Selasa, 13 Desember 2011

WISATA PANTAI SIUNG, MENGUNJUNGI SAUDARA TUA GUNUNG MERAPI


Pesona keindahan pantai selatan Jawa begitu memikat dan melegenda, dan salah satunya adalah pantai Siung. Pantai ini terletak di kecamatan Tepus kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Berjarak kurang lebih 28 kilometer arah selatan kota Wonosari tempat ini realtif mudah untuk dicapai. Meski untuk mengunjungi pantai ini memang harus menggunakan kendaraan pribadi atau carteran, sebab belum tersedia angkutan umum yang menuju ke sana. Tetapi jangan kawatir sebab akses menuju ke sana sudah didukung dengan sarana jalan yang cukup memadai. Perjalanan anda akan semakin menarik dengan medan yang berbelok-belok dan sedikit naik turun, serta suguhan pegunungan kapur disisi kanan-kiri jalan.
Pantai Siung memiliki daya tarik yang luar biasa dengan air lautnya yang sangat bening, pasir pantai yang putih dan lembut serta bukit-bukit karang yang menyembul keatas seperti pulau-pulau kecil yang menjorok ke tengah laut. Di pantai ini juga terdapat aneka ikan hias dengan warna dan bentuk yang sangat cantik. Yang lebih menarik lagi konon menurut penelitian jenis batuan yang ada di pantai ini memiliki kemiripan atau kesamaan dengan jenis batuan yang ada di kawasan gunung Merapi. Bahkan menurut sebuah sumber malah memiliki umur yang lebih tua dari yang ada di kawasan gunung Merapi. Secara filosofis gunung Merapi, Keraton dan laut selatan memang memiliki hubungan. Dan ternyata secara ilmiah keduanya juga memiliki hubungan. Kalau secara filosofis pantai selatan diwakili Parangtritis, maka secara ilmiah pantai selatan diwakili oleh pantai Siung.
Atraksi alam di pantai Siung semakin sempurna dengan kehadiran air terjun Pengantin yang langsung bermuara ke laut. Meski tidak terlalu tinggi air terjun ini menambah daya tarik pantai Siung untuk anda kunjungi. Berkunjung ke kota Jogja mungkin tidak lengkap kalau anda tidak mengunjungi Keraton dan mampir ke Malioboro, tetapi kunjungan wisata anda akan terasa serpurna bila anda sempatkan singgah dan mengunjungi pantai Siung yang eksotis dan mempesona. Anda penasaran berkunjung ke sana? Selamat berwisata!@@

PERJANJIAN GIYANTI DAN LAHIRNYA JOGJAKARTA


Perjanjian Giyanti adalah sebuah perjanjian yang melatarbelakangi pecahnya dynasti Mataram dan lahirnya Kasultanan Ngayogyakarta. Hal itu berawal dari  Pangeran Mangkubumi yang menagih janji dari Sunan Pakubuwono III yang akan memberikan 3000 cacah tanah di wilayah Sukowati bila berhasil menumpas pembrontakan yang dipimpin oleh Pangeran Sambernyowo.
Perjanjian Giyanti sebenarnya merupakan kesepakan antara pihak Belanda, dalam hal ini VOC dengan pihak kerajaan Mataram yang di wakili oleh Sunan Pakubuwono III, dan kelompok Pangeran Mangkubumi. Pangeran Mangkubumi akhirnya memutar haluan menyeberang dari kelompok pemberontak dan bergabung dengan kelompok pemegang legitimasi kekuasaan Mataram, dan ikut memerangi pemberontak yaitu Pangeran Sambernyowo. Perjanjian Giyanti yang akhirnya di tandatangani pada tanggal 13 Februari 1775 di desa Giyanti yang saat ini menjadi wilayah dukuh Kerten Desa Jantiharjo kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah ini secara de facto dan de jure menandai berakhirnya kerajaan Mataram.
Berdasarkan perjanjian ini wilayah kerajaan Mataram dibagi menjadi 2 bagian, yaitu wilayah disebelah timur dikuasai oleh pewaris tahta Mataram ( Sunan Pakubuwono III ) dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara disebelah barat yang merupakan wilayah Mataram yang asli diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi, sekaligus diangkat sebagai Sultan Hamengkubuwono I dan berkedudukan di Ngayogyakarta. Dalam perjajian itu juga terdapat klausul, VOC bisa menentukan siapa yang menjadi penguasa wilayah itu jika diperlukan.
Perjanjian Giyanti sebenarnya belum mengakhiri gonjang-ganjing di kerajaan Mataram, karena kepentingan kelompok Pangeran Sambernyowo ( Raden Mas Said ) tidak terakomodasi dalam perjanjian ini. Pangeran Sambernyowo adalah rivalitas Pangeran Mangkubuni untuk menjadi orang nomor satu di kerajaan Mataram. Perjanjian Giyanti bisa jadi merupakan persekongkolan untuk menyingkirkan Pangeran Sambernyowo. Ada juga yang beranggapan bahwa Perjanjian Giyanti merupakan bagian dari politik pecah belah Belanda. Terlepas dari kontroversi yang terjadi, Perjanjian Giyanti merupakan “ibu kandung” Kasultanan Ngayogyakarta yang kemudian menjadi Yogyakarta. yang telah banyak memberikan sumbangsihnya pada awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di awal kemerdekaan RI  kasultanan Yogyakarta banyak memberikan bantuan baik moril maupun matriil. Dan puncaknya adalah ketika Sultan Hamengkubuwono IX yang bertahta pada saat itu, menyatakan wilayah kasultanan Ngayogyakarta sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia begitu Kemerdekaan di proklamirkan oleh Sukarno-Hatta. Pemindahan ibukota dari Jakarta ke Jogjakarta juga atas inisiatif dan difasilitasi oleh Sultan Hamengkubuwono IX.@@ ( Sumber : Wikipedia, beberapa sumber lain )

Jumat, 09 Desember 2011

PANTAI TELENG RIA, PRIMADONA DARI PACITAN


Selain memiliki wisata goa karst lengkap dengan stalagtit dan stalagmitnya, kabupaten Pacitan yang terletak di bagian selatan pulau jawa juga mengandalkan wisata pantainya. Sebut saja pantai Klayar di kecamatan Donorojo atau pantai Teleng Ria yang letaknya kurang lebih hanya dua kilometer dari pusat kota Pacitan. Pantai ini menjadi menarik karena lokasinya yang sangat dekat dengan pusat kota, sehingga akses menuju ke pantai ini demikian dekat dan mudah. Kelebihan pantai ini disamping mudah untuk di kunjungi tetapi juga memiliki garis pantai yang panjang. Seperti pantai selatan pada umumnya, pantai ini juga berombak besar. Mandi dipantai sambil bermain pasir bisa jadi menjadi alternative yang menyenangkan di pantai ini. Tetapi harus hati-hati, disamping ombak yang besar, tetapi pada musim-musim tertentu juga banyak ubur-ubur laut yang beracun yang bila menyengat akan terasa pedih dan gatal-gatal.
Jalan menuju pantai ini relative baik. Fasilitas yang tersedia juga lumayan baik, parkir yang luas serta warung makan atau jajanan cukup tersedia di pantai ini. Untuk mengunjungi pantai ini tidaklah sulit, bila menggunakan angkutan umum dari arah Solo bisa menumpang bus jurusan Solo-Batu-Pacitan dan turun tak jauh dari gerbang pantai. Kalau dari arah Jogja bisa menumpang bus jurusan Jogja-Wonosari-Praci-Batu, turun di terminal Baturetno ( Wonogiri ) kemudian berganti bus jurusan Pacitan yang datang dari arah Solo. Pantai Teleng Ria menawarkan pemandangan yang cukup mempesona, karena dikelilingi perbukitan yang tampak menghijau dari kejauhan. Bila menggunakan kendaraan pribadi, anda bisa sekaligus mengunjungi beberapa goa yang berada satu jalur dengan tempat wisata ini bila berangkat dari arah Jogja atau Solo. Sebut saja goa Tabuhan dan goa Gong. Anda teryarik berkunjung ke sana? Selamat berwisata.@

Selasa, 06 Desember 2011

GOA RANCANG KENCONO, TEMPAT UNTUK MERANCANG KEMERDEKAAN


Berbeda dengan goa-goa pada umumnya, goa Rancang Kencono memeiliki pintu yang menghadap ke atas mirip menyerupai sebuah lubang raksasa. Untuk memasuki goa ini harus menuruni beberapa anak tangga yang sengaja dibuat untuk memudahkan pengunjung. Goa ini terletak di dusun Menggoran, desa Bleberan, kecamatan Playen kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Berjarak kurang lebih 15 kilometer arah barat daya kota Wonosari tempat ini sebenarnya tidak sulit untuk dicapai, namun sayangnya masih minimnya sarana dan kondisi jalan untuk memasuki wilayah ini masih berupa jalan tanah yang belum teraspal.
Meski tidak terlalu dalam goa ini cukup memiliki nilai sejarah. Goa ini juga memiliki pelataran yang cukup luas, bahkan konon bisa untuk bermain badminton. Dinamakan Rancang Kencono, sebab menurut riwayat yang diyakini penduduk setempat, Rancang bermakna merancang, mengkonsep, atau menyusun. Dan Kencono berarti emas atau kemuliaan. Dan kemulian bagi bangsa yang terjajah kala itu, berarti adalah sebuah kemerdekaan. Konon pada masa perjuangan dahulu goa ini seringkali dijadikan tempat untuk menyususn strategi untuk melawan penjajah dan meraih kemerdekaan. Dan kini nampaknya tempat ini juga dipergunakan sebagai tempat wisata lokal juga suntuk kegiatan ritual tertentu.
Uniknya ditengah mulut goa ini terdapat pohon langka yang cukup besar menyembul keatas. Menurut keterangan warga setempat bahkan pohon ini merupakan pohon satu-satunya di Gunung Kidul. Menurut keterangan belum ada yang menemukan pohon sejenis di wilayah Gunung Kidul. Pohon yang oleh masyarakat disebut pohon Bluni ini memiliki buah yang rasanya manis. Buahnya berbentuk bulat lonjong dan berwarna ungu. Yang menarik di goa yang jauh dari keramaian itu sering sekali dipergunakan untuk pengambilan gambar untuk film-film kolosal laga seperti Tutur Tinular, Misteri Gunung Merapi, dll. Tak jauh dari tempat ini juga terdapat air terjun Si Gethuk, tetapi untuk mencapainya agak sulit disamping untuk menuju kesana jalannya belum teraspal  juga  harus menaiki perahu atau berjalan kaki melewati areal persawahan yang becek dan naik turun.@

Senin, 05 Desember 2011

GUNUNG KENDIL, KISAH AIR 'KERAMAT' DARI DALAM SEBONGKAH BATU


Mata air Gunung Kendil berada di atas ketiggian puncak sebuah bukit kapur, terletak didesa Ponjong, kecamatan Ponjong atau kurang lebih 11 kilometer arah timur laut kota Wonosari, Gunung Kendil merupakan tempat wisata ritual yang cukup dikenal diwilayah ini. Disini terdapat mata air yang terdapat pada sebuah bongkahan batu besar. Pengeboran batu itu atas perintah mbah Moyo yang merupakan sesepuh desa setempat, sekaligus merupakan pemilik tanah itu. Sebelum memerintahkan pengeboran diatas bongkahan batu besar itu, mbah Moyo melakukan “laku” dan sering melakukan shalat hajat ditempat itu. Dan anehnya setelah dibor air itu mengucur keatas tanpa harus dipompa. Kalau sekarang dipasang pompa karena air tidak bisa berhenti, jadi pompa lebih difungsikan untuk mematikan aliran air.
Banyak orang terperanjat ketika kemudian keluar air jenih dari bongkahan batu itu. Setelah itu banyak orang berkunjung, mula-mula warga sekitar Gunung Kidul tetapi kini sudah banyak yang dating dari luar kota Jogja, Magelang, Klaten, Solo, Boyolali bahkan dari Surabaya dan Jakarta. Kini tempat ini terkenal sebagai tempat terapi air. Beberapa penyakit terbukti sembuh. Banyak orang-orang yang datang ketempat ini untuk melakukan melakukan ritual mensucikan diri  dan melaksanakan hajat dimasjid sekitar tempat ini. Bahkan konon banyak pejabat di wilayah ini yang datang untuk melakukan hal yang sama.
Setelah diakan penelitian oleh pihak yang berwenang yaitu Dinas Kesehatan kabupaten Gunung KIdul, air dari Gunung Kendil sangat layak untuk di konsumsi bahkan sangat layak untuk sumber air minum. Menurut uji klinis kandungan Ecolinya nol. Dan sekarang masyarakat bias menikmati ARDO ( air do’a ) air minum yang sudah melalui proses sterilisasi ozon, dan dijamin lebih higienis. Ardo juga bisa dibawa pulang dengan kemasan 1,5 liter dengan harga Rp.4000. Sebagai air terapi, untuk memudahkan para pengunjung kemudian juga dibangun 3 kolam renang untuk dewasa dan anak-anak. Tempat ini sangat mudah untuk dicapai karena berada ditepi jalan raya di kota kecamatan Ponjong, dan di dukung sarana jalan yang sangat mulus. Disamping itu dari kota Wonosari juga tersedia sarana angkutan umum yang cukup memadai.@

Jumat, 18 November 2011

MENGENAL LEBIH DEKAT PANEMBAHAN SENOPATI, SANG PENDIRI KERAJAAN MATARAM


Panembahan Senopati adalah pendiri kasultanan Mataram yang 188 tahun kemudian terpecah menjadi 2, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta melalui Perjanjian Giyanti. Beliau memerintah sebagai raja Mataram pertama pada tahun 1587-1601. Bergelar Senopati Ingalogo Kalifatulah Tanah Jawa, Panembahan Senopati adalah peletak dasar-dasar kasultanan Mataram. Raja pertama Mataram yang memiliki nama kecil Danang Sutawijaya ini, merupakan putra sulung dari pasangan Ki Ageng Pemanahan dan Nyai Sabinah. Menurut naskah-naskah babad tanah jawa ayahnya merupakan keturunan raja Brawijaya, raja terakhir kerajaan Majapahit, sedang ibunya merupakan keturunan Sunan Giri, anggota Walisongo. Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudian diangkat sebagai patih pertama kasultanan Mataram.
Ikut berjasa besar dalam menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549, Sutawijaya kemudian diangkat anak oleh Sultan Hadiwijaya bupati Pajang untuk pancingan karena sampai saat itu beliau belum dikaruniai seoarang anak. Sutawijaya kemudian bertempat tinggal di sebelah utara pasar, sehingga kemudian ia dikenal sebagai Raden Ngabehi Loring Pasar.
Dalam sayembara menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549, ia diajak ikut serta ayahnya dalam rombongan pasukan, supaya Sultan Hadiwijaya tidak tega dan menyertakan bala pasukan Pajang sebagai bantuan, saat itu Sutawijaya masih berumur belasan tahun. Arya Penangsang adalah bupati Jipang Panolan yang sudah membunuh Sunan Prawoto raja terakhir kasultanan Demak. Ia sendiri akhirnya terbunuh oleh Sutawijaya. Akan tetapi sengaja di buat laporan palsu bahwa kematian Penangsang karena dikeroyok oleh Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi, karena jika Sultan Hadiwijaya sampai tahu kisah sebenarnya bahwa yang membunuh Arya Penangsang adalah anak angkatnya sendiri, beliau akan lupa memberikan hadiah.
Usai sayembara Ki Penjawi mendapat tanah di Pati dan menjadi bupati sejak 1549, sedang ki Ageng Pemanahan baru mendapat tanah Mataram sejak tahun 1556. Sepeninggal Ki Ageng Pemanahan pada tahun 1575, Sutawijaya menggantikan kedudukannya sebagai pemimpin Mataram dan bergelar Senopati Ingalogo yang berarti panglima medan perang.
Pada tahun 1576 Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil dari Pajang tiba untuk menanyakan kesetiaan Mataram, mengingat sudah lebih dari setahun Senopati tidak menghadap Sultan Hadiwijaya. Senopati saat itu sedang sibuk berkuda di Lipura, seolah tidak peduli dengan kedua utusan tersebut. Namun kedua pejabat senior Pajang itu sangat pandai menjaga perasaan Sultan Hadiwijaya melalui laporan yang mereka susun
Senopati memang ingin menjadikan Mataram menjadi kerajaan yang merdeka. Ia sibuk mengadakan persiapan baik yang bersifat matreal maupun spiritual, misalnya membangun benteng, melatih tentara, sampai menghubungi penguasa laut selatan dan gunung Merapi. Senopati juga berani membelokkan para mantri pamajegan dari kedu dan bagelen yang hendak meyetor pajak ke Pajang, hingga para mantri itu bahkan dibujuknya untuk setia pada senopati. Sultan Hadiwijaya resah mendengar kemajuan anak angkatnya, dan iapun mengirim utusan untuk menyelidiki kemajuan Mataram. Yang diutus adalah Arya Pamalad Tuban dan Pangeran Benawa serta Patih Mancanegara. Semua dijamu dengan pesta oleh Senopati, sehingga mereka tidak membuat laporan yang biasa-biasa saja pada Sultan Hadiwijaya tentang Senopati.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya menghukum Tumenggung Mayang dibuang ke Semarang karena telah membantu anaknya yang bernama Raden Pabelan menyusup kedalam keputren dan mengganggu Ratu Sekar Kedaton putri bungsu Sultan. Raden Pabelan sendiri akhirnya dihukum mati dan mayatnya dibuang ke sungai Laweyan. Ibu Pabelan adalah adik Senopati, maka ia mengutus para mantri untuk merebut tumenggung Mayang dalam perjalanan pebuangannya ke Semarang. Perbuatan Senopati ini membuat Sultan Hadiwijaya murka. Sultanpun berangkat sendiri memimpin pasukan Pajang untuk menyerang Mataram.
Perangpun terjadi, pasukan  Mataram berhasil menghalau pasukan Pajang, meski jumlah mereka lebih banyak. Kemudian Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dalam perjalanan pulang ke pajang. Ia pun akhirnya meninggal dunia, namun beliau sempat berwasiat agar anak-anaknya tidak membenci dan memusuhi Senopati serta harus memperlakukannya sebagai kakak sulung. Senopati sendiri ikut hadir dalam upacara pemakaman Sultan Hadiwijaya di Pajang. Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, Senopati memerdekakan Mataram pada tahun 1587 dan memerintah menjadi raja pertama Mataram. Beliau wafat pada tahun 1601 dan dimakamkan di makam raja-raja Kotagede, kemudian digantikan oleh Panembahan Hanyakrawati atau Raden Mas Jolang. Sekarang namanya diabadikan menjadi nama jalan di kota Yogyakarta, tak jauh dari kraton.@ (Sumber:Wikipedia dan beberapa sumber lain)

Rabu, 16 November 2011

TRANS JOGJA, SOLUSI HEMAT MENJELAJAH KOTA JOGJA


Main ke Jogja dengan dana minim, siapa takut? Bagi para backpacker mania tak perlu kawatir berlebihan bila anda ingin jalan-jalan ke kota Jogja bermodal ongkos perjalanan yang pas-pasan. Kehadiran bus Trans Jogja akan banyak membantu anda mengunjungi tempat-tempat menarik selama liburan di Jogja dengan budget yang tidak terlalu besar. Dengan sitem operasi yang mirip Trans Jakarta Bus Way di ibukota, moda transpotasi ini akan mengantar anda kemanapun pergi. Dengan Trans Jogja dipastikan akan hemat waktu dan hemat biaya, sebab tidak berhenti di sembarang tempat dan untuk ganti bus tidak dikenakan biaya lagi.
Trans Jogja yang menggunakan jenis microbus dengan AC dan hanya berhenti pada halte-halte yang telah ditentukan, akan menjamin kenyamanan anda selama liburan di Jogja. Trans Jogja merupakan transpotasi kota terpadu yang menghubungkan semua tempat-tempat strategis mulai dari Terminal Penumpang Yogyakarta ( TPY ) Umbulharjo, Terminal Jombor, Monumen Jogja Kembali, Terminal Condong Catur, Terminal Prambanan, Bandara Adi Sucipto, Stasiun Tugu, Kraton, Malioboro, Purawisata, Taman Pintar, Kebun binatang Gembira Loka, Sport Hall Kridosono, Stadion Mandala Krida, Balai kota, Jogja Expo Center, Ambarukmo Plaza, UGM, UNY hingga sentra-sentra kerajinan dan oleh-oleh.
Trans Jogja merupakan solusi jitu bagi anda para backpacker berkantong tipis untuk bisa menjelajah kota Jogja, atau bagi para low budget traveler yang tak sanggup membeli paket-paket wisata yang ditawarkan tour operator. Dengan Trans Jogja, anda bisa puas berwisata keliling Jogja dengan dana seadanya. Tidak percaya? Silahlan buktikan Sendiri!!

Kamis, 10 November 2011

SEJARAH BERDIRINYA BENTENG VREDEBURG



Setelah terjadinya perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 yang membagi kerajaan Mataram menjadi dua bagian barat dan timur, Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta, maka Pangeran Mangkubumi sebagai raja pertama Kasultanan Ngayogyakarta yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I langsung membangun ibukota baru berikut istananya.

Pembangunan ibu kota dan istananya itu dimulai pada tanggal 9 Oktober 1755 di sebuah tempat bernama Umbul Pachethokan, kawasan hutan Paberingan yang kemudian bernama Ayodya atau Ngayogya, atau kini lebih dikenal sebagai Yogyakarta. Selama pembangunan Sultan beserta keluarga tinggal di pesanggrahan Ambarketawang di Gamping sebelah barat Yogya. Kemudian dibangun pula bangunan-bangunan lain. Kraton dikelilingi tembok tebal yang kemudian di kenal sebagai benteng Baluwerti. Di dalamnya terdapat aneka  bangunan dengan rupa dan fungsi yang berbeda. Bangunan tempat kediaman Sultan dan kerabatnya disebut Prabayeksa yang selesai dibangun pada tahun 1756. Kemudian menyususul banguan Siti Hinggil dan Bangsal Pagelaran selesai pada tahun 1757. Sedang Regol Donopratopo dan Bangsal Kamagangan selesai dibangun pada tahun 1761 dan 1763.  Masjid agung dibangun pada tahun 1771. Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai dibangun pada tahun 1777. Bangsal Kencono selesai dibangun pada tahun 1792, dan seterusnya istana kraton Yogyakarta terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Melihat perkembangan kraton yang sangat pesat itulah kemudian pihak Belanda mulai merasa was-was dan khawatir, bila suatu saat kelak Sultan berbalik arah dan tidak mau bekerja sama, bahkan mengusir Belanda. Dari situlah kemudian pihak Belanda meminta izin kepada Sultan untuk mendirikan sebuah benteng di dekat kraton. Belanda berdalih agar bisa menjaga dan memelihara keamanan kraton dan sekitarnya. Namun demikian niat yang sesungguhnya dari pihak Belanda adalah agar bisa mengontrol setiap perkembangan yang terjadi di lingkungan kraton, lebih-lebih segala kegiatan Sultan. Lokasi pendirian benteng yang sangat dekat bahkan hanya berjarak satu tembakan meriam dari kraton, dan juga letaknya yang menghadap jalan utama yang menuju ke kraton merupakan indikasi kuat bila fungsi benteng yang sebenarnya adalah benteng strategi, intimidasi, bahkan blokade. Benteng tersebut merupakan tempat menyerang atau bertahan bila suatu saat Sultan memalingkan muka dari Belanda.

Sebelum dibangun dilokasi yang sekarang berdiri museum benteng Vredeburg Yogyakarta, dahulu pada tahun 1760 atas permintaan Belanda, Sultan sudah membangun benteng yang sangat sederhana yang berbentuk bujur sangkar dan di keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut Seleka dan Bastion. Oleh Sultan keempat sudut itu diberi nama Jaya (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya), dan Jayaprayitna (sudut tenggara).
Pada awal berdirinya benteng tersebut masih sangat sederhana dimana temboknya hanya terbuat dari tanah dan deperkuat dengan tiang-tiang dari kayu.  Tetapi ketika WH Ossenbrech menggantikan Nicolas Hartingh pada tahun 1765, ia mengusulkan kepada Sultan agar bangunan benteng diperkuat menjadi bangunan yang permanen agar lebih bisa menjamin keamanan kraton. Usul tersebut dikabulkan dan kemudian pembangunan benteng diserahkan dibawah pengawasan seorang ahli bangunan dari Belanda bernama Ir Frans Haak. Pada tahun 1767 pembangunan benteng di mulai, tetapi berjalan sangat lambat dan baru selesai pada 20 tahun kemudian pada tahun 1787, sebab dalam waktu bersamaan Sultan juga baru sibuk membangun kraton. Benteng tersebut kemudian dinamakan Rustenberg yang berarti benteng peristirahatan.

