan lintas selatan ( Jogja-Wonosari-Pracimantoro-Giritontro-Donorojo-Pacitan). Di musium ini anda akan banyak mendapatkan informasi tentang wilayah karst yang ada di seluruh Indonesia. Mulai dari karakteristik daerah karst itu sendiri hingga potensi yang bisa di kembangkan untuk memberdayakan masyarakat sekitarnya. Dan yang lebih menarik lagi, disekitar area musium ini juga terdapat lima atau lebih gua-gua kawasan kapur yang bisa anda kunjungi. Sekiranya belum ada waktu untuk meluangkan waktu kesana, paling tidak informasi ini akan sangat berguna bila suatu saat anda melewati daerah tersebut dan berniat untuk singgah dan meanmbah wawasan tentang wilayah karst di tanah air. Selamat berwisata.@
Senin, 25 Oktober 2010
BENGAWAN SOLO PURBA DI GUNUNG KIDUL
Karakteristik alam kabupaten Gunung Kidul yang berbukit-bukit dengan kemiringan yang cukup bervariasi menjadi daya tarik wisata tersendiri untuk yang suka wisata petualangan. Apalagi wilayah pantai selatan yang beberapa bagian memiliki kecuraman yang cukup ekstrim. Bukit-bukit kapur yang sudah berumur ribuan bahkan jutaan tahun itu juga menjadi objek penelitian para ahli geologi. Layak kiranya kalau kawasan Gunung Kidul diusulkan untuk menjadi Taman Bumi tingkat internasional.
Salah satu kawasan yang cukup bagus dan di perkirakan sudah berumur jutaan tahun itu adalah kawasan yang diyakini sebagai Bengawan Solo Purba. Kawasan ini merupakan lembah memanjang yang berada diantara dua bukit yang bermuara ke sekitar pantai Sadeng. Konon bengawan Solo mengalir keselatan dan bermuara disekitar pantai Sadeng. Tetapi karena sebuah proses pergeseran lempeng bumi yang terjadi jutaan tahun lalu akhirnya berubah menjadi ke utara dan bermuara ke laut jawa. Daerah ini terletak di ujung timur kabupaten Gunung Kidul atau kurang lebih 40 kilo meter arah tenggara Wonosari. Berada disamping jalan menurun yang cukup curam menuju pantai Sadeng, daerah ini cukup bagus untuk "uji nyali" atau bertualang. Lembah yang memanjang dan terlihat cukup hijau, menyuguhkan panorama alam yang cukup menakjubkan. Rasa lelah setelah menempuh perjalanan panjang menuju ke kawasan tersebut akan segera terbayar dengan keindahan yang terhampar, dan tak jauh dari situ sekalian bisa belanja ikan atau sekedar istirahat dan makan siang di pantai Sadeng.
Sabtu, 07 Agustus 2010
MUSIUM GUNUNG MERAPI
Bangunan unik dan futuristi ini adalah musium gunung Merapi, terletak kurang lebih empat kilo meter dari Kaliurang tempat ini sangat mudah untuk anda kunjungi. Dalam bangunan yang mulai dibangun pada tahun 2005 dan diresmikan penggunaannya pada 1 oktober 2009 ini banyak sekali menyimpan informasi tentang gunung Merapi, gunung api aktif yang terletak kurang lebih 25 km arah utara kota Jogja ini. Bahkan anda bisa mendapatkan informasi tetang letusan gunung ini yang terjadi pada tahun 1969, tahun 1994, dan tahun 2006 lengkap dengan efek letusan dan arah aliran laharnya hanya dengan menekan sebuah tombol. Gambaran aliran lava panas yang di gambarkan dengan nyala lampu warna merah serta efek letusan dan jumlah korban yang disampaikan dalam bentuk narasi berbahasa inggris dan bahasa indonesia. Di musium ini anda juga bisa mendapatkan informasi tentang aneka batuan dan bahan tambang yang ada di gunung ini. Bahkan gambaran lengkap tentang mitos keberadaan gunung merapi yang merupakan satu kesatuan dengan keraton dan laut selatan. Sebuah wisata yang sangat edukatif dan akan memperkaya wawasan anda tentang gunung api di Indonesia, atau gunung merapi pada kususnya. Bila anda berkunjung ke kota Jogja, tempat ini adalah tempat yang saya sarankan untuk anda kunjungi, sebab dari tempat ini anda langsung bisa mampir ke Kaliurang untuk refresh dan rilex. Selamat berwisata.
ORANG GILA DARI JAKARTA
Hari belum malam betul, waktu baru menunjukkan pukul 20.15 WIB, ketika terlihat kang Sarji duduk termangu pada bale bambu di teras rumahnya. Dengan serius ia memikirkan acara pengajian malam jum'at depan, dalam rangka ulang tahun anak semata wayangnya, Wahid. Sebagai santri desa, kang Sarji sebenarnya tidak suka perayaan pesta ulang tahun seperti orang-orang kota pada umumnya. Pesta ulang tahun itu tidak perlu, tidak ada tuntunannya, lebih banyak madharatnya dari pada manfaatnya, katanya pada suatu hari. Tetapi karena kali ini dikaitkan dengan pengajian ya, bolehlah.
Lain dengan kang Sarji lain pula dengan pak Bos yang ada di Jakarta sana. Kurang jelas pak Bos itu namanya siapa dan pekerjaannya apa. Dengar-dengar beliau itu seorang pengusaha yang cukup sukses. Pengusaha dibidang apa juga kurang jelas, yang jelas beliau itu sangat kaya raya. Berbarengan dengan ulang tahunnya Wahid, anaknya kang Sarji, pak Bos ini juga merayakan ulang tahun dan menggelar pesta di salah satu hotel bintang lima ternama di kawasan Senen Jakarta Pusat. Beberapa karyawan hotel terlihat sibuk bekerja, mondar mandir mempersiapkan acara ulang tahun pak Bos itu. Maklum beliau itu merupakan long staying guest dan salah satu tamu VVIP, atau very-very important person.
Sebuah restauran yang ada di hotel itu di blok, tidak dibuka untuk umum kecuali para tamu undangan yang akan menghadiri pesta ulang tahun pak Bos itu. Sebuah ruangan ditata dengan apik. Ada kurang lebih 30 kursi putih berhiaskan tali-tali keemasan, melingkari sebuah meja marmer panjang yang di hiasi bunga-bunga segar nan wangi. 7 buah fruit busket berisi buah-buahan impor tertata dengan manis di atas meja. Lilin-lilin menyala dengan redup, membuat suasana menjadi sangat syahdu dan romantis. Hidangan international buffet terhampar dengan mewahnya. Di lengkapi beberapa stall makanan yang diantaranya pork knuckle, pasta station, roast beef Welington dan Rachlette cheese, keju bakar dari Swiss yang sudah sangat terkenal itu. Terasa pesta ulang tahun pak Bos ini menjadi sangat istimewa, bahkan sempurna.
Cheers, segelas Jack Daniels memulai pesta. Lebih dari 12 botol anggur di buka untuk memeriahkan pesta kali ini. Acara demi acara terus berlangsung meriah, penuh gelak tawa dan kegembiraan. Di temani istri keduanya yang masih kinyis-kinyis, pak Bos meniup lilin yang berbentuk angka 47 itu. Tepuk tangan para undangan pun membahana memeuhi semua sudut pesta. Satu demi satu para undangan yang hadir mengucapkan selamat lengkap dengan peluk cium ala eropanya.
