Selasa, 13 Juli 2010

RUMAH KECIL PENUH CINTA

Sebuah bus antar kota antar propinsi PO Raharja kelas ekonomi jurusan Klaten-Jogja-Jakarta memasuki sebuah restoran di Karang Anyar, Kebumen jawa tengah. "Waktunya istirahat........" teriak sang kernet kepada seluruh penumpang. Seorang suami-istri, Karjimin dan Sumini terlihat masih sibuk membenahi dua kardus besar yang tali-talinya hampir lepas. Ketika saya tanya apa isinya kardus-kardus itu, ia menjawab; "Isinya emping mas, pesenan ndoro jenderal, majikan saya di Jakarta sana....". Hebat benar orang ini, sudah ndoro, jenderal pula, gumam saya dalam hati. Ndoro adalah singkatan dari bandoro yang menandakan bahwa si pemilik nama adalah seorang bangsawan, trahing kusuma rembesing madu. Sedang jenderal adalah puncak kepangkatan dalam militer. Kemudian ia menceritakan panjang lebar tentang juragannya itu. Sudah hampir 12 tahun ini, saya dan istri saya ngenger jadi pembantu di rumah beliau. Orangnya sangat baik, pintar dan halus, maklum piyantun asli Solo. Disamping pangkatnya yang tinggi, beliau itu juga kaya-raya. Di Jakarta sana beliau punya tiga rumah. Di Cilandak, di Pondok Indah dan yang ditempatinya sekarang di bilangan Kelapa Gading. Beliau juga kagungan griya di Solo sana. Mobilnya tiga, sebuah sedan Volvo, Toyota Land Cruisser, serta Kia Carrens, mobil dinas dari kantor. Saya dengar beliau itu juga punya kebun kakao di Sumatra sana, dan saham di beberapa perusahaan nasional ternama.

Tetapi sayang, beliau itu hidupnya kurang lengkap, ceritanya kemudian. Kurang lengkap bagaimana pak, saya bertanya penuh penasaran. Beliau itu belum berkeluarga, belum menikah, padahal usianya sudah setengah abad. Ooo.....,bisik saya dalam hati. Dahulu beliau itu suka mengeluh sama saya, ya kalau anak sekarang bilangnya curhat gitu. Ditengah hidupnya yang mapan, sukses dengan jabatan dan pangkat yang tinggi, serta kekayaan yang berlimpah, beliau sering merasa kesepian. Bahkan lebih dari itu, sering merasa bosan. Sering sekali, beliau tak bisa menyembunyikan perasaannya. Terasa sekali hidupnya ada yang kurang. Rumah yang besar dengan perabotan yang super mewah itu, terasa kering tanpa kehadiran suami, anak-anak, bahkan cucu. Tak ada tempat untuk berbagi.

Beliau pernah bilang, bahwa beliau wanita normal, dahulu juga pernah punya pacar seperti wanita-wanita pada umumnya. Bahkan pada masa-masa awal karirnya, beliau pernah dilamar seorang dokter. Tetapi beliau bilang nanti dulu. Merasa belum siap, dan masih memikirkan masa depan karirnya di militer. Tak sabar menunggu, sang dokter pun menikah dengan wanita lain, seorang sarjana ekonomi, karyawati sebuah bank swasta nasional. Dan pada kemudian hari diketahui, ia mengundurkan diri dari bank tersebut dan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.

Sekarang beliau menyesal, dan waktu sudah sangat terlambat. Beliau merasa keputusannya saat itu salah. Mestinya karir harus berjalan seiring dengan rumah tangga. Begitu banyak orang-orang besar yang kesuksesannya tidak lepas dari dukungan suami, istri dan keluarga mereka. Sebenarnya saya juga sedih dengan keadaan beliau, tetapi saya juga tidak bisa berbuat apa-apa, maklum to mas, saya kan cuma orang bodoh, hanya pembantu. Tetapi beliau sekarang sudah mupus, sudah pasrah sama yang maha kuasa.

Ketika menengok istri saya di rumah sakit, saat melahirkan anak kami dulu, beliau pernah berpesan, "Min....., berbahagialah kamu, sekalipun kamu tidak punya apa-apa, sekalipun kamu cuma pembantu, tetapi kamu punya anak dan istri. Kamu punya keluarga. Cintailah istrimu dan anak-anakmu setiap hari sepanjang hidupmu, karena mereka adalah harta yang tidak bisa di nilai dengan apapun. Tidak uang, pangkat, dan juga jabatan. Keluarga adalah segala-galanya...."

Ada pria dan wanita yang membuat dunia ini menjadi lebih baik hanya dengan menjadi orang-orang apa adanya. Kalau diantara mereka kemudian memutuskan untuk menikah, menyatu menjadi sebuah keluarga yang bahagia, tentu dunia ini akan menjadi jauh lebih baik lagi. Tetapi bila ada yang dengan sadar memutuskan untuk hidup sendiri, tentu tak perlu diperdebatkan. Hidup akan selalu menyuguhkan dua buah pilihan. Pilihan mana yang akan dijatuhkan tentu akan sangat tergantung kepada yang akan menjalaninya. Setiap orang berhak menentukan pilihan-pilihan terbaik hidupnya.

Penyesalan yang dialami majikannya Karjimin, mungkin juga dialami oleh banyak orang yang lain. Dan aku yakin sekali, ada sesuatu yang istimewa dalam sebuah keluarga. Seorang istri, anak-anak, dan sebuah milik sendiri. Perasaan yang tenang karena yakin telah memutuskan sesuatu yang benar. Memutuskan untuk menikah dan memiliki keluarga. Menirukan apa yang sering dilakukan Gede Prama, sang resi managemen dan penulis buku-buku inspiratif itu, di rumah saya yang mungil di kawasan Bogor, saya sering menyanyikan lagu Everiday I Love You pada anak dan istri. Bermain dan bercanda dengan mereka pada setiap kesempatan, di rumah kecil yang sudah kami nobatkan sebagai home sweet home itu, kami memenuhinya dengan environment of loving. Rumah mungil yang penuh dengan cinta.@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar