Jumat, 31 Desember 2010

BLEDUG KUWU, BENARKAH SALT LAKE-NYA INDONESIA?


Terletak di kecamatan Kradenan, kabupaten Grobogan Bledug Kuwu memiliki kemiripan dengan Salt Lake di Amerika Serikat. Konon menurut para peneliti padang garam itu berasal dari dangkalan laut yang kemudian berubah menjadi daratan yang sangat luas. Lain halnya dengan dangkalan yang terdapat di Indonesia yang memiliki karakteristk tersendiri dan berbeda dengan yang ada di negara lain.

Bledug Kuwu secara periodik meletupkan lumpur ke atsa bersamaan dengan keluarnya asap, gas dan juga air garam. Dengan luas mencapai 45 hektar, kawasan ini menjadi objek wisata lokal yang cukup menarik untuk dikunjungi.
Letupan Bledug Kuwu yang terbesar mencapai kurang lebih 530 cm dan yang terkecil sekitar 90 cm. Sedang luas kawah Bledug Kuwu memiliki lebar 890 cm.
Bledug yang terbesar berada di sebelah timur, masyarakat setempat menyebutnya sebagai Joko Tuwo dan terkecil berada disebelah barat dengan nama Roro Denok.
Tempat ini sangat mudah untuk dikunjungi karena berada persis di sisi jalan yang menghubungkan kota Purwodadi dengan wilayah timur seperti Blora, Cepu dan Jawa Timur. Bisa juga di tempuh melewati kabupaten Sragen. Dari kota Sragen berjarak kurang lebih 47 km kearah utara melewati kecamatan Tangen yang berbatasan langsung dengan kecamatan Kradenan ( Grobogan ) dimana Bledug Kuwu berada. Selamat berwisata.@@

Minggu, 26 Desember 2010

NYAI RORO KIDUL, KRATON, DAN KOSMOLOGI TANAH JAWA


Legenda tentang Nyai Roro Kidul sangat melekat pada tanah Jawa. Seluruh kawasan pantai selatan jawa mulai dari Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Parangtritis, Pacitan, Jember hingga Banyuwangi bahkan pulau Bali semua paham akan cerita atau legenda tentang Nyai Roro kidul. Bahkan kebanyakan masyarakat yang percaya akan keberadaannya akan selalu dikaitkan dengan keberadaan Kraton. Sebagian dari mereka bahkan percaya bila sang Nyai juga merupakan istri dari raja-raja Mataram dan keturunannya. Maka tak heran kalau sang Nyai sering terlihat dalam banyak peristiwa yang berkaitan dengan Kraton.

Dalam tari Bedoyo misalnya, penarinya selalu tambah satu, ya sang Nyai itu, meski tidak setiap orang bisa melihatnya. Atau pada saat jumenengan Sri Sultan Hamengkubuwono X misalnya. Menurut kesaksian, beberapa orang sempat melihatnya disekitar Kraton. Siapa dia sebenarnya? Betul adakah sosok Nyai Roro Kidul itu?

Sebuah penjelasan ilmiah saya dapatkan dari buku yang ditulis oleh budayawan Emha Ainun Najib. Dalam buku berjudul Markesot Bertutur Lagi itu, Cak Nun sapaan akrab Emha menjelaskan secara gamblang dan apik tentang siapa Nyai Roro Kidul yang selama ini kita kenal sebagai hantu cantik penguasa laut selatan itu.

Ternyata kemudian Nyai Roro Kidul bukanlah seseorang, bukan hantu atau makhluk halus seperti ilmu klenik selama ini memahaminya. Lebih lanjut Cak Nun menjelaskan, menurut seorang sunan, seorang waliyullah, yang pada saat penting selama jumenengan ndalem selalu mendampingi Ngarso dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X, Nyai Roro Kidul adalah pusat frekwensi dari kosmos air dan cahaya rembulan yang menyelimuti dan merasuki tanah Jawa. Nyai Roro Kidul adalah inti dari takdir geografi pulau Jawa, kodrat alam watak, dan peradaban yang khas pulau Jawa,

Dalam buku itu kemudian sang budayawan menjelaskan lebih lanjut bahwa, kodrat semacam itu memungkinkan kemanusiaan jawa mampu memahami kosmos nilai islam-yaitu nilai yang merupakan titik keberangkatan segala konsepsi pembangunan Kraton Jogja, maka pas kalau raja Jogja juga bergelar Sayidin Panatagama Kalifatullah. Isalmnya orang jawa akan berbeda kearifan dan kelenturannya, bila dibanding dengan isalmnya orang Arab misalnya, atau islamnya ras lain yang tinggal di kodrat geografi yang berbeda.