Tetapi pada tahun 1867 terjadi gempa hebat di kawasan Yogyakarta yang banyak merobohkan berbagai bangunan besar seperti gedung Residen, Tugu Pal Putih dan juga benteng Rustenberg. Bangunan yang mengalami kerusakan segera dibangun kembali termasuk benteng Rustenberg, setelah selesai dibangun kembali benteng Rustenberg diganti nama menjadi benteng Vredeburg yang berarti benteng Perdamaian, nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan baik antara Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda.
Bentuk benteng dipertahankan seperti awalnya yang terdapat penjagaan disetiap sudutnya. Pintu gerbang menghadap barat dan dikelilingi oleh parit. Di dalamnya terdapat aneka bangunan dengan aneka fungsi seperti rumah perwira, mess prajurit, gudang logistic, gudang mesiu, klinik prajurit dan rumah residen. ( Sumber: Situs Musium B. Vredeburg, Wikipedia, Sumber lain )

LINTAS BUKIT SELATAN


Lintas Bukit Selatan adalah kawasan jalur lintas selatan jawa dari Jogja hingga Pacitan jawa timur dengan segenap potensi wisatanya. Wilayah yang merupakan bagian dari pegunungan seribu itu memang layak untuk anda pilih sebagai tempat tujuan wisata alternatif, setelah tempat-tempat wisata kota Jogja yang lebih dulu di kenal seperti Kraton, Candi Prambanan, Pantai Parangtritis, Kerajinan Perak Kotagede, Kerajinan Gerabah Kasongan, Monumen Jogja Kembali, Kaliurang & Merapi Lava Tour, atau wisata belanja di sepanjang Malioboro, Galleria Mall, atau Ambarukmo Plaza.

Lintas Bukit Selatan adalah kawasan menarik dengan segudang potensi wisata alam disepanjang jalur selatan jawa. Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba di kecamatan Pathuk, pantai selatan kabupaten Gunung Kidul yang masih perawan seperti pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak , Siung, Wediombo hingga Sadeng. Dan pantai Sembukan serta pantai Ngampu di kabupaten Wonogiri, yang sangat menawan. Lebih ke timur lagi kita akan menemukan Pantai Buyutan, pantai Klayar dan pantai Teleng Ria di kabupaten Pacitan. Musium Karst dan Goa Putri Kencono di Pracimantoro, Goa Tabuhan dan goa Gong di kabupaten Pacitan juga memiliki daya tarik tersendiri dan akan menambah wawasan anda akan kawasan karst di sepanjang jalur selatan.
Di Lintas Bukit Selatan juga terdapat sungai-sungai bawah tanah yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi, apalagi bagi yang suka menguji adrenalin, menyukai tantangan menjelajah alam. Lintas Bukit Selatan adalah sebuah upaya kecil untuk mengenalkan pesona wisata lain di sekitar Jogja, kepada anda yang rindu akan suasana alam pedesaan, haus akan belaian lembut angin pantai, gemar mengunjungi tempat-tempat terpencil, dan meraih kepuasan batin dengan menikmati keindahan alam yang masih perawan. Lintas Bukit Selatan adalah sebuah upaya menghadirkan kemewahan-kemewahan kecil dalam hidup anda yang seringkali sesak oleh urusan-urusan yang tak pernah selesai, melalui aneka pengalamanan mengesankan menaiki bukit tandus, menyisir pantai dengan pasir putih nan lembut, menjelajah goa-goa alam, atau sekedar menikmati bau rumput liar di pinggir telaga yang mulai mengering. Tinggalkan rutinitas hidup anda sejenak, nikmati harmoni alam pegunungan di sepanjang Lintas Bukit Selatan. Anda tak akan pernah mengira bahwa kemewahan itu tidak selalu harus berharga mahal.@

Selasa, 23 Agustus 2011

GOA CERME, DAN PENYEBARAN ISLAM DI JAWA


Obyek wisata yang terletak di kecamatan Imogiri kabupaten Bantul ini memang kurang dikenal dibanding tempat-tempat wisata lain di seperti pantai Parangtritis, pantai Depok atau Makam Raja-raja Mataram yang berada satu wilayah dengan goa ini. Tepatnya terletak di desa Kalidadap arah selatan Komplek Makam Raja Imogiri, tempat ini memang berada agak jauh dari keramaian. Berada diatas perbukitan, untuk mencapai goa ini memang perlu perjuangan tersendiri. Meski jalan menuju kesana relatif baik, tetapi karena banyak melewati tikungan dan tanjakan maka perlu kewaspadaan tersendiri bila anda ingin berkunjung kesana dengan sepeda motor atau mobil sendiri. Bila anda ingin menggunakan transpotasi umum pun sebenarnya telah tersedia angkutan mikro bus dari TPY (terminal penumpang Yogyakarta, Giwangan). Dari pemberhentian bus, untuk menuju goa harus berjalan kaki dan menaiki anak tangga yang sudah di beton dengan baik.

Menurut sebuah sumber, goa Cerme konon berasal dari kata ceramah yang mengisyaratkan sebuah pembicaraan yang dilakukan oleh wali songo, dalam penyebaran agama islam di jawa. Di gua Cerme ini konon juga dipergunakan sebagai tempat untuk membahas pendirian masjid Agung Demak. Selain goa Cerme ditempat ini juga ditemukan goa-goa lain seperti goa Dalang dan goa Ledek yang konon sering digunakan untk bersemedi. Jadi di goa yang berjarak kurang lebih 25 kilometer arah selatan kota Jogja ini, terdapat nuansa sejarah yang sangat kental, karena berperan dalam penyebaran agama islam di tanah jawa pada jaman wali songo.@@

Senin, 08 Agustus 2011

LAMBANG KASULTANAN JOGJA DAN MAKNA FILOSOFISNYA


Negara Kesatuan Republik Indonesia pada masa lampau terdiri dari begitu banyak kerajaan. Kerajaan-kerajaan itu berdiri tersebar diseluruh penjuru nusantara. Eksistensi sebuah kerajaan dibuktikan dengan adanya lambang kerajaan, dimana lambang-lambang itu tidak asal begitu saja dibuat tanpa suatu pertimbangan, makna dan tujuan yang ingin di wujudkan oleh raja atau kerajaan.

Sebagai penerus kerajaan Mataram, Kasultanan Jogjakarta juga memiliki lambang kerajaan yang dikenal sebagai Praja Cihna. Lambang kraton yang dibangun oleh Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengkubuwono I ini di ambil dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu Praja dan Cihna. Praja berarti abdi negara sedang Cihna berarti sifat sejati. Jadi praja cihna konon memiliki makna harfiah sifat sejati seorang abdi negara.

Selain makna harfiah, lambang kraton Jogjakarta juga sarat dengan makna filosofi. Dari sudut warna misalnya, warna hitam adalah simbol keabadian, warna kuning dan keemasan melambangkan keluhuran, warna merah berarti berani. Aksara jawa berupa huruf ha dan ba adalah singkatan dari hamengku buwono, gelar penguasa kasultanan Jogjakarta yang berarti memangku atau mengayomi bumi. Mahkota melambangkan pemikiran, pemerintahan dan kepemimpinan, sedang sayap di kedua sisinya melambangkan perlindungan atau pemeliharaan menuju tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik. Bunga Padma atau bunga teratai melambangkan kecerdasan serta kebijaksanaan, sedang tumbuhan sulur yang hidup merambat melambangkan kejayaan dan kemuliaan budaya bangsa yang terjaga dan terus berkembang.@@ (Sumber : yahoo answer, Wikipedia dan sumber lain)

Rabu, 18 Mei 2011

JURU KUNCI MERAPI DAN KEARIFAN KHAS JAWA


Siapa yang tidak tahu Gunung Merapi yang ada di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah, dan siapa yang tak mengenal almarhum Mbah Maridjan sebagai juru kunci Gunung Merapi. Gunung yang sangat aktif dan selalu mangalami erupsi secara periodik ini memang tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan kraton Yogyakarta. Hubungan kraton dan gunung Merapi sudah bukan rahasia lagi, sebab secara filosofi Gunung Merapi menjadi bagian dari konsepsi pembangunan kraton Yogyakarta.