And now, wine party is begin. Anggur-anggur yang sudah disiapkan pun di buka. Anggur ini bukan sembarang anggur, tentu tidak sama dengan anggur kolesom cap kepala jenggot yang sering di minum mbah buyut saya dulu. Anggur ini berharga 1 juta rupiah. Edaaan..., ada aja anggur yang harganya bikin pusing kepala macam ini. Minum lagi dan minum lagi. Semakin larut suasana pesta semakin meriah saja. Tak lama kemudian suasana pesta terlihat agak gaduh, seiring jatuhnya pak Bos karena kebanyakan minum. He is drunk. Beberapa menit kemudian pak Bos dipapah ke luar. Satu demi satu para undangan pun mulai meninggalkan pesta, satu demi satu pula atribut pesta mulai disingkirkan. Seperti pepatah mengatakan, tak ada pesta yang tak pernah berakhir. Pesta pun usai sudah. Suasna pun kembali sepi.
Menjadi saksi hidup acara pesta ulang tahun pak Bos saya hanya bisa terdiam. Geleng-geleng kepala dan istighfar. Bagaimana tidak, acara pesta ulang tahun yang dihadiri kurang dari 30 orang itu menghabiskan duit 50 juta rupiah. Jumlah yang cukup besar, bahkan saya belum pernah melihat duit sebanyak itu. Gila benar pak Bos yang satu ini, gila kayanya dan juga gila royalnya. Sementara hampir 36 juta penduduk negara ini hidup miskin, Bos kita yang satu ini sekali kentut menghabiskan duit 50 juta.@@
Lain dengan kang Sarji lain pula dengan pak Bos yang ada di Jakarta sana. Kurang jelas pak Bos itu namanya siapa dan pekerjaannya apa. Dengar-dengar beliau itu seorang pengusaha yang cukup sukses. Pengusaha dibidang apa juga kurang jelas, yang jelas beliau itu sangat kaya raya. Berbarengan dengan ulang tahunnya Wahid, anaknya kang Sarji, pak Bos ini juga merayakan ulang tahun dan menggelar pesta di salah satu hotel bintang lima ternama di kawasan Senen Jakarta Pusat. Beberapa karyawan hotel terlihat sibuk bekerja, mondar mandir mempersiapkan acara ulang tahun pak Bos itu. Maklum beliau itu merupakan long staying guest dan salah satu tamu VVIP, atau very-very important person.
Sebuah restauran yang ada di hotel itu di blok, tidak dibuka untuk umum kecuali para tamu undangan yang akan menghadiri pesta ulang tahun pak Bos itu. Sebuah ruangan ditata dengan apik. Ada kurang lebih 30 kursi putih berhiaskan tali-tali keemasan, melingkari sebuah meja marmer panjang yang di hiasi bunga-bunga segar nan wangi. 7 buah fruit busket berisi buah-buahan impor tertata dengan manis di atas meja. Lilin-lilin menyala dengan redup, membuat suasana menjadi sangat syahdu dan romantis. Hidangan international buffet terhampar dengan mewahnya. Di lengkapi beberapa stall makanan yang diantaranya pork knuckle, pasta station, roast beef Welington dan Rachlette cheese, keju bakar dari Swiss yang sudah sangat terkenal itu. Terasa pesta ulang tahun pak Bos ini menjadi sangat istimewa, bahkan sempurna.
Cheers, segelas Jack Daniels memulai pesta. Lebih dari 12 botol anggur di buka untuk memeriahkan pesta kali ini. Acara demi acara terus berlangsung meriah, penuh gelak tawa dan kegembiraan. Di temani istri keduanya yang masih kinyis-kinyis, pak Bos meniup lilin yang berbentuk angka 47 itu. Tepuk tangan para undangan pun membahana memeuhi semua sudut pesta. Satu demi satu para undangan yang hadir mengucapkan selamat lengkap dengan peluk cium ala eropanya.
And now, wine party is begin. Anggur-anggur yang sudah disiapkan pun di buka. Anggur ini bukan sembarang anggur, tentu tidak sama dengan anggur kolesom cap kepala jenggot yang sering di minum mbah buyut saya dulu. Anggur ini berharga 1 juta rupiah. Edaaan..., ada aja anggur yang harganya bikin pusing kepala macam ini. Minum lagi dan minum lagi. Semakin larut suasana pesta semakin meriah saja. Tak lama kemudian suasana pesta terlihat agak gaduh, seiring jatuhnya pak Bos karena kebanyakan minum. He is drunk. Beberapa menit kemudian pak Bos dipapah ke luar. Satu demi satu para undangan pun mulai meninggalkan pesta, satu demi satu pula atribut pesta mulai disingkirkan. Seperti pepatah mengatakan, tak ada pesta yang tak pernah berakhir. Pesta pun usai sudah. Suasna pun kembali sepi.
Menjadi saksi hidup acara pesta ulang tahun pak Bos saya hanya bisa terdiam. Geleng-geleng kepala dan istighfar. Bagaimana tidak, acara pesta ulang tahun yang dihadiri kurang dari 30 orang itu menghabiskan duit 50 juta rupiah. Jumlah yang cukup besar, bahkan saya belum pernah melihat duit sebanyak itu. Gila benar pak Bos yang satu ini, gila kayanya dan juga gila royalnya. Sementara hampir 36 juta penduduk negara ini hidup miskin, Bos kita yang satu ini sekali kentut menghabiskan duit 50 juta.@@
Jumat, 06 Agustus 2010
PLENGKUNG NIRBAYA : JALAN BELAKANG KELUAR KOMPLEK KERATON
Sebagai kota tujuan wisata Jogja memiliki banyak tempat-tempat yang indah. Selain keraton, Jogja memiliki banyak bangunan-bangunan yang bersejarah dan bernilai budaya. Bangunan unik ini akan sangat sulit sekali anda temui di tempat lain. Karena bangunan ini berkaitan erat dengan keberadaan Keraton Yogyakarta. Bangunan ini di bernama Plengkung Nirbaya, atau lebih terkenal dengan sebutan Plengkung Gading. Konon plengkung Nirbaya merupakan jalan belakang komplek Kraton dan menjadi ujung selatan dari bagan bangunan kraton. Jalan ini konon juga menjadi pinti masuk Sultan HB I ketika memindahkan pesanggrahannya dari Ambar ketawang ke Jogja. Jalan ini juga menjadi awal prosesi panjang upacata pemakaman para raja-raja kasultanan Jogja yang telah mangkat untuk kemudian terus ke selatan menuju pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri Bantul. Konon Jalan ini tidak boleh dilewati oleh raja yang sedang bertahta.