Tetapi rupanya paerspektif itu selama ini diselewengkan atau dipahami secara dangkal dan kemudian menjadi klenik. Lebih lanjut kata Cak Nun sang sunan menjelaskan bahwa Nyai Roro Kidul itu bukan kejawen, Nyai Roro Kidul adalah lambang dari kosmologi pulau Jawa. Dan hanya keilmuan Al-Qur'an yang mampu menjelaskan semua ini. Puncak dari gelimang air pulau Jawa adalah madu. Sedang puncak dari gelimang cahaya rembulan adalah Lailatul Qodar.@@

Jumat, 24 Desember 2010

YU PAIRAH, SELAMAT HARI IBU YA. . . . .

Hari Rabu siang tanggal 22 Desember. Seperti hari-hari biasa lalu lintas Jakarta diwarnai kemacetan disana-sini. Meskipun begitu tak menyurutkan niat Suryo untuk terus menginjak pedal gas Honda Jazznya dan terus melaju menuju ke sebuah Plaza di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara. Sudah menjadi acara rutin tahunan setiap datang hari ibu, ia selalu memanjakan istrinya. Melarang istrinya bekerja membereskan semua pekerjaan rumah tangga, dan mengajaknya jalan-jalan, serta memenuhi apapun permintaan istrinya dihari yang special buat para ibu itu.

Sebagai seorang pengusaha yang sukses, hidup berkecukupan dan tinggal di sebuah komplek elite dikawasan Jakarta Timur ia tak akan pernah mengalami kesulitan untuk memenuhi setiap permintaan istrinya, bahkan bila permintaan spesial itu datang setiap hari, bukan setahun sekali pada setiap datangnya hari ibu. Cara menyambut datangnya hari ibu seperti ini memang khas mereka, bahkan istrinya tak pernah meminta, tetapi ide ini datang dari Suryo sang suami. Dan hari ini tepat datangnya hari ibu, Miranda meminta beberapa perhiasan, dan ingin menikmati makan siang di sebuah restoran jepang.

Jam 11.47 WIB mobil Honda Jazznya memasuki sebuah plaza yang cukup terkenal dikawasan Kelapa Gading. Setelah memastikan mobil terparkir dengan aman, Suryo, Miranda dan putri kecilnya yang dalam gendongan baby sitter naik menuju lantai atas dan memasuki sebauh jewelry yang saat itu tidak begitu ramai pengunjung. Setelah mendapatkan perhiasan yang diinginkan mereka langsung menuju sebuah restoran jepang yang berada satu lantai diatasnya.
Terjadi sebuah antrian kecil sebab memang sudah memasuki jam makan siang. Tetapi demi memanjakan sang istri, Suryo ikut mengantri dengan sabar. Sesaat kemudian meja makan mereka sudah penuh oleh makanan. Demi memanjakan sang istri Suryo memesan makanan yang cukup banyak, meski hanya untuk berempat dengan gadis kecil beserta sang baby sitter. Beberapa mangkok nameko jiru, tempura, shabu-shabu, ika ring age dan niwatori terriyaki juga eby furray memenuhi meja makan mereka. Mereka kelihatan lahap menyantap hidangan jepang, pada lunch yang dahsyat dan canggih itu. Sang baby sitter pun kelihatan merem melek kepedesan oleh wasabi, sambal jepang yang unik itu. Di akhir acara makan siang yang mantap itu, Suryo megecup kening istrinya sambil mengucapkan, “ Selamat hari ibu sayang, berbahagia dan berbanggalah jadi seorang ibu, sebab dari rahim seorang ibulah orang-orang hebat yang merubah dunia di lahirkan…”.

Di belahan bumi yang lain yu Pairah tengah mandi keringat, tangan kecilnya yang menghitam karena sengatan matahari masih terus menari mengumpukan batu-batu dan kemudian memecahnya menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil. Setelah terkumpul banyak lalu menaikkannya ke atas truk. Ia terpaksa menjalani pekerjaan kasar sebagai pencari batu di salah satu sungai yang berhulu di Gunung Merapi, untuk tetap bertahan hidup. Suaminya kang Ngatijan juga memiliki profesi yang serupa, ia juga “berkantor” di sungai sebagai penggali pasir. Kebodohan dan himpitan ekonomi membuat yu Pairah tidak memiliki pilihan lain. Untuk menghidupi kedua anaknya yang sudah bersekolah ia harus rela melakukan apasaja, termasuk menggeluti pekerjaan kasar sebagai pengumpul dan pemecah batu.

Nasibnya tak seberuntung Miranda. Ibu muda yang menikmati kehidupan menyenangkan di kota Jakarta. Setiap datang hari ibu, Suryo sang suami selalu mamanjakannya, melarangnya bekerja dirumah, mengajaknya jalan-jalan, makan siang di restoran dan memenuhi setiap permintaannya di hari yang spesial untuk para ibu itu. Hari ibu adalah hari yang di tunggu buat Miranda. Setiap kali hari ibu datang, selalu menjadi hari yang menyenangkan buat Miranda. Bukan saja hari itu sebagai penghargaan pada para ibu termasuk dirinya, tetapi juga perlakuan khusus Suryo atas dirinya pada setiap datangnya hari spesial itu.