Dan untuk kepentingan menjaga dan memelihara hubungan itu, pihak kraton Yogyakarta menunjuk seorang abdi dalem yang diberi tanggungjawab untuk itu, yang selama ini kita kenal sebagai Juru kunci. Juru kunci sendiri merupakan abdi dalem kraton yang ditunjuk langsung oleh raja Yogyakarta untuk mengemban tugas menjaga Gunung Merapi dalam arti memelihara tradisi dalam kaitan hubungannya dengan kraton dengan Gunung Merapi. Tidak bisa begitu saja menunjuk seseorang untuk bisa menjadi juru kunci. Penunjukannnya pun harus didasarkan pada beberapa aspek yang menjadi persyaratan seorang juru kunci, seperti aspek keagamaan ,aspek kebudayaan, aspek kekratonan, serta aspek kemasyarakatan. Adalah Mas Penewu Suraksohargo atau yang lebih di kenal sebagai Mbah Maridjan, juru kunci terakhir yang sempat menjadi kontroversi karena juga ikut menjadi korban tewas dalam letusan dahsyat tahun 2010 lalu.

Seperti pernah dimuat di Warta Kota, hubungan antara kraton Yogyakarta dengan Gunung Merapi merupakan simbol hubungan dengan Tuhan. Sri Sultan Hamengkubuwono X pernah menjelaskan bahwa istilah Juru Kunci Merapi itu sebenarnya merupakan simbol, bukan makna yang sebenarnya. Mbah Maridjan menjadi juru kunci Gunung Merapi menggantikan ayahnya yang meninggal pada tahun 1982, dan ditunjuk langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tetapi konon sejak tahun 1970 Mbah Maridjan muda sudah diangkat menjadi abdi dalem dan sering membantu bahkan mewakili ayahnya yang saat itu menjabat sebagai juru kunci.

Sebagai abdi dalem kraton dengan jabatan juru kunci Mbah Maridjan menunjukkan nilai-nilai kesetiaan yang tinggi, setia menjaga amanah meski harus menanggung resiko yang tidak kecil. Sikap Mbah Maridjan yang terkadang terkesan mbalelo itu semata-mata sebagai wujud akan kesetiaan untuk menjalankan tugas serta tanggung jawab yang di embannya dari Ngarsodalem. Dan ketika ditanya oleh wartawan kapan Gunung Merapi akan meletus, lelaki sederhana yang lahir pada tahun 1927 ini menjawab dengan enteng dalam bahasa Jawa :”Kulo niki tiyang bodho, dados kulo mboten ngertos Gunung Merapi bade mbledos nopo mboten. Awit Merapi meniko wewados. Namung Ingkang Moho Kuwaos ingkang pirso. Menawi kulo mbukak wewados ibaratipun kulo mbukak lawangipun Ingkang Moho Kuwaos ( Saya ini orang bodoh, jadi saya tidak tahu kapan gunung Merapi itu akan meletus atau tidak. Sebab Merapi itu menyimpan rahasia. Hanya Tuhan yang Maha Kuasa yang tahu. Kalau saya buka rahasia, ibaratnya saya mebuka pintu rahasianya Tuhan Yang Maha Kuasa )

Menurut pemahaman Mbah Maridjan Gunung Merapi adalah pusatnya jagad di Tanah Jawa. Ia juga percaya kalau Gunung Merapi itu hidup, yang senantiasa bertambah dan berubah. Jika Gunung Merapi meletus berarti sedang berubah atau bertambah. Dalam pemahaman beliau isyarat alam yang berupa gejolak Gunung Merapi karena eyang yang lenggah di Gunung Merapi sedang hajat membangun “kraton”. Sebagai orang yang "mengerti", Mbah Maridjan pantang menggunakan istilah gunung Merapi meletus, wedhus gembel atau istilah-istilah lain yang terkesan kurang pantas, vulgar, kasar dan negatif. Mbah Maridjan menyarankan semua orang di kawasan Merapi agar membersihkan diri, membersihkan hati, tidak berbuat yang aneh-aneh, apalagi merusak alam sekitar Merapi. Kalau ingin terhindar dari bahaya maka bersahabtlah dengan alam dan jangan merusaknya.

Mbah Maridjan tidak hanya menjadi abdi dalem mewarisi tugas dari ayahnya Mas Penewu Surakso Hargo, Dia juga memakai nama Surakso Hargo yang konon memiliki arti Penjaga Gunung. Tugasnya utamanya sebagai juru kunci adalah melaksanakan upacara ritual di puncak Merapi pada saat peringatan jumenengan ( naik tahta) Sultan Hamengkubuwono setiap tanggal 30 Rejeb Tahun Saka penanggalan Jawa. Tugas lain adalah memelihara dan membersihkan dan melaksakan ritus labuhan di Paseban Labuhan Dalem dan Paseban Sri Manganti yang bewrjarak 1 kilometer dari puncak Merapi. Mengenal sang juru kunci dengan segenap pandangan cultural dan tradisional yang melekat padanya, jelas akan terlihat potret sosok orang Jawa dengan kearifannya yang khas. Sebagai abdi dalem dengan jabatan juru kunci Gunung Merapi, mbah Maridjan lebih banyak melihat fenomena alam menggunakan ketajaman naluri atau instingnya. Setelah ia wafat akhir tahun lalu, kini posisinya digantikan sang anak, Mas Asih atau Mas Lurah Suraksosihono.@@ ( Sumber Warta Kota, Kompas, UII News)

Kamis, 05 Mei 2011

SEJARAH DAN RIWAYAT SINGKAT KOTA JOGJA


Keberadaan kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari kerajaan Mataram Islam yang didirikan oleh Raden Sutawijaya atau yang kemudian lebih terkenal dengan Panembahan Senopati. Raden Sutawijaya sendiri memperoleh kekuasaan atas Mataram dari ayahnya Ki Ageng Pemanahan. Sementara Ki Ageng Pemanahan mendapat tanah perdikan bumi Mataram dari Sultan Hadiwijaya dari Pajang pada tahun 1556, karena berhasil menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549. Sepeninggal Sultan Hadiwijaya dari Pajang kemudian Raden Sutawijaya memerdekakan Mataram, terpisah dari Pajang dan memerintah sebagai raja pertama Mataram dengan bergelar Senopati Ing Alogo Kalifatulah Tanah Jawa dan berkuasa pada tahung 1587 hingga tahun 1601.

Dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755, antara Pangeran Mangkubumi dan VOC di bawah Gubernur-Jendral Jacob Mossel, maka Kerajaan Mataram dibagi dua menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Kemudian Pangeran Mangkubumi berkuasa sebagai Sultan Kasultanan Ngayogyakarta yang pertama dengan bergelar Sultan Hamengkubuwana I. Sultan kemudian segera membuat ibukota kerajaan beserta istananya yang baru dengan membuka daerah baru ( babat alas ) di Umbul Pacethokan kawasan Hutan Paberingan yang terletak antara aliran Sungai Winongo dan Sungai Code. Ibukota berikut istananya tersebut dinamakan Ngayogyakarta Hadiningrat dan landscape utama berhasil diselesaikan pada tanggal 7 Oktober 1756.
Pemilihan nama Ngayogyakarta Hadiningrat ini konon juga dimaksudkan untuk menghormati tempat bersejarah kawasan Hutan Beringan itu, yang pada jaman almarhum Sri Susuhunan Amangkurat IV (Amangkurat Jawi ) merupakan kota kecil yang indah. Di dalamnya terdapat sebuah istana pesanggrahan yang terkenal dengan nama Garjitawati. Kemudian pada jaman Sri Susuhunan Paku Buwono II bertahta di Kartasura nama pesanggrahan itu diganti dari Garjitawati menjadi Ayodya atau Ngayogya, yang berarti kota yang damai, aman dan tenteram.