Tetapi kini Plengkung Nirbaya menjadi bangunan yang berfungsi sebagai pintu masuk atau keluar komplek keraton bagi masyarakat luas, sebab ini merupakan jalan umum yang cukup ramai. Plengkung Nirbaya berada di sisi selatan, dan menurut sebuah sumber Nirbaya berasal dari dua kata yaitu Nir yang berarti tanpa dan baya yang berarti bahaya. Mungkin ini menjadi sebuah harapan agar perjalanan para raja yang sudah mangkat menuju peristirahan yan terakhir agar lancar, aman tidak menemui halangan. Dan pada masa kini Plengkung Nirbaya berarti tanpa bahaya atau tidak bahaya. Secara lengkap Plengkung Nirbaya bisa berati, pintu keluar masuk komplek keraton yang aman, jalan yang selamat menuju komplek keraton. Banyak sekali wisatawan yang berkunjung ke keraton tetapi tidak tahu tentang bangunan ini. Bila suatu saat anda datang ke Jogja, tidak ada salahnya anda untuk secara lebih dekat mengenali bangunan unik ini.@@
Kamis, 05 Agustus 2010
KISAH TRAGIS SANG DERMAWAN
Bekerja pada hospitality industry membuat sebagian besar waktu saya banyak tersita untuk pekerjaan. Sebagai seorang hotelier saya kadang-kadang harus bekerja lebih dibanding para tetangga yang bekerja pada bidang lain. Seringkali pulang ke rumah sudah larut malam, bahkan harus menginap di kantor , bila di perlukan. Tanggal merah belum tentu libur, hari minggu apalagi, malah bisa lebih sibuk dari hari-hari biasa. Waktu saya untuk bersosialisasi dengan para tetangga dan masyarakat di komplek tempat saya tinggal jadi sangat terbatas. Pertemuan RT, kerja bakti, ronda malam memang masih bisa saya ikuti, tetapi dengan absensi yang bolong-bolong tentunya. Karena jarangnya pertemuan, saya kadang-kadang lupa dengan nama-nama tetangga sendiri, seringkali memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk mengingat nama, blok serta nomer rumahnya, bila suatu saat bertemu di jalan.
Begitu juga dengan informasi tentang berbagai kegiatan RT, berita kelahiran, kabar kematian, seringkali saya terima sudah sangat terlambat. Begitulah kehidupan di kota besar macam Jakarta, karir dan pekerjaan seringkali kejam sekali, mereka seperti tak pernah mengizinkan saya untuk bisa menikmati kebersamman dalam hidup bermasyarakat.
Begitu juga dengan kabar kematian beliau, seorang pengurus RW tetangga yang di komplek kami terkenal sangat kaya dan dermawan itu. Terlihat hidupnya sangat mapan. Di komplek kami beliau memiliki lima rumah, tiga rumah type 45 berderet di jadikan satu, kemudian di rehab menjadi rumah mewah berlantai tiga. Dua rumah yang lain agak berjauhan, dan di kontrakkan pada orang lain. Memiliki tiga mobil buat beliau memang tidak aneh. Di samping memiliki jabatan mentereng di kantornya, istrinya juga wanita karir yang posisinya juga tidak kalah bergengsi. Sebagai pengurus RT beliau juga menjadi panutan, sifat dermawannya tidak pernah kami ragukan. Untuk urusan sumbang-menyumbang di RT kami mungkin beliau menduduki rangking pertama. Terakhir yang masih saya ingat, beliau menyumbangkan sepuluh sak semen untuk pembangunan lapangan olah raga di lingkungan RT kami, di mata kami kehidupannya sangat mapan dan bahagia. Jabatan yang tinggi di kantor, rumah megah, harta berlimpah dan dihormati banyak orang.
Tetapi menjadi sangat aneh, ketika sore itu beliau ditemukan tewas gantung diri di halaman belakang rumahnya yang megah itu. Kabar ini sempat menggemparkan hampir seleuruh warga komplek kami. Kami semua jadi bertanya-tanya, ada apa gerangan. Orang yang sudah hidup mapan, dan dihormati banyak orang kok bisa melakukan hal sekeji itu. Bunuh diri.
Beberapa hari setelah peristiwa itu muncul rumor, dan warga terutama ibu-ibu mulai kasak-kusuk membicarakan penyebab beliau bunuh diri. Menurut kabar yang masih harus dikonfirmasi kebenarannya, beliau itu terlibat penggunaan uang perusahaan atau korupsi yang totalnya hampir mencapai satu M. Sebenarnya kabar tak sedap ini pernah muncul beberapa pekan yang lalu, tetapi kabar itu hilang begitu saja bak tertiup angin.
Tidak terlalu penting kabar itu benar atau tidak, yang lebih penting bahwa kita harus bisa mengambil pelajaran dari peristiwa ini. Benar kata kakek saya dulu, jangan pernah silau dengan harta orang lain. Hidup ini cuma sawang-sinawang, hidup ini cuma saling melihat. Kalau kita melihat orang lain kayaknya mereka itu hidupnya enak, tenteram, sukses. Giliran orang lain yang melihat kita, mereka bilang kita yang hidupnya enak, tenang, tenteram. Hidup seyogyanya harus bijaksana. Hidup yang hanya sekali ini kalau bisa harus kita nikmati, jangan sampai menyia-nyiakannya.
Dalam hidup yang hanya sekali ini, kita harus pandai-pandai mengendalikan diri, mengatur kehendak, menyaring keinginan, menertibkan mimpi-mimpi dan harapan. Meper hawa nafsu. Keinginan untuk dipuji, kehendak untuk dihormati, dan nafsu untuk menonjol dalam bermasyarakat kadang-kadang menggiring kita untuk berbuat yang tidak proporsional dan di luar batas kemampuan. Keinginan itu seringkali membutakan. Melik nggendong lali. Mendamba itu membawa serta lupa, demikian kata almarhum profesor Umar Kayam, mantan guru besar UGM itu dalam satu tulisan kolomnya.@@
Begitu juga dengan informasi tentang berbagai kegiatan RT, berita kelahiran, kabar kematian, seringkali saya terima sudah sangat terlambat. Begitulah kehidupan di kota besar macam Jakarta, karir dan pekerjaan seringkali kejam sekali, mereka seperti tak pernah mengizinkan saya untuk bisa menikmati kebersamman dalam hidup bermasyarakat.
Begitu juga dengan kabar kematian beliau, seorang pengurus RW tetangga yang di komplek kami terkenal sangat kaya dan dermawan itu. Terlihat hidupnya sangat mapan. Di komplek kami beliau memiliki lima rumah, tiga rumah type 45 berderet di jadikan satu, kemudian di rehab menjadi rumah mewah berlantai tiga. Dua rumah yang lain agak berjauhan, dan di kontrakkan pada orang lain. Memiliki tiga mobil buat beliau memang tidak aneh. Di samping memiliki jabatan mentereng di kantornya, istrinya juga wanita karir yang posisinya juga tidak kalah bergengsi. Sebagai pengurus RT beliau juga menjadi panutan, sifat dermawannya tidak pernah kami ragukan. Untuk urusan sumbang-menyumbang di RT kami mungkin beliau menduduki rangking pertama. Terakhir yang masih saya ingat, beliau menyumbangkan sepuluh sak semen untuk pembangunan lapangan olah raga di lingkungan RT kami, di mata kami kehidupannya sangat mapan dan bahagia. Jabatan yang tinggi di kantor, rumah megah, harta berlimpah dan dihormati banyak orang.
Tetapi menjadi sangat aneh, ketika sore itu beliau ditemukan tewas gantung diri di halaman belakang rumahnya yang megah itu. Kabar ini sempat menggemparkan hampir seleuruh warga komplek kami. Kami semua jadi bertanya-tanya, ada apa gerangan. Orang yang sudah hidup mapan, dan dihormati banyak orang kok bisa melakukan hal sekeji itu. Bunuh diri.
Beberapa hari setelah peristiwa itu muncul rumor, dan warga terutama ibu-ibu mulai kasak-kusuk membicarakan penyebab beliau bunuh diri. Menurut kabar yang masih harus dikonfirmasi kebenarannya, beliau itu terlibat penggunaan uang perusahaan atau korupsi yang totalnya hampir mencapai satu M. Sebenarnya kabar tak sedap ini pernah muncul beberapa pekan yang lalu, tetapi kabar itu hilang begitu saja bak tertiup angin.