Hal itu sangat bertolak belakang dengan keadaan yu Pairah. Pada hari yang special buat para ibu itu, yu Pairah harus tetap bekerja, memeras keringat, membanting tulang untuk mempertahankan hidup. Jadi saya sangat maklum kalau ia tidak ingat, kalau hari ini adalah hari ibu. Atau bahkan kalau ia tidak perduli lagi dengan hari ibu pun saya juga maklum, sebab berpuluh-puluh hari ibu yang telah lewat tidak pernah bisa merubah hidupnya. Baginya bahkan bila dalam setahun ada sepuluh kali hari ibu pun tidak akan berarti apa-apa. Sebab ada hari ibu atau tidak ia tetap hidup susah dan ngrekasa.

Dan bertepatan dengan hari ibu tahun ini, disana, diberbagai tempat yang masih menjadi bagian dari wilayah negeri ini, banyak sekali yu Pariah yu Pairah yang lain, yang tak berdaya, yang terlunta-lunta, yang terseok-seok hidupnya, yang tak mampu menyekolahkan anaknya, yang menjadi korban KDRT, yang menjadi korban perdangangan manusia, yang menjadi korban pembunuhan, yang menjadi korban mutilasi. Ah.., ternyata yu Pairah tidak sendiri. Ada beribu-beribu atau bahkan berjuta-juta yu Pairah yang lain yang menunggu pertolongan dan pemberdayaan untuk bisa bangkit dari jurang kebodohan, kemiskinan dan ketidakadilan menuju hidup yang lebih baik dan sejahtera. Selamat hari ibu yu Pairah, semoga pada hari ibu tahun depan keadaamnu sudah lebih baik dari pada saat ini.@@

Kamis, 23 Desember 2010

DARI JOGJA UNTUK INDONESIA


Kesultanan Yogyakarta memiliki andil yang sangat besar dalam sejarah berdirinya Nergara Kesatuan Republik Indonesia, sudah selayaknya keistimewaan Yogyakarta di pertahankan. Isu monarki di Yogyakarta sama sekali tidak berdasar dan juga tidak produktif untuk bangsa dan negara ini. Keistimewaan Yogyakarta sama sekali tidak ada hubungannya dengan sistem monarki. Keistimewaan Yogyakarta berkaitan dengan sejarah panjang karena peran dan andil Kasultanan Yogyakarta di awal berdirinya NKRI.

Sejarawan UGM bahkan menghimbau para intelektual dan para politikus untuk mempelajari sejarah, bukan malah menghianatinya. Selebihnya jika RUU Keistimewaan Yogyakarta dibahas dengan memreteli keistimewaan Yogyakarta, SBY akan mengulangi kesalahan mantan presiden Suharto dimasa Orde Baru. Beliau juga menekankan, di awal kemerdekaan Sultan bersama rakyat Yogyakarta membantu pemerintah Republik Indonesia untuk bisa memerintah. Bantuan berupa uang, tanah, dan dukungan moril diberikan kepada pemerintah Republik Indonesia, termasuk saat pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Karena itu, presiden harus mempelajari sejarah. Pemimpin jangan menghianati apa yang telah menjadi komitmen dimasa pendirian republik ini.

Mantan ketua PP Muhamadiyah Buya Syafii Maarif menambahkan, bahwa keistimewaan Yogyakarta menyangkut sejarah yang panjang, karena itu pemerintah tidak bisa mengubahnya begitu saja. Apa saja sumbangan dan peran Jogja untuk Indonesia,

1. Tanggal 5 September 1945 Sultan Hamengkubuwono IX dan Adipati Pakualam VIII mengeluarkan dekrit kerajaan berisi integrasi Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman ke Republik Indonesia.

2. Tanggal 6 September 1945 presiden Sukarno menjawab dengan Piagam Penetapan yang berisi pengakuan Yogyakarta sebagai daerah istimewa.

3. Tanggal 4 Januari 1946, berada dibawah pendudukan Belanda tidak memungkinkan Jakarta menjalankan pemerintahanRI. Atas undangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, presiden Sukarno memindahkan pemerintahan RI ke Yogyakarta.

4. Tanggal 19 September 1948 Belanda menduduki Yogyakarta. Presiden dan wakil presiden di tahan. Tetapi Belanda tidak mengganggu kedaulatan dan kedudukan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dengan dana pribadi Sri Sultan menggaji seluruh pegawai RI.

5. Tanggal 1 Maret 1949, atas persetujuan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, TNI melakukan Serangan umum kepada tentara Belanda, untuk membuktikan bahwa RI masih ada. TNI berhasil meduduki Yogyakarta selama 6 jam.

6. Tanggal 27 September 1949, Belanda mengakui kedaulatan RI melalui konferensi Meja Bundar di Den Hag. Di Jakarta Sri Sultan Hamengkubuwono IX mewakili RI menerima Piagam penyerahan kedaulatan Belanda dari AJ Lovink, wakil tinggi Mahkota Belanda.