Kraton Kasultanan Yogyakarta mulai dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755. Selama pembangunan keraton berlangsung, Sultan dan keluarga tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang di daerah Gamping, kurang lebih selama satu tahun. Pada hari Kamis Pahing, tanggal 7 Oktober 1756 selama satu tahun. Meski belum selesai dengan sempurna, Sultan dan keluarga berkenan menempatinya. Peresmian di saat raja dan keluarganya menempati kraton ditandai dengan candra sangkala Dwi Naga Rasa Tunggal Dalam tahun Jawa sama dengan 1682, tanggal 13 Jimakir yang bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 1756.

Setelah kraton mulai ditempati kemudian berdiri pula bangunan-bangunan lain, kraton dikelilingi oleh tembok yang tebal yang disebut Benteng Baluwerti. Di dalamnya terdapat beberapa bangunan dengan aneka rupa dan fungsi. Bangunan kediaman sultan dan kerabat dekatnya dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1546. Bangunan Sitihinggil dan Pagelaran selesai dibangun tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan Kemagangan selesai tahun 1751 dan 1763. Masjid Agung didirikan tahun 1771. Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai tahun 1777. Bangsal Kencana selesai tahun 1792. Demikian kraton Yogyakarta berdiri dengan perkembangan yang senantiasa terjadi dari waktu ke waktu.

Menyusul kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, kemudian pada tanggal 5 September 1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku raja Ngayogyakarta Hadiningrat dan Sri Paku Alam VIII sebagai adipati kabupaten Pakualaman mengeluarkan dekrit yang menyatakan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman menjadi bagian dari NKRI. Sehari kemudian pada tanggal 6 September 1945 Presiden Sukarno menjawab dengan piagam penetapan yang mengakui Yogyakarta sebagai daerah istimewa. Pada tanggal 4 Maret 1950 terbit UU No.3 tahun 1950 yang berisi penetapan Daerah Istimewa Yogyakarta. ( Sumber: Situs B Vredeburg, Wikipedia, Media Indonesia )

REGOL, ANTARA GERBANG DAN PEMERSATU BANGUNAN ISTANA KRATON JOGJA


Regol adalah pintu gerbang yang berbentuk paduraksa yaitu gapura yang memiliki atap dan daun pintu. Konon regol merupakan pintu gerbang untuk memasuki suatu tempat yang di anggap sakral. Di istana kraton Yogyakarta terdapat beberapa regol yang merupakan pintu penghubung suatu komplek bangunan dengan komplek bangunan yang lain, sehingga semua unsur bangunan di dalam komplek kraton itu tidak berdiri sendiri tetapi menjadi satu kesatuan yang utuh.

Regol juga tak sekedar pintu atau gapura semata, tetapi juga memiliki makna filosofi . Konon antara gapura Gladak hingga Regol Donopratopo menggambarkan tujuh langkah menuju surga (seven step to heaven). Regol Donopratopo sendiri konon berarti seseorang yang baik selalu memberikan kepada orang lain dengan sukarela dan mampu menghilangkan hawa nafsu. Dua patung Dwarapala yang terdapat disamping gerbang, Balabuta menggambarkan keburukan dan Conkorobolo menggambarkan kebaikan.

Secara berurutan regol-regol itu bisa dijelaskan sebagai berikut :

Regol Brojonolo adalah penghubung antara Siti Hinggil Ler dengan Kamandhungan Ler, dimana bangsal ini dahulu berfungsi untuk mengadili perkara dengan ancaman hukuman mati dengan Sultan sendiri yang memimpin pengadilan. Dan konon gerbang ini hanya dibuka pada saat-saat tetentu saja misalnya pada saat acara-acara resmi kerajaan. Kemudian ada Regol Sri Manganti yang menghubungkan antara Kamandhungan dengan komplek Sri Manganti yang konon pada zamannya digunakan untuk menerima tamu-tamu penting.

Lebih kedalam lagi ada Regol Donopratopo yang menghubungkan komplek Sri Manganti dengan Kedhaton, kediaman keluarga sultan yang tertutup untuk umum. Regol ini menjadi demikian penting karena didepannya berdiri sepasang arca raksasa yang dinamakan Cinkorobolo disebelah timur dan Bolobuto disebelah barat. Dan disisi timurnya juga terdapat pos penjagaan. Komplek Kedhaton menjadi sangat penting karena menjadi inti dari keseluruhan kraton. Komplek kedhaton dibagi menjadi tiga halaman yaitu Pelataran kedhaton, Keputren dan Kesatriyan. Di pelataran Kedhaton terdapat Bangsal Kencono yang tertutup untuk umum.
Kemudian ada Regol Kemagangan yang menghubungkan komplek Kedhaton dengan Bangsal Kemagangan. Bangsal ini pada jamannya digunakan untuyk penerimaan para pegawai, tempat berlatih serta apel kesetiaan para abdi dalem dan pegawai magang. Dan selanjutnya ada Regol Gadung Mlati yang menghubungkan komplek Kamagangan dengan Kamandungan Kidul Di komplek ini terdapat bangunan utama yaitu Bangsal Kamandhungan, bangsal ini konon berasal dari pendapa balai desa Pandak Karang Nangka di daerah Sukowati yang pernah menjadi tempat Sultan HB I bermarkas saat perang tahta. Disisi selatan Kamandhungan kidul terdapat Regol Kamandungan yang menjadi pintu paling selatan dari komplek Cepuri.@@ ( dari berbagai sumber ).

Minggu, 01 Mei 2011

YOGYAKARTA, ASAL-MUASAL KATA DAN MAKNANYA


Kota Yogyakarta konon bermula dari sebuah mata air bernama Umbul Pacethokan di sebuah hutan kecil yang bernama Alas Paberingan. Di tempat ini mula-mula didirikan sebuah pesanggrahan untuk tempat peristirahatan Sunan Pakubuwono II, dengan diberi nama Pesanggrahan Garjitawati. Tempat ini dahulu juga dipergunakan sebagai tempat istirahat pada saat pemakaman bangsawan dan raja-raja Mataram yang telah wafat, di makam Imogiri. Untuk selanjutnya beliau mengganti nama Garjitawati dengan nama Ngayogya atau Ayogya. Nama Ngayogyakarta ditafsirkan berasal dari dua kata yaitu kata Ayuda dan Karta. Kata “a” berarti tidak dan “yuda” berarti perang. Jadi kata “Ayuda” mengandung pengertian tidak ada perang atau dalam hal ini adalah damai. Sedangkan “Karta” berarti aman dan tenteram. Jadi Ngayogyakarta dapat diartikan sebagai “tempat yang damai, aman dan tenteram”.

Untuk selanjutnya tempat ini dikenal dengan nama Ngayogyakarta Hadiningrat, setelah terjadinya perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1775 silam, yang memecah kerajaan Mataram menjadi dua sebelah barat dan timur. Sebelah barat menjadi Kasultanan Ngayogyakarta dan sebelah timur menjadi Kasunanan Surakarta. Kasunanan Surakarta diperintah oleh Sri Susuhunan Pakubuwono dan Kasultanan Ngayogyakarta di bawah kekuasaan Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri sultan Hamengkubuwono I. Pemilihan nama ini konon juga dimaksudkan untuk menghormati tempat bersejarah kawasan Alas Beringan itu, yang pada jaman almarhum Sri Susuhunan Amangkurat Jawi (Amangkurat IV) merupakan kota kecil yang indah. ( Dari: Situs B Vredeburg, Wikipedia

Rabu, 27 April 2011

PANTAI SUNDAK, MENAWARKAN KETENANGAN DAN EKSOTISME ALAM


Meski dikenal sebagai wilayah yang kurang subur karena keadaan geografisnya yang sebagian besar wilayahnya adalah perbukitan kapur, tetapi kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki keistimewaan dengan pantai-pantainya yang masih perawan dan memiliki panorama alam yang sangat indah. Wisata pantai menjadi andalan daerah ini disamping goa-goa karst dan sungai bawah tanah yang sangat menawan.
Pantai-pantai Gunung Kidul kebanyakan berpasir putih dan berombak besar seperti layaknya pantai selatan lainnya. Tetapi karena kebanyakan pantainya berbentuk teluk dan terhalang bukit-bukit yang menjorok ke laut atau pulau-pulau kecil, sehingga ombak yang sampai ke pantai menjadi tidak terlalu besar dan membahayakan. Namun demikian setiap pengunjung harus tetap berhati-hati dan waspada.