Tidak terlalu penting kabar itu benar atau tidak, yang lebih penting bahwa kita harus bisa mengambil pelajaran dari peristiwa ini. Benar kata kakek saya dulu, jangan pernah silau dengan harta orang lain. Hidup ini cuma sawang-sinawang, hidup ini cuma saling melihat. Kalau kita melihat orang lain kayaknya mereka itu hidupnya enak, tenteram, sukses. Giliran orang lain yang melihat kita, mereka bilang kita yang hidupnya enak, tenang, tenteram. Hidup seyogyanya harus bijaksana. Hidup yang hanya sekali ini kalau bisa harus kita nikmati, jangan sampai menyia-nyiakannya.
Dalam hidup yang hanya sekali ini, kita harus pandai-pandai mengendalikan diri, mengatur kehendak, menyaring keinginan, menertibkan mimpi-mimpi dan harapan. Meper hawa nafsu. Keinginan untuk dipuji, kehendak untuk dihormati, dan nafsu untuk menonjol dalam bermasyarakat kadang-kadang menggiring kita untuk berbuat yang tidak proporsional dan di luar batas kemampuan. Keinginan itu seringkali membutakan. Melik nggendong lali. Mendamba itu membawa serta lupa, demikian kata almarhum profesor Umar Kayam, mantan guru besar UGM itu dalam satu tulisan kolomnya.@@
Selasa, 27 Juli 2010
GUNUNG MERAPI : ANTARA FILOSOFI, KEINDAHAN ALAM DAN MITOS
Pemandangan yang menyejukkan ini adalah Plunyon, sebagian kecil panorama indah yang disuguhkan Gunung Merapi. Dan ada banyak tempat-tempat lain yang sudah banyak dikenal orang semisal Kaliurang atau Kaliadem. Gunung Merapi yang terletak di empat kabupaten yakni Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali ini memang banyak menyimpan potensi sekalugus ancaman. Bagi penduduk setempat, tanahnya yang sangat subur adalah ladang kehidupan mereka. Tak heran desa-desa di lereng Merapi mencapai ketinggian hingga 1700 an meter.
Gunung berapi aktif yang terletak kurang lebih 30 km utara kota Jogja ini juga termasuk gunung api paling aktif di dunia. Menurut catatan sejak tahun 1548 gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali, dan letusan terakhir pada tahun 2010, yang menyebabkan semburan awan panas, atau penduduk setempat menyebutnya sebagai wedus gembel,dan muntahan matreal vulkanik yang berupa pasir, kerikil dan batu. Letusan kali ini menjadi letusan terbesar setelah lebih dari 130 tahun, dan menelan korban jiwa lebih dari 300 jiwa, termasuk sang juru kunci yaitu Mas Penewu Suraksohargo atau yang lebih dikenal sebagai mbah Marijan.
Gunung yang memiliki ketinggian hingga 2968 meter diatas permukaan laut ini erat sekali dengan banyak mitos yang melingkupinya. Salah satunya adalah mitos tentang Nyai Gadung Melati, hantu cantik penunggu dan penjaga gunung Merapi atau mbah Petruk yang banyak di muat media saat gunung Merapi meletus.
Gunung Merapi juga sangat berkaitan erat dengan sejarah keberadaan kota Jogja, dengan Keraton sebagai pusatnya. Masyarakat Jawa sangat percaya bila kehidupan di dunia ini merupakan harmonisasi antara makrokosmos ( jagad besar ) dan mikrokosmos ( jagad kecil ). Laut selatan, Kraton, dan gunung Merapi adalah kesatuan yang tak bisa di pisahkan. Ketiganya membentuk garis lurus yang konon merupakan sumbu imaginer yang bermakna filosofi manunggaling kawula gusti. Gunung Merapi dan laut selatan konon dipercaya sebagai pusat kedudukan jagad cilik, sedang keraton merupakan pusat kedudukan jagad gede, dan semua harus seimbang. Maka dari itu, tempat ini sangat layak untuk anda jadikan proritas kunjungan anda, bila anda berkunjung ke Jogja. Untuk informasi tentang Gunung Merapi secara lengkap anda bisa mengunjungi musium gunung Merapi. Banyak informasi yang bisa anda akses, termasuk beberapa legenda dan mitos yang berkembang di masyarakat, seputar gunung Merapi serta kosmologi gunung ini.@
Senin, 26 Juli 2010
CANDI BANYUNIBO : SI CANTIK YANG TERLUPAKAN
Salah satu daya tarik Jogja sebagai kota wisata adalah keberadaan candi. Candi Prambanan misalnya, telah diakui sebagai warisan budaya adi luhung dunia. Tak jauh dari komplek candi Prambanan ada candi mungil yang cantik, dan sering terlupakan oleh para wisatawan yang berkunjung ke Jogja. Candi Banyunibo, candi mungil nan cantik ini terletak di desa Cepit, Bokoharjo, Prambanan atau selatan komplek situs Ratu Boko. Candi yang terletak di dataran yang di kelilingi bukit-bukit ini memiliki pemandangan yang sangat indah. Letaknya yang tidak jauh dari jalan raya Prambanan-Piyungan sangat mudah untuk dikunjungi. Candi buda yang selesai di pugar tahun 1962, ini terdiri dari satu candi induk dan enam candi perwara. Candi yang atapnya berupa sebuah stupa ini memiliki tinggi14,25 meter. Anda teratrik untuk mengunjunginya..? Selamat berwisata.
Rabu, 21 Juli 2010
YANG RENTA YANG MERANA
Berada di gang sempit kawasan kumuh padat penduduk, Senen Jakarta pusat tempat kost saya kala itu berada. Suatu wilayah yang saat itu juga terkenal sebagai sarang noarkoba dan kriminal. Salah satu kawasan hitam ibu kota. Maklum sebagai kaum urban berpendidikan rendah seperti saya, tentu sangat sulit untuk bisa bekerja di perusahaan yang besar, dengan gaji yang memadai dan tinggal di tempat kost yang layak. Untuk bisa bertahan di tempat seperti itu saja sulit bukan main dan perlu perjuangan yang sangat dahsyat.
Ruangan berukuran 3x2 meter persegi, berdinding triplek bekas dengan atap seng bekas pula itu, sangat tidak layak untuk disebut rumah. Bangunan bertingkat semi permanen itu difungsikan untuk tempat kost dan kantor sebuah yayasan yang mengurusi orang-orang jompo., Bukan panti jompo, karena orang-orang jompo yang di urus tidak berada di situ.
Sebut saja nenek Nah, seorang jompo yang bernasib kurang baik. Kurang jelas apa alasannya, karena satu dan lain hal nenek Nah harus tinggal di situ. Padahal tempatnya sangat tidak layak untuk orang seusianya. Tidak ada ruang dan pelayanan yang nyaman, sebab tempat itu sebenarnya kantor dan sekaligus dapur. Yang ada hanya mang Cecep dan keluarganya. Pria kelahiran Sukabumi itu memang yang diserahi tugas untuk mengurusi kantor itu. Nenek renta yang menurut perkiraan saya sudah berusia lebih dari 80 tahun itu malang benar nasibnya. Pada detik-detik terakhir masa hidupnya ia harus terpisah dari keluarga, jauh dari anak cucu, dan tinggal pada tempat yang bagi saya amat menyakitkan itu. Bagaimana tidak, tidur, makan, minum dan melakukan semua aktifitas di tempat yang kotor. Bahkan seringkali sang nenek terlihat meringkuk tertidur pulas di lantai tanpa alas apapun, di ruang tanpa sekat dan tanpa daun jendela lengkap dengan sengatan sinar matahari dan siraman air tatkala hujan.