7. Tanggal 4 Maret 1950, terbit UU No.3 tahun 1950 yang berisi penetapan Daerah Istimewa Yogyakarta.@@ ( Sumber: Media Indonesia )

PANTAI BUYUTAN, YANG TERASING DARI KERAMAIAN


Pantai Buyutan merupakan deretan pantai selatan yang membentang di bagian selatan pulau jawa. Terletak di sebelah timur pantai Ngampu, Wonogiri, pantai ini menjadi bagian dari kabupaten Pacitan. Pantai yang masih sangat alami ini tepatnya berada di desa Widoro kecamatan Donorojo kabupaten Pacitan. Seperti ciri khas pantai selatan lainnya, pantai ini juga bertebing karena berada di wilayah pegunungan kapur ( karst ) selatan jawa. Pantai ini berjarak kurang lebih 42 km dari kota Pacitan. Perjalanan kesana memang agak sulit, karena belum didukung sarana jalan yang memadai. Khusus untuk yang hoby berpetualang tempat ini sangat menantang. Perjalanan berkelok-kelok dan naik turun akan menjadikan pengalaman yang menguji adrenalin, dan tentu perjalanan yang menyenangkan bagi mereka yang berjiwa petualang.

Bila anda tertarik mengunjunginya bawalah bekal banyak-banyak, sebab disana belum ada penjual makanan, dan saya sarankan untuk tidak membawa anak kecil sebab untuk bisa sampai ke pantai kita harus menuruni jalan setapak yang lumayan terjal. Tempat ini bisa ditempuh melalui kecamatan Punung dari arah Pacitan atau melalu kecamatan Parang Gupito kabupaten Wonogiri. Letaknya yang jauh dan tempatnya yang agak terpencil membuat pantai indah ini kurang perhatian dari pemerintah daerah, padahal potensinya sangat bagus. Persiapan yang memadai dan perbekalan yang cukup adalah syarat mutlak untuk pergi kesana, mengingat belum adanya fasilitas apapun disana, benar-benar masih alami, benar-benar sebuah pantai yang masih perawan. @@

Rabu, 22 Desember 2010

MAKNA FILOSOFI GUNUNG MERAPI, KRATON DAN LAUT SELATAN


Dengan konsepsi filosofinya, tata ruang Kraton dengan adanya tugu golong gilig di utara dan Panggung Krapyak di selatan menggambarkan Lingga dan Yoni yang bermakna kesuburan. Antara Tugu, Kraton dan Panggung Krapyak yang satu garis lurus merupakan sumbu filosofinya Kraton Yogyakarta.
Dikatakan sumbu filosofi karena garis penghubung Tugu, Kraton dan Panggung Krapyak merupakan sumbu yang nyata yang berupa jalan. Adapun sebagai sumbu imajinernya adalah dari Gunung Merapi, Kraton, dan Laut Selatan.

Mengingat Sultan Hamengkubuwono I yang juga sebagai Sayidin Panatagama Kalifatullah, maka konsep kosmogoni yang berbau Hinduistis tersebut diubah menjadi konsep filosofi islam dan budaya jawa. Hubungan antara Panggung Krapyak, Kraton dan Tugu merupakan konsep filosofi Sangkan Paraning Dumadi.
Sedang hubungan Gunung Merapi, Kraton dan Laut Selatan merupakan konsep Manunggaling Kawulo Gusti, begitu papar KRT Widya Anindita seperti di lansir Harian Kedaulatan Rakyat.
Dari Panggung Krapyak ke utara sampai Kraton menggambarkan seorang bayi sejak lahir dari rahim sang ibu, menginjak dewasa, berumah tangga, sampai melahirkan kembali. Oleh karenanya disisi barat laut Panggung Krapyak, terdapat kampung Mijen yang berarti “wiji” atau benih manusia. Dan tanaman disekitarnya adalah pohon Asem dan Tanjung. Daun asem yang masih muda namanya Sinom sehingga makna simbolisnya adalah gadis yang masih anom ( muda ) akan menimbulkan rasa sengsem ( tertarik ) bagi lawan jenisnya sehingga ia akan di sanjung.
Dari Tugu ke Kraton adalah melambangkan perjalanan manusia menghadap sang khalik. Untuk itu seharusnya jangan ada penggantian nama jalan di wilayah itu. Contohnya jalan P. Mangkubumi yang dulu bernama Margotomo yang berarti jalan menuju keutamaan. Kemudian disambung dengan jalan Malioboro yang bermakna nganggo obor ajaraning para wali. Dan jalan Ahmad Yani itu dulu bernama jalan Margomulyo berasal dari kata Margo yang berarti jalan dan Mulyo yang berarti kemuliaan. Sedang yang sekarang Jalan Trikora itu dahulu bernama Pangurakan yang berasal dari kata “urak” yang berarti nggusah atau mengusir. Apa yang di usir? Yang diusir adalah nafsu yang kurang baik. Bagi setiap insan yang mau menghadap sang khalik, harus didasari dengan kesucian hati.