Pantai Sundak berada pada deretan paling timur diantara pantai-pantai yang banyak dikunjungi saat liburan. Dari barat ada pantai Baron, kemudian pantai Kukup, pantai Drini, pantai Krakal dan pantai Sundak. Keempat pantai yang berderet ini bisa sekaligus anda kunjungi dengan sekali beli tiket. Sebenarnya masih ada lagi bila nada terus ke timur seperti pantai Siung dan Wediombo, tetapi dua pantai terakhir belum seramai yang lainnya.

Berjarak 25 km arah selatan kota Wonosari atau 65 km arah tenggara kota Jogja pantai ini sangat cocok untuk refresing melupakan sejenak rutinitas keseharian pada saat akhir pekan atau libur panjang. Garis pantai yang panjang dan melengkung, yang tersambung dengan pantai Krakal lengkap dengan pasir putihnya akan membuat setiap pengunjung berjalan –jalan hingga jauh atau bahkan mandi dan bermain pasir. Aneka makan hasil laut seperti udang goreng, ikan goreng, rumput laut goreng bisa menjadi kudapan alternative sambil menikmati indahnya pantai.@@

Minggu, 24 April 2011

POHON KEBEN DAN FILOSOFI VEGETASI KRATON JOGJA


Beberapa jenis tumbuhan yang ditanam di lingkungan kraton Yogyakarta merupakan bagian dari konsepsi dasar pembangunan kraton. Tanaman-tanaman itu tak sekedar ditanam dan menjadi penghias kraton tetapi juga memiliki makna filosofi, lebih jauh lagi menjadi harapan sekaligus do’a bagi penanam dan lingkungan yang ditumbuhinya.
Tanaman yang paling terkenal dilingkungan kraton Yogyakarta mungkin sepasang Waringin Sengker (beringin kurung ) di alun-alun utara yakni kyai Dewandaru dan Janandaru. Dua batang pohon beringin ini konon melambangkan makrokosmos dan mikrokosmos, melambangkan dualisme antara rakyat dan pemimpin, antara manusia dan Tuhan.

Di sudut yang lain seperti diantara Bangsal Pagelaran dan Siti hinggil Ler terdapat deretan pohon Gayam. Selain disitu dahulu antara tugu hingga kraton juga ditanami pohon Gayam. Pohon ini memiliki makna ayom dalam bahasa jawa, yang berarti teduh atau sejuk. Kalau sudah ayom kemudian ayem atau tenang, damai, bahagia. Setelah ayom dan ayem kemudian jadi tentrem atau tenteram. Jadi pohon ini melambangkan sebuah harapan agar Yogyakarta atau kraton khususnya menjadi daerah yang ayom, ayem lan tentrem, yang teduh, tenang dan tenteram.
Di komplek Kamandungan Ler dimana Bangsal Ponconiti sebagai bangunan utamanya ditanami pohon Keben. Dalam mitologi jawa pohon ini memiliki makna yang sangat tinggi sebagai lambang eksistensi negara yang agung dan bersih. Keben juga memiliki makna ngrungkebi atau merangkul kebenaran. Tak heran kiranya bila almarhum mantan presiden Suharto menobatkan tanaman ini sebagai tumbuhan perdamaian pada tanggal 5 juni 1986, dalam rangka hari perdamaian sedunia.
Di komplek Kedhaton yang merupakan inti dari kraton secara keseluruhan, halamannya dirindangi oleh pohon-pohon Sawo kecik ( Manikara kauki). Sawo kecik konon bermakna Sarwo becik dalam bahasa jawa, atau serba baik, atau penuh kebaikan dalam bahasa Indonesia.

Garis imaginer antara Panggung Krapyak, Kraton hingga Tugu melambangkan filosofi Sangkan Paraning Dumadi, asal usul manusia dan asasi tujuan akhirnya. Antara Panggung Krapyak hingga Kraton menggambarkan asal-usul (sangkan) manusia dari lahir, dewasa, menikah hingga melahirkan. Maka dahulu banyak ditanami pohon Asem dan Tanjung. Mengapa Asem dan Tanjung? Daun Asem yang masih muda namanya Sinom artinya gadis yang masih anom(muda). Gadis yang masih muda akan menimbulkan rasa Sengsem(Asem) atau rasa tertarik. Kalau sudah tertarik maka kemudian akan menyanjung (Tanjung).@@ Sumber: KR,Tempo, Wikipedia.

Senin, 28 Maret 2011

ALUN-ALUN KRATON, YANG TAK SEKEDAR TANAH LAPANG


Alun-alun merupakan tanah lapang yang terbuka yang berumput yang dikelilingi oleh jalan yang dapat digunakan oleh masyarakat luas untuk berbagai keperluan. Menurut Van Romondt seperti yang dimuat dalam wikipedia pada dasarnya alun-alun merupakan halaman depan rumah dalam ukuran yang cukup besar.

Pada masa kerajaan konon alun-alun merupakan tempat untuk berlatih perang (glady yudha) bagi para prajurit kraton. Alun-alun juga menjadi tempat untuk penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah (sabda) dari raja kepada kawula atau rakyatnya. Alun-laun pada masa lampau juga digunakan sebagai pusat hiburab rakyat seperti tradisi rampogan, dimana dilepaskan seekor harimau yang dikelilingi para prajurit bersenjata.

Pada masa kerajaan Mataran alun-alun juga digunakan untuk pisowanan agung dimana rakyat menghadap sang raja. Diluar fungsi-fungsi sosial budayanya alun-alum kraton juga memiliki makna filosofi. Alun-alun utara kraton Yogyakarta misalnya, tanah lapang didepan Bangsal Pagelaran kraton itu konon juga melambangkan suasana jiwa yang kosong pada saat raja sedang bersemedi. Sedang alun-alun selatan disamping sebagai halaman belakang kraton, konon alun-alun kidul dibangun juga untuk mengesankan halaman belakang kraton agar seperti bagian depan. Ini dimaksudkan agar posisi kraton yang menghadap ke utara (gunung Merapi)tidak terkesan membelakangi laut selatan, dimana kita tahu bahwa antara gunung Merapi, kraton dan laut selatan merupakan satu kesatuan yang utuh yang membentuk garis garis imaginer yang bermakna Manunggaling Kawula Gusti.@@( dari berbagai sumber )

Rabu, 09 Maret 2011

BUKIT PATUK DAN SENSASI PUNCAK ALA JOGJA


Jalanan mendaki lengkap dengan tikungan-tikungan tajam di timur kota Jogja ini adalah pintu gerbang memasuki wilayah kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbeda dengan wilayah puncak di Cianjur Jawa Barat yang terkenal subur, wilayah ini cenderung kering berbatu dan hanya ditumbuhi tanamana keras dan semak belukar.Tetapi jalur jalan ini menjadi sangat penting karena merupakan jalur utama lintas selatan yang menghubungkan Jogja dengan Wonosari, pantai-pantai selatan Gunung Kidul, Wonogiri bagian selatan, bahkan kota-kota di Jawa Timur bagian selatan seperti Pacitan dan Trenggalek. Melewati kawasan bukit patuk anda akan disuguhi panorama alam yang cukup menawan.

Sebagai tempat istirahatpun wilayah ini bisa difungsikan sebagai rest area. Tersedia beberapa warung kecil dengan konsep lesehan untuk sekedar menikamti segelas teh, secangkir kopi, semangkuk mie atau es kelapa muda yang menyegarkan lengkap dengan aneka jajanan sambil menikmati panorama alam yang terhampar dibawahnya. Bila anda ingin mengisi perut yang sudah keronconga dengan makanan beratpun tak masalah, juga tersedia. Atau mau menginap dihotel? Jangan khawatir, ditempat ini telah beroperasi hotel sederhana lengkap dengan restorannya. Untuk sekedar melepas lelah tempat ini bisa menjadi pilihan alternatif. Atau ingin berfoto ria? Siapa takut. Silahkan anda coba.

Dan bila malam minggu tiba, bukit Pathuk menjadi tempat berkumpul yang mengasyikkan. Tengoklah banyaknya pasangan muda-mudi yang rela menghabiskan malam akhir pekan dengan bercengkerama disana. Melawan dinginnya desir angin malam dan menikmati taburan cahaya lampu dibawahnya. Menikmati segelas kopi sambil ngobrol santai tentang masa depan mereka. Bila anda kebetulan melintas dikawasan ini tak ada salahnya untuk berhenti sejenak, merasakan semilir angin pegunungan seribu, menikmati sensasi puncak ala Jogja.@@

CANDI IJO, BUKTI NYATA TINGGINYA PERADABAN MASA LAMPAU


Memang tak tersohor seperti candi Prambanan atau candi Borobudur, tetapi situs komplek candi Ijo masih merupakan bagian dari candi-candi yang bertebaran di kawasan perbukitan di selatan Prambanan. Keberadaan candi ini memang agak terpencil dan terpisah dengan candi-candi yang lain. Berada diatas ketinggian kawasan perbukitan di desa Sambirejo, kecamatan Prambanan kabupaten Sleman situs candi Ijo seolah menyepi dari keramaian. Berdekatan dengan komplek candi Boko dan candi Banyunibo, situs candi Ijo diyakini bercorak hinduistis peninggalan antara abad 9 hingga 10.

Yang menarik pada situs candi Ijo ini adalah pada tahun 1980 telah ditemukan dua buah arca yang diperkirakan merupakan satu-satunya di Indonesia. Arca tersebut adalah perwujudan dewa Wisnu yakni arca Narasimha dan arca Wisnutriwikrama. Narasimha adalah merupakan awatara Dewa Wisnu yang menggambarkan manusia berkepala singa. Sedang arca Wisnutriwikrama adalah merupakan enggalan cerita Wamana awatara tentang penjelmaan Dewa Wisnu sebagai Brahmana kerdil yang menyelamatkan dunia dari raksasa Bali.

Dalam komplek situs candi Ijo terdapat beberapa situs seperti situs Sumur Bandung, situs candi Tijon dan arca Gupala, yang sebagian masih dalam tahap konservasi dan rekonstruksi. Dari temuan-temuan disekitar situs candi Ijo menunjukkan betapa tingginya peradaban manusia pada saat itu. Untuk mencapai situs candi ini memang agak sulit, disamping jalanan yang menanjak kondisinya juga tidak begitu bagus.Tetapi bila anda suka hal-hal baru, suka tantangan dan berjiwa petualang tentu layak untuk anda coba. Selamat berwisata.@@

Sabtu, 26 Februari 2011

PANTAI SADENG, PESONA DI UJUNG TIMUR JOGJA


Terletak di ujung timur provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pantai ini memang terkesan sangat jauh dan terpencil dari keramaian. Berada di ujung timur kabupaten Gunung Kidul, atau tepatnya di kecamatan Girisubo, pantai ini berjarak kurang lebih 45 km arah tenggara kota Wonosari ibu kota kabupaten Gunung Kidul atau kurang lebih 85 km arah tenggara kota Jogja. Wilayah ini berbatasan langsung dengan kecamatan Parang Gupito kabupaten Wonogiri propinsi Jawa Tengah. Berbeda dengan pantai-pantai lainnya, pantai ini merupakan pelabuhan perikanan terbesar di wilayah Gunung Kidul, bahkan wilayah Jogja. Karena potensi perikanan yang cukup besar, pemda Gunung Kidul berencana menjadikan kawasan ini sebagai minapolitan, yakni suatu kawasan pelabuhan ikan terpadu yang dilengkapi berbagai fasilitas penunjang untuk memaksimalkan potensi perikanan yang ada.

Sebuah sumber menyebutkan mengingat besarnya pendanaan yang yang harus dikucurkan, maka pemda menjalin kerjasama dengan pihak lain, diantaranya pemerintah Belanda. Untuk mengunjungi tempat ini memang agak menguras waktu dan tenaga, mengingat jaraknya yang jauh dan medan jalan yang berkelok-kelok dan naik-turun. Tetapi begitu sampai di sana segela lelah akan terbayar dengan suguhan panorama pantai yang indah dan kapal-kapal nelayan yang bersandar. Apalagi bagi anda penikmat dan penggila ikan, disinilah tempatnya. Bahkan anda bisa menikmati lobster, udang karang yang terkenal enak dan mahal itu, tentu dengan harga yang jauh lebih murah dari pada anda membelinya dari restaurant hotel bintang lima. Anda tertarik? Selamat berwisata.@@

Rabu, 26 Januari 2011

GOA PUTRI KENCONO DI PRACIMANTORO


Berada di kesunyian desa kecil bernama Wonodadi kecamatan Pracimantoro kabupaten Wonogiri atau kurang lebih 8 km arah barat laut kota kecamatan Pracimantoro, gua ini memang sangat jauh dari keramaian. Berada pada kawasan hutan perbukitan kapur , kurang lebih 45 km sebelah barat daya kota Wonogiri, wilayah ini juga berbatasan langsung dengan kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Goa yang dari luar tampak kecil itu ternyata didalam sangat luas,bahkan konon mendekati 1000 m2. Seperti halnya goa-goa yang terdapat di kawasan karst lainnya, goa Putri Kencono juga dihiasi dengan stalagtit dan stalagmit yang sangat indah. Tempat ini berada di jalur selatan Jogja - Pacitan yang melintasi kawasan pegunungan seribu yaitu kawasan kabupaten Gunug Kidul dan Wonogiri bagian selatan. Tak jauh dari tempat ini juga terdapat musium karst ( kawasan karst international ) yang juga trdapat beberapa goa serupa. Bila anda kebetulan melewati kawasan ini tak ada salahnya untuk meluangkan waktu sejenak untuk singgah, sekedar istirahat dan menambah wawasan akan objek wisata gua yang ada di tanah air, khususnya di kawasan pegunungan kapur selatan Jawa. Selamat berwisata

Selasa, 04 Januari 2011

KOTA REPUBLIK, YANG BARU DARI JOGJA


Memiliki julukan sebagai kota budaya, kota pelajar, kota mahasiswa, kota perjuangan dan juga kota gudeg ternyata belum cukup untuk Jogja. Sebagai kota perjuangan yang telah banyak memberikan sumbangsihnya kepada negeri ini, pada saat awal kemerdekaan dahulu, kini kota Jogja memiliki sebutan baru sebagai kota Republik.

Hal ini berkaitan dengan peran kota Jogja yang sempat menjadi ibu kota pada 65 tahun silam. Pengukuhan Jogja sebagai kota republik dilakukan sendiri oleh Ngarsodalem, Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang di dampingi oleh Sri Pakualam IX dan lima kepala daerah yaitu walikota Jogjakarta, bupati Sleman, bupati Bantul, bupati Gunung Kidul dan bupati Kulon Progo. Pengukuhan ini dilakukan di Pagelaran Kraton dalam acara peringatan 65 tahun perpindahan ibukota RI dari Jakarta ke Jogjakarta pada 4 Januari 2010 lalu.

Dalam pengukuhan ini Sri sultan menegaskan peringatan ini menjadi kekuatan bersama untuk kebersamaan. Peringatan ini akan menjadi ‘ritual’ wajib bagi warga Jogja dan akan mengingatkan bila Jogja memang benar-benar istimewa.

Sementara ketua panitya kirab dan pengukuhan Jogja sebagai kota Republik Widihasto Wahana Putra mengatakan bahwa dalam acara kirab dan pengukuhan ini mengandung 3 dimensi .
Yang pertama adalah Jogja selalu memilih cara-cara yang istimewa untuk mengkosolidir kekuatan dan potensi masyarakat, terutama dalam menjaga nilai-nilai patritisme , nasionalisme dan cinta tanah air.

Gerakan ini merupakam sikap politik bersama masyarakat Jogja dengan segala cirri keistimewaan yang melekat didalamnya sampai kapanpun. Dan Jogja sebagai kota Republik adalah harapan bahwa kota ini harus berorientasi pada kepentingan umum yang sejatinya sinergis dengan konsepsi Tahta Untuk Rakyat.