Mang Cecep sendiri tidak bisa berbuat banyak, dan saya tahu betul ia sudah bekerja maksimal. Dan ia juga tidak bisa mengandalkan pekerjaannya sebagai office boy pada yayasan tersebut. Sebab penghasilannya dari tempat itu sangat tidak mencukupi untuk menghidupi seisi keluarga, istri dan dua orang anaknya. Untuk menjaga agar dapurnya tetap bisa berasap, ia harus double job sebagai tukang parkir dan penjaga malam pada rumah orang cina kaya yang tak jauh dari situ. Seperti kebanyakan orang kecil lainnya, untuk bisa bertahan hidup di Jakarta mereka harus kreatif, melakukan apa saja, menyulap dirinya menjadi orang yang multi talenta.Beragam profesi mereka jalani mulai dari office boy, tukang becak, tukang parkir, tukang jaga malam, bahkan memulung barang rongsokan.
Suatu malam saat saya sedang santai di balkon atas, menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok, ia sempat bercerita tentang Nenek Nah yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Sebenarnya ia sudah memberitahukan akan hal itu kepada keluarganya, tetapi tidak ada respon. Dan kelihatan sekali ia sangat kecewa dengan keadaan tersebut. Seminggu kemudian, pada hari menjelang petang, di tengah hujan rintik yang mengguyur Jakarta, nenek Nah meninggal dunia. Inalillahi wainaillaihi roji'un. Setiap yang datang dari-Nya pasti akan kembali kepada-Nya.
Mang Cecep kembali menemui keluarga sang nenek. Saya agak terkejut dan sekaligus keheranan ketika ia kembali dengan berlinangan air mata, dihadapan saya bahkan tangisannya semakin keras dan semakin jadi. Seolah-olah yang meninggal adalah orang tuanya sendiri. Usut punya usut ternyata ia mendapatkan jawaban yang mengejutkan dari anak almarhumah. Anak nenek Nah mengatakan tidak sanggup mengurusi jenazah ibunya itu. Duit dari mana untuk mengurus jenazah, sedang untuk makan sehari-hari saja sulit. Begitu mang Cecep menirukan kata-kata anak nenek Nah dengan terbata-bata.
Betapa amat sangat durhakanya anak itu. Terhadap ibu yang telah melahirkannya kedunia ini, ia berbuat setega itu. Sudah semasa hidup tidak mau mengurusi, setelah meninggal pun ia cuci tangan lari adri tanggung jawab. Kebiadapan macam apalagi ini..? Mungkinkah ini bagian dari kebiadapan ibu kota..? Entahlah.
Akhirnya dengan bantuan sana-sini, jenazah nenek Nah bisa dimakamkan dengan layak tanpa harus melibatkan keluarganya. Selamat jalan nenek Nah, semoga Allah swt mengampuni segala dosa-dosamu, menerima semua amal baikmu, dan memberimu tempat yang baik, jauh lebih baik dari tempatmu didunia yang menyakitkan itu. Ammiiiin.@@
Ruangan berukuran 3x2 meter persegi, berdinding triplek bekas dengan atap seng bekas pula itu, sangat tidak layak untuk disebut rumah. Bangunan bertingkat semi permanen itu difungsikan untuk tempat kost dan kantor sebuah yayasan yang mengurusi orang-orang jompo., Bukan panti jompo, karena orang-orang jompo yang di urus tidak berada di situ.
Sebut saja nenek Nah, seorang jompo yang bernasib kurang baik. Kurang jelas apa alasannya, karena satu dan lain hal nenek Nah harus tinggal di situ. Padahal tempatnya sangat tidak layak untuk orang seusianya. Tidak ada ruang dan pelayanan yang nyaman, sebab tempat itu sebenarnya kantor dan sekaligus dapur. Yang ada hanya mang Cecep dan keluarganya. Pria kelahiran Sukabumi itu memang yang diserahi tugas untuk mengurusi kantor itu. Nenek renta yang menurut perkiraan saya sudah berusia lebih dari 80 tahun itu malang benar nasibnya. Pada detik-detik terakhir masa hidupnya ia harus terpisah dari keluarga, jauh dari anak cucu, dan tinggal pada tempat yang bagi saya amat menyakitkan itu. Bagaimana tidak, tidur, makan, minum dan melakukan semua aktifitas di tempat yang kotor. Bahkan seringkali sang nenek terlihat meringkuk tertidur pulas di lantai tanpa alas apapun, di ruang tanpa sekat dan tanpa daun jendela lengkap dengan sengatan sinar matahari dan siraman air tatkala hujan.
Mang Cecep sendiri tidak bisa berbuat banyak, dan saya tahu betul ia sudah bekerja maksimal. Dan ia juga tidak bisa mengandalkan pekerjaannya sebagai office boy pada yayasan tersebut. Sebab penghasilannya dari tempat itu sangat tidak mencukupi untuk menghidupi seisi keluarga, istri dan dua orang anaknya. Untuk menjaga agar dapurnya tetap bisa berasap, ia harus double job sebagai tukang parkir dan penjaga malam pada rumah orang cina kaya yang tak jauh dari situ. Seperti kebanyakan orang kecil lainnya, untuk bisa bertahan hidup di Jakarta mereka harus kreatif, melakukan apa saja, menyulap dirinya menjadi orang yang multi talenta.Beragam profesi mereka jalani mulai dari office boy, tukang becak, tukang parkir, tukang jaga malam, bahkan memulung barang rongsokan.
Suatu malam saat saya sedang santai di balkon atas, menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok, ia sempat bercerita tentang Nenek Nah yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Sebenarnya ia sudah memberitahukan akan hal itu kepada keluarganya, tetapi tidak ada respon. Dan kelihatan sekali ia sangat kecewa dengan keadaan tersebut. Seminggu kemudian, pada hari menjelang petang, di tengah hujan rintik yang mengguyur Jakarta, nenek Nah meninggal dunia. Inalillahi wainaillaihi roji'un. Setiap yang datang dari-Nya pasti akan kembali kepada-Nya.
Mang Cecep kembali menemui keluarga sang nenek. Saya agak terkejut dan sekaligus keheranan ketika ia kembali dengan berlinangan air mata, dihadapan saya bahkan tangisannya semakin keras dan semakin jadi. Seolah-olah yang meninggal adalah orang tuanya sendiri. Usut punya usut ternyata ia mendapatkan jawaban yang mengejutkan dari anak almarhumah. Anak nenek Nah mengatakan tidak sanggup mengurusi jenazah ibunya itu. Duit dari mana untuk mengurus jenazah, sedang untuk makan sehari-hari saja sulit. Begitu mang Cecep menirukan kata-kata anak nenek Nah dengan terbata-bata.
Betapa amat sangat durhakanya anak itu. Terhadap ibu yang telah melahirkannya kedunia ini, ia berbuat setega itu. Sudah semasa hidup tidak mau mengurusi, setelah meninggal pun ia cuci tangan lari adri tanggung jawab. Kebiadapan macam apalagi ini..? Mungkinkah ini bagian dari kebiadapan ibu kota..? Entahlah.