Jenis tanaman yang tumbuh sekelilinya juga tidak perlu diubah karena memiliki filosofi, dahulu disepanjang jalan Malioboro ditanami pohon Gayam ( ayom ) dan Asem ( sengsem ). Ditambahkan kerabat Kraton yang lain KRT H Jatiningrat ( RM Tirun Marwoto SH ) sebetulnya disekitar antara Tugu hingga kantor pos dulu ditumbuhi pohon asem dan gayam. Hal ini adalah cara Sultan Hamengkubuwono I mengharapkan sesuatu dengan ridho Allah agar ayom-ayem dan sengsem. Untuk itu masyarakat yang tinggal di Yogya pasti krasan karena di ayomi oleh pemimpinnya. Istilahnya seneng atine mergo diayomi ratune.

Ini sebenarnya persis dengan do’a Ibrahim ketika membangun Ka’bah agar masyarakat datang berdo’a. Sedang Sultan Hamengkubuwono I dengan symbol itu dan berharap kota menjadi ayom, ayem dan tentrem. Dan sepertinya berhasil, terbukti banyak orang yang kemudian datang ke Jogja dan menetap disana.@@ ( Sumber: Kedaulatan Rakyat )

Selasa, 21 Desember 2010

JOGJA, SUDAH ISTIMEWA SEJAK JAUH SEBELUM INDONESIA MERDEKA


Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat sudah istimewa sebelum Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY ) lahir atau jauh sebelum Indonesia merdeka. Terbentuknya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat melalui proses yang sangat panjang. Semua itu berangkat dari filosofi baik meliputi letak Kraton Yogyakarta secara geografis, konsep tata ruang, dan filosofi Kraton Yogyakarta, hingga filosofi vegetasi ( tanaman ) sangat melekat dengan Kraton Yogyakarta.
Berawal dari Raja Kartosuro yang sekaligus ayahanda Pangeran Mangkubumi, Sunan Amangkurat IV ( Sunan Amangkurat Jawi ) yang pernah mendapat wisik ( ilham ) bahwa wahyu Kraton jatuh di desa Pacethokan, alas Beringan yang saat ini berdiri Kraton Yogyakarta.
Oleh Sunan Amangkurat Jawi tempat beliau mendapat ilham kemudian dibangun pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Kemudian oleh Sunan Pakubuwono II, putra Sunan Amangkurat IV sekaligus kakanda Pangeran Mangkubumi, nama pesanggrahan Garjitawati kemudian diganti menjadi Ngayogya.

Secara geografis Kraton Yogyakarta diapit oleh 6 sungai yang simetris. Di sisi timur ada sungai Code, sungai Gajah Wong dan sungai Opak. Sedang di sisi barat terdapat sungai Winongo, sungai Bedog dan sungai Progo. Sedangkan disebelah utara ada gunung Merapi dan sebelah selatan Samudra Indonesia ( laut kidul ). Penentuan letak Kraton Yogyakarta oleh Pangeran Mangkubumi ( Sultan Hamengkubuwono I ) di lkasi ini dapat dianalogikan dengan pemilihan lokasi bangunan suci, bahkan menurut kepercayaan agama hindu tempat semacam ini merupupakan tempat yang disucikan ( sanctuary area ).

Demikian di ungkapkan ketua Dewan Kebudayaan DIY, KRT Widya Anindita ( Ir. Yuwono Sri Suwito MM ) kepada Harian Kedaulatan Rakyat. Menurutnya dengan tata ketak Kraton Yogyakarta dan filosofi yang mendasarinya, ditambah dengan pengaturan ruang dan bangunan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I yang sarat dengan makna simbolis dan filosofis, maka tidak berlebihan bila dikatakan Yogyakarta sudah istimewa sejak pendiriannya, jauh sebelum propinsi DIY terlahir, jauh sebelum Indonesia merdeka.@@ ( Sumber : Kedaulatan Rakyat )

KISAH SINGKONG REBUS YANG NAIK KELAS

Sebuah forum diskusi tentang kemiskinan yang digagas oleh sebuah departemen, digelar disebuah meeting room hotel bintang lima ternama di Jakarta. Diikuti oleh para cerdik pandai, para elite pengambil keputusan, dan para elite kekuasaan, diskusi ini diharapkan dapat memunculkan ide-ide baru tentang penanggulangan kemiskinan. Tentu menjadi angin segar sebab diakui atau tidak kemiskinan masih mendera ratusan ribu atau bahkan jutaan penduduk negeri yang konon katanya sudah makmur ini.

Sebagai salah satu chef yang ikut menyiapkan hidangan untuk para peserta diskusi itu, saya agak terkejut ketika melihat menu makanan yang dipesan. Untuk main course nya sih biasa saja, sajian international buffet yang sudah lazim di hotel bintang lima manapun. Tetapi ketika melihat menu coffe break, saya agak terkejut dan dibuat merenung meski hanya beberapa saat. Biasanya untuk coffe break acara-acara sejenis tak jauh dari menu-menu internasional seperti brownies, chocolate cake, banana cake, assorted pastries, chicken curry puff atau setidak-tidaknya ya lapis legit, bika ambon dan lapis Surabaya. Tetapi kali ini panitya penyelenggara forum diskusi yang diikuti oleh kaum intelektual, para elit pengambil keputusan dan elite kekuasaan itu meminta singkong rebus, kedelai rebus, kacang rebus, gatot dan bajigur. Edan. Bukan saja tidak lazim, bahkan juga mencurigakan.

Dalam sekejap muncul 1001 pertanyaan dalam benak saya. Apa karena diskusi ini membicarakan masalah kemiskinan, sehinga mereka para elite itu memandang perlu mencicipi makanan ndeso yang biasa disantap oleh kaum miskin, sehingga tumbuh empati untuk mereka. Atau jangan-jangan panitya sengaja memesan jajanan murahan itu supaya para peserta diskusi bisa menghayati dan merasakan penderitaan kaum miskin, meskipun selama ini mereka hidup berkecukupan bahkan bermewah-mewah.
Atau diskusi ilmiah itu mungkin akan dijadikan titik tolak dimulainya pola hidup sederhana bagi para elite kekuasaan dan para elite pengambil keputusan, yang selama ini, kesederhanaan bagi mereka hanya berhenti pada mulut saja, terbatas pada retorika saja. Sederhana? Tentu tidak. Sebab hidangan ndeso seperti singkong rebus, kedelai rebus, kacang rebus dan gatot itu mereka beli dengan harga yang sudah 12 kali lipat lebih mahal, plus tax and service charge yang besarnya 21 % pula. Apalagi untuk merasakan penderitaan kaum miskin, ah rasanya kok sangat jauh sekali.

Tanpa bermaksud berprasangka buruk saya malah timbul rasa curiga, jangan-jangan mereka memesan menu sederhana itu karena sebagai kaum elite, sebagai priyagung, mereka telah bosan dengan kemewahan yang selama ini mereka nikmati. Setelah saban hari menyantap steak, roast beef, spaghetti, pizza, mashed potato, salad, champagne, wine, ice cream maka mereka ingin kembali merasakan hidangan ndeso itu untuk sekedar menghindar dari kebosanan, atau bernostalgia, mengingat jaman susah dahulu. Membangkitkan kembali kenangan masa lalu yang sangat sentimental itu.

Berusaha dengan sungguh-sungguh memberantas kemiskinan tentu berbeda dengan memberantas orang miskin seperti yang selama ini mereka pertontonkan. Menggasak dan menggusur mereka atas nama pembangunan , atas nama ketertiban, atas nama kebersihan dan keindahan kota. Membuat aturan, undang-undang, perda atau apalah namanya yang sama sekali tidak pro dan membela kepentingan rakyat miskin, tetapi justru menyusahkan mereka. Mencabut berbagai macam subsidi saat mereka belum siap menerimanya. Dan pada kemudian hari harga-harga kebutuhan melambung tinggi, memotong setengah daya beli mereka, membuat mereka tetap miskin dan makin miskin.

Saya dan banyak orang miskin diluaran sana berharap bila diskusi tentang kemiskinan dengan suguhan aneka santapan orang miskin seperti singkong rebus, kedelai rebus, kacang rebus dan gatot serta bajigur itu benar-benar mampu melahirkan ide-ide brilliant yang bermanfaat untuk kepentingan kaum miskin. Tetapi tentu masih harus menunggu, semuanya belum pasti, dan kaum miskin belum bisa nyicil ayem sampai hasil pemikiran para cerdik pandai dan para elite itu di implementasikan di lapangan.

Yang jelas sudah pasti adalah naik kelasnya makanan ndeso itu, bila sehari-hari hanya menjadi santapan kaum miskin, tetapi kali ini menjadi hidangan agung para elite kekuasaan dan pengambil keputusan. Dan lagi, biasa hanya terdapat di desa-desa minus yang masyarakatnya tak punya pilihan lain karena tak mampu beli beras, tetapi kali ini santapan kaum miskin itu digelar di hotel bintang lima dengan penerangan lampu-lampu kristal yang mewah dan megah. Dan satu lagi, pada daftar menu, makanan kaum mlarat itu ditulis dengan ejaan bahasa inggris, seperti singkong rebus menjadi boiled cassava, kedelai rebus jadi boiled jacketed soybean, dan yang tidak kalah seremnya adalah gatot asal Gunung Kidul itu berganti nama menjadi dried cassava cake. Mantap!.@@

Senin, 20 Desember 2010

MUSIUM SANGIRAN, MENELUSURI JEJAK NENEK MOYANG


Musium Purbakala Sangiran terletak di desa Krikilan kecamatan Kalijambe kabupaten Sragen Jawa tengah. Berjarak kurang lebih 30 km arah barat laut kota Sragen musium ini sangat mudah untuk di kunjungi. Bisa menggunakan kendaraan pribadi dan juga angkutan umum. Bila menggunakan angkutan umum anda bisa berangkat dari Solo naik bus jurusan Purwodadi dan turun di Kalijambe dari situ anda tersedia angkutan umum menuju musium yang berjarak kurang lebih 4 km lagi atau bila mau cepat bisa menggunakan jasa ojeg.

