Jogja
tak hanya punya Keraton, Malioboro, Kaliurang, Candi Prambanan, Kota Gede,
Kasongan atau wisata belanja dan kuliner yang kebanyakan orang sudah tahu
bahkan pernah mengunjunginya. Bila anda berkunjung ke Jogja carilah sesuatu
yang lain, yang menarik atau bahkan kalau perlu yang menantang. Luangkan waktu
anda untuk tidak sekedar berputar-putar di dalam kota, pergilah sedikit ketimur
dan temukan sesuatu yang lain, sesuatu yang langka dan menakjubkan. Wisata alam yang berupa kegiatan
menyusuri goa atau caving mungkin asing di telinga anda. Tetapi kegiatan wisata
yang juga termasuk olah raga rekreasi ini bisa jadi akan membuat anda kagum
pada alam dan sang pencipta. Kegiatan ini memang sedang dan akan terus di
kembangkan di kabupaten Gunung Kidul sebab disanalah goa-goa alam nan eksotik
itu bertebaran.
Wilayah
kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan bagian dari Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang memiliki
bentang alam yang cukup unik. Dibalik tanahnya yang tandus, Gunung Kidul
memiliki begitu banyak goa-goa alam,
bahkan menurut sebuah sumber mencapai hingga ratusan goa, baik goa horizontal maupun goa vertikal atau yang biasa disebut luweng.
Karena jangan heran jika Gunungkidul menjadi surga bagi para penelusur gua atau
caver, baik dari dalam maupun luar negeri,
baik untuk melakukan suatu penelitian
maupun yang sekedar ingin
menikmati keindahan alam yang ada di perut bumi sekaligus menguji adrenalin.
Kegiatan
menyusuri goa, atau caving atau termasuk
olahraga rekreasi. Namun demikian tidak bisa
dianggap enteng, aktivitas penelusuran goa, khususnya goa-goa vertikal
seperti yang telah dikembangkan di wlayah Gunung Kidul memiliki tantangan
tersendiri. Lebih khusus lagi untuk memasuki goa-goa vertical yang sulit, goa
dengan celah atau lobang yang sempit, maupun gua basah di mana terdapat aliran
sungai di dalamnya. Para penelusur gua dituntut untuk memiliki kemampuan memanjat,
berenang, mendaki, orientasi medan, peta kompas, sampai menyelam.
Goa Jomblang dan Goa Grubug
Goa
Jomblang dan goa Grubug yang terdapat di kecamatan Semanu atau kurang lebih
delapan kilometer sebelah timur kota Wonosari merupakan tempat favorit bagi
para caver atau penyusur goa. Pada
goa vertikal yang memiliki lebar dan dalam limapuluh meter lebih ini memang
cukup terkenal dikalangan para caver. Untuk masuk atau menuruni goa vertikal
seperti goa atau luweng Jomblang dan
goa atau luweng Grubug wajib
menggunakan peralatan khusus yang sesuai dengan standar keamanan, serta wajib
menguasai kemampuan tekhnik tali tunggal atau single rope technique ( SRT ). Didalam goa yang memiliki kedalaman hingga 80 meter itu
terdapat sungai bawah tanah yang merupakan ciri khas wilayah karst dan konon
merupakan sungai purba. Selain itu
didalamnya juga terdapat hutan purba. Jika di atas terlihat tanah tandus
dan pohon jati yang mengering, maka di dasar Gua Jomblang aneka tanaman dengan
jenis yang berbeda dari vegetasi diatas hidup dengan subur. Dari dasar Gua
Jomblang perjalanan dilanjutkan menyusuri lorong sepanjang 300 meter yang
menghubungkan dengan Gua Grubug. Berhubung di lorong tersebut sangat gelap maka para caver juga dilengkapi dengan headlamp
untuk penerangan. Bahkan yang lebih fenomenal dari semua itu pada goa-goa itu terdapat ray of
light atau yang lebih dikenal sebagai sinar surga. Sinar matahari yang
masuk melalu entrance Gua Grubug dengan ketinggian sekitar 90 meter
menciptakan pilar cahaya (ray of light) yang sangat indah. Para
penelusur gua atau caver yang sudah berpengalaman biasanya akan masuk ke Gua
Grubug tidak melalui Gua Jomblang tapi lewat celah tersebut. Setelah sampai di
Gua Grubug biasanya para caver akan
melanjutkan dengan body rafting di sungai yang mengalir di dalam gua. Tetapi
untuk menyusur goa-goa ini diperlukan keahlian khusus serta pengetahuan,
pengalaman, tekhnik dan peralatan yang memadai, bahkan berstandar
international. ( Sumber: Kompasiana/Elizabeth Murni ).@@