Akhirnya dengan bantuan sana-sini, jenazah nenek Nah bisa dimakamkan dengan layak tanpa harus melibatkan keluarganya. Selamat jalan nenek Nah, semoga Allah swt mengampuni segala dosa-dosamu, menerima semua amal baikmu, dan memberimu tempat yang baik, jauh lebih baik dari tempatmu didunia yang menyakitkan itu. Ammiiiin.@@
Minggu, 18 Juli 2010
PANTAI KUKUP : KEINDAHAN YANG TERSEMBUNYI
Indah bukan..? Keindahan pantai ini seringkali luput dari perhatian atau kunjungan wisatawan yang berkunjung ke kota Jogja. Untuk itu jika suatu saat anda berkunjung ke kota Jogja, saya berharap anda dapat meluangkan waktu untuk pergi ke sana. Letaknya yang cukup jauh dari kota Jogja, membuat pantai ini sering terlupakan. Berada di kecamatan Tanjung Sari kabupaten Gunung Kidul pantai ini menyuguhkan panorama yang sangat indah. Hamparan laut yang biru, dengan pasir putihnya saya yakin akan memuaskan anda. Apalagi bagi anda yang tiap hari disibukkan oleh rutinitas yang padat dan membosankan, tempat ini akan membuat anda menjadi fresh kembali. Terletak kurang lebih 60 km, arah tenggara kota Jogja, atau kurang lebih 24 km arah selatan kota Wonosari, ibu kota kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini bisa di kunjungi dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Kalau anda menggunakan kendaraan umum, dari kota Jogja anda naik bus jurusan Wonosari, kemudian dari sini anda berganti kendaraan mikrobus yang menuju ke pantai Baron. Pantai ini terletak satu gugus dengan pantai Baron dan pantai Krakal. Anda tertarik untuk kesana..? Selamat berwisata. Semoga perjalanan anda menyenangkan.
Selasa, 13 Juli 2010
RUMAH KECIL PENUH CINTA
Sebuah bus antar kota antar propinsi PO Raharja kelas ekonomi jurusan Klaten-Jogja-Jakarta memasuki sebuah restoran di Karang Anyar, Kebumen jawa tengah. "Waktunya istirahat........" teriak sang kernet kepada seluruh penumpang. Seorang suami-istri, Karjimin dan Sumini terlihat masih sibuk membenahi dua kardus besar yang tali-talinya hampir lepas. Ketika saya tanya apa isinya kardus-kardus itu, ia menjawab; "Isinya emping mas, pesenan ndoro jenderal, majikan saya di Jakarta sana....". Hebat benar orang ini, sudah ndoro, jenderal pula, gumam saya dalam hati. Ndoro adalah singkatan dari bandoro yang menandakan bahwa si pemilik nama adalah seorang bangsawan, trahing kusuma rembesing madu. Sedang jenderal adalah puncak kepangkatan dalam militer. Kemudian ia menceritakan panjang lebar tentang juragannya itu. Sudah hampir 12 tahun ini, saya dan istri saya ngenger jadi pembantu di rumah beliau. Orangnya sangat baik, pintar dan halus, maklum piyantun asli Solo. Disamping pangkatnya yang tinggi, beliau itu juga kaya-raya. Di Jakarta sana beliau punya tiga rumah. Di Cilandak, di Pondok Indah dan yang ditempatinya sekarang di bilangan Kelapa Gading. Beliau juga kagungan griya di Solo sana. Mobilnya tiga, sebuah sedan Volvo, Toyota Land Cruisser, serta Kia Carrens, mobil dinas dari kantor. Saya dengar beliau itu juga punya kebun kakao di Sumatra sana, dan saham di beberapa perusahaan nasional ternama.
Tetapi sayang, beliau itu hidupnya kurang lengkap, ceritanya kemudian. Kurang lengkap bagaimana pak, saya bertanya penuh penasaran. Beliau itu belum berkeluarga, belum menikah, padahal usianya sudah setengah abad. Ooo.....,bisik saya dalam hati. Dahulu beliau itu suka mengeluh sama saya, ya kalau anak sekarang bilangnya curhat gitu. Ditengah hidupnya yang mapan, sukses dengan jabatan dan pangkat yang tinggi, serta kekayaan yang berlimpah, beliau sering merasa kesepian. Bahkan lebih dari itu, sering merasa bosan. Sering sekali, beliau tak bisa menyembunyikan perasaannya. Terasa sekali hidupnya ada yang kurang. Rumah yang besar dengan perabotan yang super mewah itu, terasa kering tanpa kehadiran suami, anak-anak, bahkan cucu. Tak ada tempat untuk berbagi.
Beliau pernah bilang, bahwa beliau wanita normal, dahulu juga pernah punya pacar seperti wanita-wanita pada umumnya. Bahkan pada masa-masa awal karirnya, beliau pernah dilamar seorang dokter. Tetapi beliau bilang nanti dulu. Merasa belum siap, dan masih memikirkan masa depan karirnya di militer. Tak sabar menunggu, sang dokter pun menikah dengan wanita lain, seorang sarjana ekonomi, karyawati sebuah bank swasta nasional. Dan pada kemudian hari diketahui, ia mengundurkan diri dari bank tersebut dan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.
Sekarang beliau menyesal, dan waktu sudah sangat terlambat. Beliau merasa keputusannya saat itu salah. Mestinya karir harus berjalan seiring dengan rumah tangga. Begitu banyak orang-orang besar yang kesuksesannya tidak lepas dari dukungan suami, istri dan keluarga mereka. Sebenarnya saya juga sedih dengan keadaan beliau, tetapi saya juga tidak bisa berbuat apa-apa, maklum to mas, saya kan cuma orang bodoh, hanya pembantu. Tetapi beliau sekarang sudah mupus, sudah pasrah sama yang maha kuasa.
Ketika menengok istri saya di rumah sakit, saat melahirkan anak kami dulu, beliau pernah berpesan, "Min....., berbahagialah kamu, sekalipun kamu tidak punya apa-apa, sekalipun kamu cuma pembantu, tetapi kamu punya anak dan istri. Kamu punya keluarga. Cintailah istrimu dan anak-anakmu setiap hari sepanjang hidupmu, karena mereka adalah harta yang tidak bisa di nilai dengan apapun. Tidak uang, pangkat, dan juga jabatan. Keluarga adalah segala-galanya...."
Ada pria dan wanita yang membuat dunia ini menjadi lebih baik hanya dengan menjadi orang-orang apa adanya. Kalau diantara mereka kemudian memutuskan untuk menikah, menyatu menjadi sebuah keluarga yang bahagia, tentu dunia ini akan menjadi jauh lebih baik lagi. Tetapi bila ada yang dengan sadar memutuskan untuk hidup sendiri, tentu tak perlu diperdebatkan. Hidup akan selalu menyuguhkan dua buah pilihan. Pilihan mana yang akan dijatuhkan tentu akan sangat tergantung kepada yang akan menjalaninya. Setiap orang berhak menentukan pilihan-pilihan terbaik hidupnya.