Pada tahun 1996 musium ini tercatat dan masuk sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO( World Herritage List ). Area Sangiran menurut Wikipedia memiliki luas sekitar 48 km persegi. Menurut para ahli wilayah Sangiran dahulu kala merupakan wilayah lautan. Karena sebuah proses geologi, wilayah itu berubah menjadi daratan. Terbukti dari lapisan-lapisan tanah pembentuk di wilayah tersebut berbeda dengan daerah lainnya, juga ditemukannya fosil binatang laut, disamping fosil manusia purba beserta fosil alat-alat batu.

Di kawasan Sangiran atau yang terkenal dengan Sangiran Dome hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.600 fosil dan 2900 lebih diantaranya telah di simpan dan dipamerkan di musium. Jenis manusia yang ditemukan di wilayah Sangiran adalah jenis Pithecantropus Mojokertoensis ( pithecantropus Robustus ), Pithecantropus Erectus, Megantropus Palaeojavanicus, Homosoloensis, Homo Neanderthal Eropa, dan Homo Neanderthal Asia.

Musium Purbakala Sangiran dilengkapi dengan ruang pamer, ruang slide, laboratorium, gudang dan kios-kios cinderamata yang melibatkan masyarakat setempat. Untuk lebih jelasnya silahkan datang dan kunjungi musium purbakala Sangiran. Perjalanan yang mungkin melelahkan akan terbayar dengan bertambahnya wawasan kita akan jaman dan manusia purba serta hitung-hitung menelusuri jejak nenek moyang kita.@@

Senin, 13 Desember 2010

PANTAI SEMBUKAN, SI PERAWAN DARI WONOGIRI


Tersembunyi di ujung selatan kabupaten Wonogiri pantai ini secara geografis memang sangat jauh dari pusat kota. Pantai ini terletak di kecamatan Parang Gupito yang berbatasan langsung dengan kecamatan Girisubo kabupaten Gunung Kidul, dimana terdapat pelabuhan ikan pantai Sadeng. Pantai Sembukan berjarak kurang lebih 45 km arah selatan kota Wonogiri atau 4 km arah selatah kecamatan Parang Gupito. Seperti pantai pada kawasan karst lainnya pantai ini berbukit-bukit dan bertebing yang cukup tinggi.

Dan satu lagi pantai ini masih sangat perawan dan alami. Belum tersedianya angkutan umum, membuat pengunjung pantai ini masih terbatas wisatawan lokal. Sekalipun sudah ditunjang dengan sarana jalan yang cukup memadai, ketersediaan sarana transpotasi memang masih menjadi kendala. Rute kendaraan umum hanya sampai di kota kecamatan Parang Gupito, itupun dari kota Wonogiri harus beberapa kali ganti kendaraan. Pilihan yang paling tepat adalah dengan mobil pribadi atau mobil sewaan. Perjalanan ke pantai Sembukan bisa menjadi daya tarik tersendiri, sebab melewati kawasan pegunungan kapur yang berbelok-belok dan naik turun. Bila anda tertarik untuk kesana, persiapkan perbekalan yang cukup sebab di sana belum banyak penjual makanan. Anda tertarik untuk berpetualang kesana? Selamat berwisata.@@

Minggu, 12 Desember 2010

GAJAH MUNGKUR, SEBUAH OASE DI BUKIT GERSANG


Waduk Gajah Mungkur yang terletak di kabupaten Wonogiri pada awalnya dibangun untuk menjamin ketersediaan air untuk irigasi tekhnis di wilayah itu. Kabupaten Wonogiri yang berbukit-bukit, pegunungan kapur merupakan wilayah kering dan tandus. Danau buatan yang terletak kurang lebih 3 km selatan kota Wonogiri ini menurut keterangan dalam Wikipedia memiliki luas lebih dari 8800 ha dan berada di 7 wilayah kecamatan. Waduk ini mampu mengairi sawah di areal yang cukup luas yaitu kurang lebih 23600 ha di 4 kabupaten dibawahnya seperti Klaten, Sukoharjo, Karang Anyar dan Sragen. Masih menurut Wikipedia dari PLTA yang dibangun dari waduk ini mampu menghasilkan listrik hingga 12,4 mega watt. Waduk yang mulai beroperasi pada tahun 1978 ini diperkirakan bisa berumur hingga 100 tahun.

