Selasa, 23 Agustus 2011

GOA CERME, DAN PENYEBARAN ISLAM DI JAWA


Obyek wisata yang terletak di kecamatan Imogiri kabupaten Bantul ini memang kurang dikenal dibanding tempat-tempat wisata lain di seperti pantai Parangtritis, pantai Depok atau Makam Raja-raja Mataram yang berada satu wilayah dengan goa ini. Tepatnya terletak di desa Kalidadap arah selatan Komplek Makam Raja Imogiri, tempat ini memang berada agak jauh dari keramaian. Berada diatas perbukitan, untuk mencapai goa ini memang perlu perjuangan tersendiri. Meski jalan menuju kesana relatif baik, tetapi karena banyak melewati tikungan dan tanjakan maka perlu kewaspadaan tersendiri bila anda ingin berkunjung kesana dengan sepeda motor atau mobil sendiri. Bila anda ingin menggunakan transpotasi umum pun sebenarnya telah tersedia angkutan mikro bus dari TPY (terminal penumpang Yogyakarta, Giwangan). Dari pemberhentian bus, untuk menuju goa harus berjalan kaki dan menaiki anak tangga yang sudah di beton dengan baik.

Menurut sebuah sumber, goa Cerme konon berasal dari kata ceramah yang mengisyaratkan sebuah pembicaraan yang dilakukan oleh wali songo, dalam penyebaran agama islam di jawa. Di gua Cerme ini konon juga dipergunakan sebagai tempat untuk membahas pendirian masjid Agung Demak. Selain goa Cerme ditempat ini juga ditemukan goa-goa lain seperti goa Dalang dan goa Ledek yang konon sering digunakan untk bersemedi. Jadi di goa yang berjarak kurang lebih 25 kilometer arah selatan kota Jogja ini, terdapat nuansa sejarah yang sangat kental, karena berperan dalam penyebaran agama islam di tanah jawa pada jaman wali songo.@@

Senin, 08 Agustus 2011

LAMBANG KASULTANAN JOGJA DAN MAKNA FILOSOFISNYA


Negara Kesatuan Republik Indonesia pada masa lampau terdiri dari begitu banyak kerajaan. Kerajaan-kerajaan itu berdiri tersebar diseluruh penjuru nusantara. Eksistensi sebuah kerajaan dibuktikan dengan adanya lambang kerajaan, dimana lambang-lambang itu tidak asal begitu saja dibuat tanpa suatu pertimbangan, makna dan tujuan yang ingin di wujudkan oleh raja atau kerajaan.

Sebagai penerus kerajaan Mataram, Kasultanan Jogjakarta juga memiliki lambang kerajaan yang dikenal sebagai Praja Cihna. Lambang kraton yang dibangun oleh Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengkubuwono I ini di ambil dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu Praja dan Cihna. Praja berarti abdi negara sedang Cihna berarti sifat sejati. Jadi praja cihna konon memiliki makna harfiah sifat sejati seorang abdi negara.

Selain makna harfiah, lambang kraton Jogjakarta juga sarat dengan makna filosofi. Dari sudut warna misalnya, warna hitam adalah simbol keabadian, warna kuning dan keemasan melambangkan keluhuran, warna merah berarti berani. Aksara jawa berupa huruf ha dan ba adalah singkatan dari hamengku buwono, gelar penguasa kasultanan Jogjakarta yang berarti memangku atau mengayomi bumi. Mahkota melambangkan pemikiran, pemerintahan dan kepemimpinan, sedang sayap di kedua sisinya melambangkan perlindungan atau pemeliharaan menuju tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik. Bunga Padma atau bunga teratai melambangkan kecerdasan serta kebijaksanaan, sedang tumbuhan sulur yang hidup merambat melambangkan kejayaan dan kemuliaan budaya bangsa yang terjaga dan terus berkembang.@@ (Sumber : yahoo answer, Wikipedia dan sumber lain)