Penyesalan yang dialami majikannya Karjimin, mungkin juga dialami oleh banyak orang yang lain. Dan aku yakin sekali, ada sesuatu yang istimewa dalam sebuah keluarga. Seorang istri, anak-anak, dan sebuah milik sendiri. Perasaan yang tenang karena yakin telah memutuskan sesuatu yang benar. Memutuskan untuk menikah dan memiliki keluarga. Menirukan apa yang sering dilakukan Gede Prama, sang resi managemen dan penulis buku-buku inspiratif itu, di rumah saya yang mungil di kawasan Bogor, saya sering menyanyikan lagu Everiday I Love You pada anak dan istri. Bermain dan bercanda dengan mereka pada setiap kesempatan, di rumah kecil yang sudah kami nobatkan sebagai home sweet home itu, kami memenuhinya dengan environment of loving. Rumah mungil yang penuh dengan cinta.@@
Tetapi sayang, beliau itu hidupnya kurang lengkap, ceritanya kemudian. Kurang lengkap bagaimana pak, saya bertanya penuh penasaran. Beliau itu belum berkeluarga, belum menikah, padahal usianya sudah setengah abad. Ooo.....,bisik saya dalam hati. Dahulu beliau itu suka mengeluh sama saya, ya kalau anak sekarang bilangnya curhat gitu. Ditengah hidupnya yang mapan, sukses dengan jabatan dan pangkat yang tinggi, serta kekayaan yang berlimpah, beliau sering merasa kesepian. Bahkan lebih dari itu, sering merasa bosan. Sering sekali, beliau tak bisa menyembunyikan perasaannya. Terasa sekali hidupnya ada yang kurang. Rumah yang besar dengan perabotan yang super mewah itu, terasa kering tanpa kehadiran suami, anak-anak, bahkan cucu. Tak ada tempat untuk berbagi.
Beliau pernah bilang, bahwa beliau wanita normal, dahulu juga pernah punya pacar seperti wanita-wanita pada umumnya. Bahkan pada masa-masa awal karirnya, beliau pernah dilamar seorang dokter. Tetapi beliau bilang nanti dulu. Merasa belum siap, dan masih memikirkan masa depan karirnya di militer. Tak sabar menunggu, sang dokter pun menikah dengan wanita lain, seorang sarjana ekonomi, karyawati sebuah bank swasta nasional. Dan pada kemudian hari diketahui, ia mengundurkan diri dari bank tersebut dan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.
Sekarang beliau menyesal, dan waktu sudah sangat terlambat. Beliau merasa keputusannya saat itu salah. Mestinya karir harus berjalan seiring dengan rumah tangga. Begitu banyak orang-orang besar yang kesuksesannya tidak lepas dari dukungan suami, istri dan keluarga mereka. Sebenarnya saya juga sedih dengan keadaan beliau, tetapi saya juga tidak bisa berbuat apa-apa, maklum to mas, saya kan cuma orang bodoh, hanya pembantu. Tetapi beliau sekarang sudah mupus, sudah pasrah sama yang maha kuasa.
Ketika menengok istri saya di rumah sakit, saat melahirkan anak kami dulu, beliau pernah berpesan, "Min....., berbahagialah kamu, sekalipun kamu tidak punya apa-apa, sekalipun kamu cuma pembantu, tetapi kamu punya anak dan istri. Kamu punya keluarga. Cintailah istrimu dan anak-anakmu setiap hari sepanjang hidupmu, karena mereka adalah harta yang tidak bisa di nilai dengan apapun. Tidak uang, pangkat, dan juga jabatan. Keluarga adalah segala-galanya...."
Ada pria dan wanita yang membuat dunia ini menjadi lebih baik hanya dengan menjadi orang-orang apa adanya. Kalau diantara mereka kemudian memutuskan untuk menikah, menyatu menjadi sebuah keluarga yang bahagia, tentu dunia ini akan menjadi jauh lebih baik lagi. Tetapi bila ada yang dengan sadar memutuskan untuk hidup sendiri, tentu tak perlu diperdebatkan. Hidup akan selalu menyuguhkan dua buah pilihan. Pilihan mana yang akan dijatuhkan tentu akan sangat tergantung kepada yang akan menjalaninya. Setiap orang berhak menentukan pilihan-pilihan terbaik hidupnya.
Penyesalan yang dialami majikannya Karjimin, mungkin juga dialami oleh banyak orang yang lain. Dan aku yakin sekali, ada sesuatu yang istimewa dalam sebuah keluarga. Seorang istri, anak-anak, dan sebuah milik sendiri. Perasaan yang tenang karena yakin telah memutuskan sesuatu yang benar. Memutuskan untuk menikah dan memiliki keluarga. Menirukan apa yang sering dilakukan Gede Prama, sang resi managemen dan penulis buku-buku inspiratif itu, di rumah saya yang mungil di kawasan Bogor, saya sering menyanyikan lagu Everiday I Love You pada anak dan istri. Bermain dan bercanda dengan mereka pada setiap kesempatan, di rumah kecil yang sudah kami nobatkan sebagai home sweet home itu, kami memenuhinya dengan environment of loving. Rumah mungil yang penuh dengan cinta.@@
Senin, 12 Juli 2010
ANGKRINGAN VS RESTORAN HOTEL BINTANG 5
Setelah lebih dari 15 tahun malang melintang menggeluti dunia kuliner modern di ibu kota, tak lantas selera makan saya berubah. Bagi sebagian orang, selera makan saya mungkin payah. Tetapi buat saya sendiri tidak ada masalah. Mendalami kuliner bergengsi, keluar masuk hotel bintang lima dengan frekwensi yang cukup sering, tak membuat saya melupakan makanan asli nenek moyang, baik dari penyajiannya yang sederhana, maupun jenis makanannya.
Setiap kali liburan dan berkesempatan pulang ke kota kelahiran saya di Jogja, saya selalu menyempatkan diri untuk makan dan nongkrong di warung angkringan, yang banyak bertebaran di jalan-jalan kota Jogja. Warung yang berupa gerobak dorong beratapkan terpal, dengan penerangan lampu minyak itu, memang sangat familiar di Jogja. Warung yang buka dari pagi hari hingga menjelang dini hari itu, memiliki customer yang cukup beragam. Mulai dari tukang becak, tukang ojeg, kuli panggul, sopir taksi, mahasiswa, hingga karyawan mall dan pegawai kantoran. Makanan yang disajikan pun cukup sederhana kalau tidak boleh di bilang ndeso. Dari aneka gorengan, aneka baceman, sego kucing, aneka sate, hingga aneka minuman yang dingin maupun yang panas.
Menikmati malam dengan nggayemi dan nongkrong di angkringan, buat saya memiliki kenikmatan tersendiri. Segelas teh jahe yang hangat, sebungkus nasi kucing dengan sambal terinya yang khas, serta aneka jajanan yang menggugah selera, wah.....pokoknya mat dan laras.
Setiap kali liburan dan berkesempatan pulang ke Jogja, makan dan nongkrong di angkringan sudah menjadi semacam ritual. Bahkan di tempat yang sederhana itulah saya banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman berharga.
Mendengar keluhan-keluhan dan suara-suara sumbang rakyat kecil langsung dari sumbernya, bukan dari mereka yang selalu mengatasnamakan wong cilik. Tentang hidup yang makin sulit, tentang biaya sekolah yang makin mahal tak terjangkau, dan tentang hal-hal yang menyagkut kehidupan masyarakat kecil seperti mereka. Dan pengalaman yang tak kalah menarik adalah, ketika saya sedang asyik ngopi dan menghisap sebatang bintang buana filter, saya mendengar debat kusir antara tukang ojeg dan tukang parkir, tentang Gayus Tambunan yang kaya mendadak karena mengemplang pajak, yang notabene adalah uang rakyat seperti mereka.
Setelah 15 tahun menekuni dunia kuliner berkelas, terbiasa dengan makanan ala Oriental, Continental, bahkan Classic, tak membuat saya lupa diri kecanduan dengan deluxe food tersebut. Kadang-kadang saya heran dengan selera makan sebagian orang. Seorang teman bercerita dengan bangga setelah makan Pizza di Pasar Festival, teman yang yang lain menulis status di facebook setelah makan di Hoka-hoka Bento.
Diakui atau tidak, globalisasi berdampak kurang baik pada sendi-semdi kehidupan kalangan masyarakat tertentu. Manjamurnya restoran fast food, berdampak pada naiknya tingkat konsumtifisme golongan masyarakat tertentu. Kentucky Fried Chickhen, Mc Donald's. Hoka-hoka Bento, Spaghetti House adalah meja makan kedua mereka setelah yang di rumah. Belum lagi kalau harus ngomongin Fine Dinning, Executive Club, Coctail Party, Corporate Gathering, wah ini semua sudah gaya makan negeri antah berantah.
Seorang tamu saya pernah menghabiskan duit hingga 1,3 juta rupiah hanya untuk makan seorang diri. Tamu yang lain rela merogoh kocek hingga 7 juta rupiah untuk makan malam bersama keempat orang temannya. Dan seorang pengusaha tak segan-segan menggelontorkan uang 50 juta rupiah untuk sebuah ulang tahun yang dihadiri kurang dari 30 orang. Seolah tak mau kalah dengan sang pengusaha, seorang pejabat bank sentral negeri ini rela menguras sakunya hingga 150 juta rupiah untuk menggelar ulang tahunnya di sebuah grand ball room di sebuah hotel bintang lima. Bahkan dalam rangka resepsi pernikahan kerabatnya yang digelar disebuah hotel bintang lima yang lain, seorang pengusaha yang lain mengundang 1000 orang tamu undangan dengan harga menu makanan yang disuguhkan mencapai 550 ribu rupiah per orang. Edaaannn....!Dahsyaaattt...!
Menurut saya yang memang tidak empunya alias mlarat ini, semua itu adalah pemborosan dan ketidakefisienan belaka. Tetapi bagi mereka yang memang tajir mungkin tidak, bahkan biasa-biasa saja. Maklum saja wong buat mereka itu sekali kentut bisa 1 M. Coba kalau kentutnya sehari 3 kali, 10 hari jadi 30 kali kentut, sebulan jadi 90 kali kentut, setahun jadi 1080 kali kentut, bisa pusing ngitungnya. Apalagi kalau topik ini didiskusikan di angkringan dengan tukang ojeg, tukang becak, tukang parkir, pasti akan seru. Dengan dibumbui debat setengah kusir ala mereka, bisa jadi akan lebih seru dari perhelatan akbar piala dunia...@@.
Setiap kali liburan dan berkesempatan pulang ke kota kelahiran saya di Jogja, saya selalu menyempatkan diri untuk makan dan nongkrong di warung angkringan, yang banyak bertebaran di jalan-jalan kota Jogja. Warung yang berupa gerobak dorong beratapkan terpal, dengan penerangan lampu minyak itu, memang sangat familiar di Jogja. Warung yang buka dari pagi hari hingga menjelang dini hari itu, memiliki customer yang cukup beragam. Mulai dari tukang becak, tukang ojeg, kuli panggul, sopir taksi, mahasiswa, hingga karyawan mall dan pegawai kantoran. Makanan yang disajikan pun cukup sederhana kalau tidak boleh di bilang ndeso. Dari aneka gorengan, aneka baceman, sego kucing, aneka sate, hingga aneka minuman yang dingin maupun yang panas.
Menikmati malam dengan nggayemi dan nongkrong di angkringan, buat saya memiliki kenikmatan tersendiri. Segelas teh jahe yang hangat, sebungkus nasi kucing dengan sambal terinya yang khas, serta aneka jajanan yang menggugah selera, wah.....pokoknya mat dan laras.
Setiap kali liburan dan berkesempatan pulang ke Jogja, makan dan nongkrong di angkringan sudah menjadi semacam ritual. Bahkan di tempat yang sederhana itulah saya banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman berharga.
Mendengar keluhan-keluhan dan suara-suara sumbang rakyat kecil langsung dari sumbernya, bukan dari mereka yang selalu mengatasnamakan wong cilik. Tentang hidup yang makin sulit, tentang biaya sekolah yang makin mahal tak terjangkau, dan tentang hal-hal yang menyagkut kehidupan masyarakat kecil seperti mereka. Dan pengalaman yang tak kalah menarik adalah, ketika saya sedang asyik ngopi dan menghisap sebatang bintang buana filter, saya mendengar debat kusir antara tukang ojeg dan tukang parkir, tentang Gayus Tambunan yang kaya mendadak karena mengemplang pajak, yang notabene adalah uang rakyat seperti mereka.
Setelah 15 tahun menekuni dunia kuliner berkelas, terbiasa dengan makanan ala Oriental, Continental, bahkan Classic, tak membuat saya lupa diri kecanduan dengan deluxe food tersebut. Kadang-kadang saya heran dengan selera makan sebagian orang. Seorang teman bercerita dengan bangga setelah makan Pizza di Pasar Festival, teman yang yang lain menulis status di facebook setelah makan di Hoka-hoka Bento.
Diakui atau tidak, globalisasi berdampak kurang baik pada sendi-semdi kehidupan kalangan masyarakat tertentu. Manjamurnya restoran fast food, berdampak pada naiknya tingkat konsumtifisme golongan masyarakat tertentu. Kentucky Fried Chickhen, Mc Donald's. Hoka-hoka Bento, Spaghetti House adalah meja makan kedua mereka setelah yang di rumah. Belum lagi kalau harus ngomongin Fine Dinning, Executive Club, Coctail Party, Corporate Gathering, wah ini semua sudah gaya makan negeri antah berantah.
Seorang tamu saya pernah menghabiskan duit hingga 1,3 juta rupiah hanya untuk makan seorang diri. Tamu yang lain rela merogoh kocek hingga 7 juta rupiah untuk makan malam bersama keempat orang temannya. Dan seorang pengusaha tak segan-segan menggelontorkan uang 50 juta rupiah untuk sebuah ulang tahun yang dihadiri kurang dari 30 orang. Seolah tak mau kalah dengan sang pengusaha, seorang pejabat bank sentral negeri ini rela menguras sakunya hingga 150 juta rupiah untuk menggelar ulang tahunnya di sebuah grand ball room di sebuah hotel bintang lima. Bahkan dalam rangka resepsi pernikahan kerabatnya yang digelar disebuah hotel bintang lima yang lain, seorang pengusaha yang lain mengundang 1000 orang tamu undangan dengan harga menu makanan yang disuguhkan mencapai 550 ribu rupiah per orang. Edaaannn....!Dahsyaaattt...!
Menurut saya yang memang tidak empunya alias mlarat ini, semua itu adalah pemborosan dan ketidakefisienan belaka. Tetapi bagi mereka yang memang tajir mungkin tidak, bahkan biasa-biasa saja. Maklum saja wong buat mereka itu sekali kentut bisa 1 M. Coba kalau kentutnya sehari 3 kali, 10 hari jadi 30 kali kentut, sebulan jadi 90 kali kentut, setahun jadi 1080 kali kentut, bisa pusing ngitungnya. Apalagi kalau topik ini didiskusikan di angkringan dengan tukang ojeg, tukang becak, tukang parkir, pasti akan seru. Dengan dibumbui debat setengah kusir ala mereka, bisa jadi akan lebih seru dari perhelatan akbar piala dunia...@@.
Langganan:
Postingan (Atom)