Bagi Pemda Wonogiri dan masyarakat setempat tempat ini kini menjadi obyek wisata yang kemudian munumbuhkan ekonomi. Ada berbagai usaha yang bisa di lakukan masyarakat setempat untuk mendukung keberadaan waduk Gajah Mungkur sebagai tempat tujuan wisata. Mendirikan rumah makan, berdagang oleh-oleh, berjualan cenderamata, bahkan membuat homestay atau hotel yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Usaha yang lain yang cukup menjanjikan adalah usaha keramba ikan air tawar yang berkembang cukup pesat dan banyak ditekuni warga setempat. Kehadiran waduk Gajah Mungkur benar-benar menjadi oase bagi banyak masyarakat Wonogiri sendiri atau kabupaten tetangga sekitarnya. Kini tempat ini dipoles dengan beberapa fasilitas seperti kolam renang dan arena permainan yang cukup menarik. Bila anda penggila masakan ikan air tawar, disini banyak sekali restoran yang menyajikan menu dari berbagai ikan. Jadi anda bisa berwisata alam sekaligus berwisata kuliner. Anda tertarik? Selamat berwisata.@@

Rabu, 08 Desember 2010

GOA SELARONG, TEMPAT BERSEJARAH YANG KURANG DIKENAL


Dibanding dengan goa-goa lain seperti goa Jatijajar di kabupaten kebumen atau goa Tabuhan dan goa Gong di kabupaten Pacitan dan juga goa-goa di kawasan karst selatan Jawa lainnya seperti di Gunung kidul dan Pracimantoro Wonogiri gua selarong memang kalah pamor, tetapi untuk masyarakat Jogja dan sekitarnya tempat ini sangat familiar.

Goa yang tidak seperti goa pada umumnya yang dalam dan bisa ditelusuri, goa ini hanya berbentuk seperti ceruk pada dinding tebing di sebuah bukit. Goa yang terletak didesa Guwosari kecamatan Pajangan kabupaten Bantul atau kurang lebih 15 km selatan kota Jogja ini memiliki kaitan sejarah yang cukup penting dalam perjuangan melawan penjajah kolonial belanda. Goa ini dipercaya sebagai tempat persembunyian dan juga markas Pangeran Diponegoro ketika perang melawan penjajah belanda antara tahun 1825 - 1830 silam. Sebagai tempat bersejarah, tempat ini kini dikembangkan dan ditata lebih apik dengan dibangun tangga untuk naik ketempat yang konon dipercaya sebagai tempat persembunyian sang pahlawan.

Yang menarik lagi ditempat ini juga juga dibangun patung Diponegoro dan terdapat air terjun dan juga situs yang berupa sebuah sendang. Tersedia juga gardu pandang dan tempat istirahat baik dibawah maupun diatas, cukup untuk istirahat setelah kelelahan menaiki anak tangga yang sebenarnya tidak terlalu tinggi. Untuk mencapai tempat ini tidak terlalu sulit, karena telah didukung dengan jalan yang cukup mulus, meski sampai saat ini belum ada angkutan umum yang melewati daerah tersebut. Jadi untuk menuju tempat itu harus menggunakan mobil pribadi atau menyewa mobil sendiri.@@

Selasa, 07 Desember 2010

CANDI BOKO, SUN SET DAN MISTERI SEJARAH


Komplek candi Boko terletak kurang lebih 18 km sebelah timur kota Jogja atau kurang lebih 2 kilometer sebelah selatan komplek candi Prambanan. Berada pada ketinggian sebuah bukit, Konon candi ini ditemukan oleh Van Boekhlotz pada sekitar tahun 1790. Sumber yang lain menyebutkan candi ini ditemukan oleh seorang arkeolog asal Belanda yang bernama HJ De Graaf pada abad ke 17. Dari situs percandian di situ ditemukan bukti yang paling tua pada tahun 792 Masehi yang berbentuk prasasti Abayagirivihara, dan seseorang atau tokoh yang disebutkan pada prasasti-prasasti di sekitar situs itu menurut para ahli di perkirakan orang yang bernama Rakai Panangkaran.

Dan menurut ahli sejarah yang bernama Profesor Bukhori Candi Boko merupakan benteng pertahan. Misteri sejarahnya sendiri masih simpang siur. Di sekitar candi Boko juga terdapat beberapa candi seperti candi Ijo, dan candi Banyunibo yang bertebaran dalam radius kurang lebih 2 km. Ada banyak hal yang belum terungkap dan masih terus dipelajari. Tetapi dibalik itu semua candi Boko adalah tempat bersejarah yang memiliki pemandangan indah dan sangat layak untuk anda kunjungi. Bila anda berkunjung kesana pada saat senja, maka anda akan melihat sunset yang sangat indah. Selamat berwisata@@.