Minggu, 26 Desember 2010

NYAI RORO KIDUL, KRATON, DAN KOSMOLOGI TANAH JAWA


Legenda tentang Nyai Roro Kidul sangat melekat pada tanah Jawa. Seluruh kawasan pantai selatan jawa mulai dari Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Parangtritis, Pacitan, Jember hingga Banyuwangi bahkan pulau Bali semua paham akan cerita atau legenda tentang Nyai Roro kidul. Bahkan kebanyakan masyarakat yang percaya akan keberadaannya akan selalu dikaitkan dengan keberadaan Kraton. Sebagian dari mereka bahkan percaya bila sang Nyai juga merupakan istri dari raja-raja Mataram dan keturunannya. Maka tak heran kalau sang Nyai sering terlihat dalam banyak peristiwa yang berkaitan dengan Kraton.

Dalam tari Bedoyo misalnya, penarinya selalu tambah satu, ya sang Nyai itu, meski tidak setiap orang bisa melihatnya. Atau pada saat jumenengan Sri Sultan Hamengkubuwono X misalnya. Menurut kesaksian, beberapa orang sempat melihatnya disekitar Kraton. Siapa dia sebenarnya? Betul adakah sosok Nyai Roro Kidul itu?

Sebuah penjelasan ilmiah saya dapatkan dari buku yang ditulis oleh budayawan Emha Ainun Najib. Dalam buku berjudul Markesot Bertutur Lagi itu, Cak Nun sapaan akrab Emha menjelaskan secara gamblang dan apik tentang siapa Nyai Roro Kidul yang selama ini kita kenal sebagai hantu cantik penguasa laut selatan itu.

Ternyata kemudian Nyai Roro Kidul bukanlah seseorang, bukan hantu atau makhluk halus seperti ilmu klenik selama ini memahaminya. Lebih lanjut Cak Nun menjelaskan, menurut seorang sunan, seorang waliyullah, yang pada saat penting selama jumenengan ndalem selalu mendampingi Ngarso dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X, Nyai Roro Kidul adalah pusat frekwensi dari kosmos air dan cahaya rembulan yang menyelimuti dan merasuki tanah Jawa. Nyai Roro Kidul adalah inti dari takdir geografi pulau Jawa, kodrat alam watak, dan peradaban yang khas pulau Jawa,

Dalam buku itu kemudian sang budayawan menjelaskan lebih lanjut bahwa, kodrat semacam itu memungkinkan kemanusiaan jawa mampu memahami kosmos nilai islam-yaitu nilai yang merupakan titik keberangkatan segala konsepsi pembangunan Kraton Jogja, maka pas kalau raja Jogja juga bergelar Sayidin Panatagama Kalifatullah. Isalmnya orang jawa akan berbeda kearifan dan kelenturannya, bila dibanding dengan isalmnya orang Arab misalnya, atau islamnya ras lain yang tinggal di kodrat geografi yang berbeda.

Tetapi rupanya paerspektif itu selama ini diselewengkan atau dipahami secara dangkal dan kemudian menjadi klenik. Lebih lanjut kata Cak Nun sang sunan menjelaskan bahwa Nyai Roro Kidul itu bukan kejawen, Nyai Roro Kidul adalah lambang dari kosmologi pulau Jawa. Dan hanya keilmuan Al-Qur'an yang mampu menjelaskan semua ini. Puncak dari gelimang air pulau Jawa adalah madu. Sedang puncak dari gelimang cahaya rembulan adalah Lailatul Qodar.@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar